Bab 1 - Sebuah Pertemuan

1.5K 32 1
                                    







Pertemuan kita pun bukanlah aku yang merencanakan

-Sela Febrianti-

[]

"Sel, ke kantin yuk!" ajak teman sebangku Sela, Nicole namanya.

"Eh gue mau ke perpus dulu, Nic. Mau balikin ini buku, dah telat dua hari gue," tolak Sela dengan alasan.

"Oalah, yaudah deh, kena denda lo ya? Yaudah gue cabut dulu bareng Rahma ya, Sel," pamit Nicole dengan buru-buru karena tidak kuasa menahan rasa lapar. Sela berjalan menuju Perpustakaan sambil membawa buku-buku latihan soal yang terlihat sangatlah berat. Sedang apapun, kapanpun, dan dimanapun apabila Sela lewat, selalu saja, kaum adam terpesona akan aura si Superstar SMA Garuda Pancasila itu.

"Mbak, sori telat, lupa mulu mau kesini, hahaha!" Sela mengelak sambil menaruh buku pinjaman di meja penjaga perpustakaan.

"Sengaja ya kamu, nama kamu siapa? Sela Febri itu ya? Kelas berapa?" tanya si Penjaga Perpustakaan sembari membereskan buku yang dikembalikan Sela.

"11 IPS 2, yaelah, maafin gue dong Mbak, dendanya berapa?"

"Mbak maafin dah, Sel. Gak usah bayar denda, kali ini aja Mbak gratisin lho ya," canda Mbak Mei, Sela hanya cekikikan mendengar omelan Mbak Mei.

"Mbak, aku mau minjem novel dong, tapi novel terjemahan gitu, ada gak sih disini? Masa iya gak ada," gerutu Sela sembari memanyunkan bibirnya.

"Ada sih, di rak bagian belakang, biasanya kalo novel terjemahan dipinjem sama siswa kelas lain tuh, siapa ya namanya, pake acara lupa segala, kamu cek aja disana. Barangkali dah dikembaliin sama itu siswa,"

Sela berjalan menyusuri rak-rak buku, dan sampai akhirnya dia berhenti di salah satu rak paling belakang yang berpapantuliskan 'Novel'. Sela mengamati satu persatu buku-buku yang tersusun rapi itu dengan tatapan tajam.

"Nah ini dia! Novel tentang Dewa Dewi Asgard! Pinjem ini a−" Sebelum sempat mengambil buku itu dari habitatnya, sebuah suara lelaki memotong aura kesenangan Sela.

"Sori, gue minjem ini duluan," kata seorang lelaki, dia mengambil buku itu dan langsung meninggalkan tempat. Sosok lelaki berparas tampan, tinggi, putih, pokoknya sempurna, telah mengejutkan Sela hanya dengan satu kalimat singkat.

"Hei!" Sela berteriak kepada lelaki itu. Namun sosok itu malah bersantai memilih buku yang lain sambil membenahi earphonenya.

Sela yang risih karena lelaki itu tak memalingkan wajahnya, ia nekat menarik tas lelaki itu.

"Hei! Gue yang nemu itu duluan, curang amat sih lo hah?" Sela marah dan menghampiri lelaki tersebut dengan wajah cemberut. Lelaki tersebut membalik badan, ditatapnya Sela lekat-lekat.

"Oh, maaf." Responnya singkat dan diberikannya novel tersebut kepada Sela. Lelaki tersebut berjalan kearah meja Mbak Mei. Dan dibawanya banyak sekali buku-buku yang akan dipinjam.

"Mau minjem ini semua? Gila, kutubuku banget lo ya, dingin galak gitu pula, sayang banget! Padahal muka lo ganteng," ledek Sela to the point. Mbak Mei spontan membelalakkan matanya begitu mendengar Sela berkata begitu.

"Lalu?" tanya si lelaki.

"Cowo kutubuku terus dingin? Bukan tipe gue banget! Meskipun parasnya ganteng tapi kalo kek gitu, yah minus deh," ledeknya lagi. Sosok lelaki itu mengabaikannya dan berjalan keluar perpustakaan.

"Mbak Mei, namanya siapa sih?" Sela bertanya kepada Mbak Mei mengenai sosok lelaki barusan.

"Itu murid baru, dia baru masuk hari ini. Dengernya, dia bakal satu kelas sama kamu," Mbak Mei menjelaskan. Sedangkan Sela hanya manggut-manggut saja bertanda mengerti. Sambil menata kartu pinjaman siswa, Mbak Mei berkata, "Tadi kamu udah ngejek dia, bukannya harusnya minta maaf? Soalnya dia itu.." belum selesai berbicara, Sela sudah memotong pembicaraan.

MomentsWhere stories live. Discover now