Chapter 13: Girls Time - Gossip -

399 21 0
                                    

Lila belum merasakan yang namanya jatuh cinta, jadi tingkah aneh Anis belum bisa ia mengerti juga. Dan ia merasa aneh, jika hanya karena Jason – mantan pacarnya – hubungan persehabatan mereka jadi retak.

Sebisa mungkin setiap Anis mengajaknya keluar ia akan selalu mengusahakan waktu tersebut. Anis adalah sahabat satu-satunya yang ia miliki. Ia tidak ingin kehilangan Anis.

Pukul lima sore, Lila sudah berada di depan teras rumah Anis, beberapa bagian tubuh dan rambutnya sedikit basah. Hari ini memang hujan lagi, meski tidak deras tetap saja Lila masih basah.

Lila mengintip dari bali pintu yang terbuat dari kaca, suasana di dalam begitu sepi, ia mencoba untuk mengirimi Anis pesan jika ia sudah ada di teras rumah sahabatnya tersebut. Semenit setelah ia mengirim pesan kepada Anis, sahabatnya sudah mulai muncul dan membukakan pintu bagi Lila.

‘’Sepi banget sich? Kemana orang rumah?’’ Lila memasuki rumah sambil melap sikunya menggunakan tissue.

‘’Biasa nikahan keluarga.’’ Sahut Anis melangkah ke dapur, ia berniat untu membuat coklat panas untuk mereka berdua.

Lila menyusul Anis di belakang. Sedikit canggung gadis itu mulai membantu Anis, saat Anis meminta sendok yang ada di belakang Lila.

‘’Lo kenal Cecil ngga?’’ Tanya Anis sambil mengaduk bubuk coklat yang ia seduh dengan air panas.

‘’Cecilia Cinta maksudnya?’’

‘’Yup.’’ Anis mengangguk mantap.

‘’Katanya di kepergok  lagi berduaan sama Kafka di dalam kamar.’’

Lila tidak tahu apakah ia harus terkejut atau tidak, ia bahan tidak bisa menilai apa yang dilakukan salah satu seorang gadis yang terkenal sabar di kelasnya itu buruk atau tidak.

Tidak semua orang itu sepenuhnya salah dan tidak semuanya orang juga sepenuhnya benar. Hanya karena Cecil sekali ketahuan berbuat salah, bukan berarti dia menjadi buruk.

Mereka kini berada di depan tivi yang  berada di ruang tengah rumah Anis, Lila selalu suka berada di tempat itu, nyaman sekali. Dengan lantai yang di alasai karpet yang halus serta wallpaper dinding yang lucu.

‘’Kafka ternyata parah juga ya? Siapa yang sangka ternyata dia beneran suka sama Cecil. Awalnya saya mikr kalau mereka cuman TTM. Ehh ternyata memang ada sesuatu.’’ Anis mulai mengeluarkan sifat aslinya, yaitu terlalu betah membicarakan kekurangan orang. Lagian siapa yang tidak suka begitu?

Bahkan Lila pun selalu suka mendengar Anis, saat sahabatnya itu mulai bercerita, entah gosip seputar artis korea atau kabar tentang salah seorang siswa di kelas mereka.

‘’Kafka mungkin punya alasan kenapa dia diam-diam sama hubungannya dengan Cecil.’’

‘’Ya juga sich, Cecil itu kan kelewat kalem orangnya. Smpai saya saja gemas sama dia.’’ Celetuk  sambil memeragakan kedua tangan yang hendak mencubit di udara. Ekspresi Anis itu begitu lucu di mata Lila.

‘’Stock cogan di sekolah ita makin menipis.’’ Kali ini Anis mengeluh dengan wajah tertekuk, tak lama ia kembali ceria.

‘’Untungnya Jason udah dekat sama saya.’’
Mendadak wajah Lila menjadi pias, matanya membulat. Namun gadis itu sesegera mungkin mengubah ekspresinya sebelum Anis menyadari itu.

