3. PERTEMUAN SINGKAT

Start from the beginning
                                    

Aku pun akhirnya sampai didepan kamar 2001. Dan sipelayan itupun membukakan pintunya untuku dan mempersilahkan aku masuk. Sehebat dan sekaya inikah dia sampai bisa menyewa tempat semewah ini?

"Silahkan nona"

"Loh kenapa sepi? Mana dia" batinku.

"nona diminta untuk menunggu tuan didalam beberapa menit lagi."

"Ahh begitu? Baiklah"

Akupun masuk kedalam kamar yang mewah ini, sepertinya ini type kamar suit yang pasti harga permalamnya bisa untuk cuci darah ayahku sebanyak dua kali.

****

Sudah hampir setengah jam aku menunggu lelaki itu dikamar hotel ini. aku duduk di tepi tempattidur. Sejak menginjakkan kaki dihotel sebesar ini jantungku sudah berdebar kencang rasanya ingin copot, takut dan cemas itu lah yang aku rasakan sekarang tapi tidak ada cara lain selain melakukan ini.

DEMI AYAH!

"Aku pasti bisa!" Gumamku sambil mengatur napas.

memang sudah bukan hal aneh lagi di negeri ini jika kita sudah tidak virgin diusia muda tapi aku benar benar menjaga harta berharga ku ini selama 19 thun karna aku terlalu focus mengurus ayah. hari ini, hari dimana aku akan kehilangan harta yang paling berharga ini, aku harus melakukannya demi menyelamatkan ayah...

"hikkss.." . tidak sadar ternyata aku sudah meneteskan air mata, akupun segera menghapus air mataku agar tidak dicurigai.

ceklek!

Degg!...  pintu terbuka.

"Dia sudah datang? Tuhan tolong lindungi aku.." ucap ku sambil melihat kearah pintu yang sudah hadir sesosok pria tampan.

"ayahh.. aku takutt..." gumamku hampir tak terdengar.

aku terdiam saat melihat lelaki yang ada dihadapanku menghampiriku semakin dekat.

tampan, berkulit putih bersih bak susu , berbadan atletis dan tinggi dengan sedikit brewok di wajahnya yang tumbuh dengan rapih.

"Sepertinya dia orang baik" batinku saat melihat wajahnya yang sedikit tersenyum. dia semakiin dekat menghampiriku. aku semakin panik, jantungku sudah begerak tidak beraturan.

"Apakah kamu sudah siap?" Ucapnya tibatiba sambil mengangkat daguku, membuat tubuhku gemetar seketika.aku melihat sorot matanya yang sangat tajam, tetapi terpancar sedikit kesedihan dimatanya.

"Eumm.. anuu.. i-iyaa" jawabku gugup dan ketakutan.

"apa kau yakin kau masih virgin? hahaha mana mungkin gadis secantikmu masih suci hah?! kau pasti hanya jalang cilik yang menginginkan uang kan??" maki pria itu padaku, dadaku sangat sesak tak kusadari ternyata pipiku sudah basah, jika bukan karna ayahku, satu satunya keluarga ku yang aku sayangi aku tidak akan pernah melakukan hal kotor ini, tangisanku semakin menjadi, cengkramannya semakin kuat membuat ku meringis kesakitan.

"aa...akuu.. aakhh sa..sakiitt tuuann" jawabku terbata bata.

Tanganku meremas selimut yang aku duduki karna takut, apakan dia akan melakukannya pada ku? aku harus menahan sakit didadaku ini karna perkataannya demi ayahku.

Tiba tiba dia mendekati wajah dan bibirku, aku menelan ludahku sendiri saat melihat wajah tampanya yg begitu dekat. Diapun mendorongku kekasur dan menindihku kini dia berada diatasku dan menatapku dalam. Saat dia ingin mencium bibirku aku menatap matanya penuh ketakutan, kenapa dia berhenti? Bukankah dia menginginkannya?

"aku tidak bisa...." bisiknya terhenti tepat ditelingaku.

Seketika tubuhku rasanya lemas semua dan tidak mampu berkata kata. Aku hanya terdiam.

"Ini untukmu dan hubungi aku jika itu masih kurang atau jika kau mengiingnkan lebih" Sambungnya sambil mengeluarkan sebuah cek senilai 30.000 dolar dan sebuah kartu nama. lalu ia pergi begitu saja.

aku termenung berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.

"T-tapi kenapa? Hei tungguu!!" Teriakku yang sedikit terbata bata, lalu berniat untuk mengejarnya namun sia sia dia sudah tertelan dibalik lift.

' apa yang terjadi sebenarnya? Aku harus mencari tahu apa alasan dia memberikan uangnya secara cuma cuma padaku tanpa melakukan apa apapun.' batinku penasaran.

Aku hanya menatap penuh tanda tanya pada kartu namanya dan segera mengambil tasku lalu pergi meninggalkan hotel ini.

"Raymond Darren Carlton? CEO of Carlton Corporate"

Seketika bulu kuduk ku berdiri saat mambaca kartu nama miliknya.

++++

AUTHOR'S POV

Tiga hari kemudian setelah kejadian dihotel itu. Airin tidak bertemu dengan lelaki itu lagi dan sampai detik ini airin belum memakai uang yang diberikan oleh lekaki itu.

Airin merasa dirinya tidak pantas menggunakan uang itu yang bahkan dia sama sekali tidak melakukan apapun.

Tapi disisi lain ia ingin memakai uang itu untuk ayahnya karna batas pembayaran operasi ayah tinggal 5 hari lagi.

"Aku berharap bisa bertemu lelaki itu lagi dan meminta penjelasannya atau aku kembalikan lagi uangnya ini." Gumam airin yang sedang duduk di halte untuk menunggu bus.

Tidak sengaja ada mobil sport berwarna merah berhenti tepat dihadapan airin, terdapat seorang laki laki didalamnya. Dan airin sepertinya mengenalinya.

Saat airin ingin menghampiri mobil itu langsung melaju dan airin tidak sempat menyapanya. "I-itu kann... Heyyyyyy tungguuuuu!! Akhh.." airin langsung menyetop taxi yang lewat dan langsung mengikuti mobil itu.

"Ini kan hotel waktu itu..." Ucap airin saat berhasil mengikuti mobil spot yang cukup kencang itu. Airin pun langsung membayar taxinya dan turun untuk menghampiri lelaki yang ia ketahui bernama raymond.

"Tolong parkirkan mobil saya seperti biasa" ucap raymond yang baru saja turun dari mobil spotnya dengan tergesa gesa dan melemparkan kunci mobilnya pada petugas valet.

Saat raymond berlari masuk kedalam hotel tiba tiba airin langsung berlari dan menggapai lengan raymond lalu menariknya.

"Hey berhenti, Tunggu sebentar aku membutuhkan penjelasanmu! " Ucap airin dengan suara yg terengah engah karna habis berlari. airin sudah tidak takut lagi pada pria itu.

"Maaf saya sibuk" jawab raymond dingin dan terus berjalan masuk. Tidak sampai disitu, airin terus berusahan meminta raymond untuk berbicara.

"Tolonglah hanya sebentar saja. Tidak sampai 5 menit."

"Tidak!"

"Hanya 3 menit?"

"Tidak juga!"

Hingga saat raymond sampai di lift dan saat lift akan tertutup airin berdiri menahan pintu lift itu. Airin terus menatap raymond penuh harap. tetapi tetap dihiraukan.

"Oke 1 menit"

Penawaran terakhir airin nembuat raymond menghela nafas kesal dan menarik airin kedalam lift lalu segera menutup lift tersebut.

"Ehh,,, aawhhh"

Lift itupun membawa mereka ke lantai 20 yang tidak lain adalah kamar milik raymond.

raymond hanya terdiam sampil beratapi angka lift yang semakin tinggi.

"T-tapi kenapa kekamarmu?" Tanya airin yang hanya dibalas tatapan tajam oleh raymond.

'apa dia ingin melakukannya padaku sekarng?  pasti kali ini keperawananku akan ditagihnya.' batin airin.

"ayahh aku belum siappp..'

------

VIRGINITY ISN'T FOR SALEWhere stories live. Discover now