‘’Emangnya Jason kenapa?’’ Tanya Lila ingin tahu, Anis terdiam kemudian menatap Lila dengan raut wajah yang begitu serius. Lila bahkan tidak pernah melihat tatapan Anis yang seperti itu. Lila menunduk sejenak lalu kembali menatap Anis yang masih memakukan pandangannya pada Lila.

‘’La, kamu tahu kan kalo saya sama Jason lagi dekat.’’

Awalnya Lila berpikir jika Jason yang dimaksud itu adalah Jason Blossom – calon suamninya – karena beberapa detik sebelum Anis bersuara, gadis itu tiba-tiba saja mengingat kekesalannya pada calon suaminya, dan ketika ia sadar bila dirinya telah memikirkan Jason – si calon suami – Lila menyangkal itu.

‘’Terus kenapa?’’ Balas Lila segera setelah mengingat bila Anis sedang memberikan pertanyaan pada dia.

Lila menanggapi pertanyaan Anis dengan pertanyaan, sebab ia merasa tidak ada yang salah kecuali fakta tentang bagaimana masa lalunya dengan orang yang dimaksud Anis.

‘’Sebenarnya dia nembak saya La.’’ Apa Lila harus kaget mendengar ujung dari pendekatan yang dilakukan Jason pada sahabatnya?

Sebenarnya Lila sama sekali tidak suka dengan hubungan mereka, namun Lila bisa apa jika sekarang ini meski terdengar ragu, Lila sangat yakin bila mata Anis sudah dibutakan oleh Jason.

Ponselnya berbunyi sebelum menjawab pertanyaan Anis, Lila pamit sebentar untuk mengangkat panggilan dari Jason – calon suaminya, meski awalnya Anis mengerutkan kening karena tidak biasanya Lila menjauh saat menerima telpon berubah santai saat Lila menunjukkan layar ponselnya yang terdapat nama calon suaminya, Jason Blossom.

‘’Halo.’’

‘’Kamu di mana?’’ Meski kesal Lila tetap menjawab pertanyaan itu.

‘’Di rumah Anis, kenapa?’’

Cukup lama Lila menunggu untuk jawaban Jason, ia hampir akan mematikan telponnya jika Jason belum menjawab juga.

‘’Hati-hati.’’

Dan kemudian sambungan telepon itu terputus.

Lila terpaku di tempatnya. Matanya menerawang, mencoba memahami maksud dari kata terakhir Jason. ‘hati-hati’ bukanlah kata yang seharusnya membuat dia jadi gugup begini, sementara orang yang mengatakan kata yang membuatnya gugup malah berada jauh.

Lila mencoba mengingat kapan terakhir kali ia merasakan gugup yang tak jelas seperti yang ia rasakan sekarang. Dan benaknya mengarah pada waktu malam pertama mereka bertemu. Walau malam itu ia belum bisa melihat rupa Jason, gadis itu sudah merasakan gugup yang luar biasa.

Bahkan jika memilih Jason manakah yang selalu membuatnya gugup tak jelas. Sudah pasti ia akan mengatakan si calon suami yang aneh itu.

‘’La, Kamu gak papa?’’ Anis menengok dari balik pintu untuk melihat keadaan Lila, ia sempat curiga jika sahabatnya itu kenapa-kenapa. Mengingat terlalu lama Lila pergi hanya untuk sekedar menjawab telpon.

Lila mengangguk ke arah Anis, setelah melihat Lila tidak lagi menerima telpon, Anis melangkah mendekati sahabatnya. Ia agak kaget melihat wajah Lila yang nampak begitu linglung setelah menerima telpon dari calon suaminya.

Anis sedikit merasa jengkel bila mengingat nama calon suami Lila itu sama dengan lelaki yang mencuri hatinya selama bertahun-tahun jadi dia tidak ingin terlalu memikirkan itu.

‘’Nis, kayaknya saya sudah jatuh cinta.’’

Kalimat singkat yang membuat Anis membulatkan mata dan mulutnya.
Jangan bilang jika ia jatuh cinta dengan Jason...

---
TBC
Berulang kali di repost. Maklum telat nyadar ternyata banyak kesalahan ketik.. 😄😄😄😄

Why Me? (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora