Chapter 9: A Lot Of Questions

471 24 2
                                    

Kata orang laki-laki itu makhluk yang simpel, tapi gara-gara itu juga mereka jadi penuh dengan tanda tanya. Jawabnya singkat-singkat, bikin penasaran...

Wanda

---

Ada sesuatu yang berbeda dari Jason, Jason Miguel mantan pacar Lila yang membuat Lila tidak bisa mengabaikan lelaki itu meski diingatan Lila membekas kenangan buruk.

Ia sering berandai-andai bila seandainya Jason itu tidak melakukan kesalahan di masa lalu, mungkin mereka masih bertahan hingga sekarang. Meski keburukan Jason sudah ada jauh sebelum mereka pacaran. Dia menaruh harapan terhadap hubungan mereka. Apalagi Jason adalah pacar pertamanya, terlepas Lila tidak memiliki perasaan khusus ia tetap menyukai lelaki pemilik sorot lembut itu.

Suara halus terdengar dari ponselnya. Sebuah pesan masuk. Ia melihat nama Jason yang tertera pada layar. Pasti Jason Blossom, calon suaminya. Sebab ia sama sekali belum menyimpan nomor mantannya itu.

Jason
Lila, besok saya siang saya mau jemput kamu. Jangan lupa siap-siap.

Lila membacanya dengan miris. Sungguh lelaki itu sama sekali tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan seorang perempuan. Harusnya Jason bisa menggunakan kalimat yang lebih manis sedikit pada Lila, pada calon istrinya itu. Agar Lila bisa betah bila menerima pesan darinya.

Dasar tidak peka! Lila mengerang kesal. Namun tak urung ia membalasnya dengan segera.

Lila
Ok, Bisa!

Sekejap saat pesannya sudah terkirim Lila menjadi gelisah. Bagaimana bisa ia membalas seperti itu? Seakan ia menerima tawaran calon suaminya, padahal Jason itu memerintah bukannya meminta.

Tak ada balasan apapun dari Jason. Padahal Lila sengaja terjaga untuk menanti pesan Jason. Kenapa saya harus nunggu balesan dia? Lila bertanya bingung sendiri. Ditatapnya ponsel putihnya itu yang layarnya mati. Menandakan tidak ada notifikasi apapun.

Lebih baik dia mempelajari contoh soal SBMPTN. Lila memang berniat untuk melanjutkan pendidikannya, walau ia belum tahu cita-citanya apa dan jurusan yang akan ia ambil. Setidaknya ia harus mencoba. Ia tidak mau kelak akan menjadi perempuan bodoh yang hanya bergantung pada suaminya. Soal itu, Lila memang belum mandiri dan belum bisa mengurus dirinya sendiri. Bagaimana nanti jika mereka sudah menikah? Lila berpikir mungkin hari-harinya kelak bersama Jason tidak ubahnya seperti tinggal dengan seorang guru killer.

Ternyata Jason datang lebih cepat dari yang lelaki itu katakan. Ia bahkan dengan sopan menyapa kedua orang tua Lila yang menyambut dirinya dari pintu. Lila menjadi orang terakhir yang datang. Seperti biasa ia merawat tanaman hias yang ada di samping rumah.

"Ehh La. Ini loh Nak Jason datang. Mau ngajakin kamu keluar." Ujar ayahnya yang duduk di sofa ruang tengah, yang mengarah pada tangga lantai dua dimana kamar Lila berada.

Lila harus membiasakan bagaimana suasana yang seperti ini akan terus menemaninya. Ia dan Jason akan bertindak seolah lama sudah mengenal. Ya, mereka memang harus begitu. Jika tidak mau kelihatan canggung sebagai pasangan suami istri.

Jason menatapnya dengan pandangan biasa. Tidak ada prasangka ataupun penilaian di mata lelaki itu sewaktu melihat penampilan Lila. Gadis itu mengenakan celana jeans pendek di atas lutut. Terdapat noda tanah di bagian paha, dan baju kaos yang agak kebesaran di tubuh mungilnya.

"Hmm aku siap-siap dulu ya." Kata Lila yang tak jelas untuk siapa sebab pandangannyapun tidak mengarah pada orang tuanya maupun Jason. Si calon suami.

Sampainya di kamar, napas Lila menjadi kencang. Ia begitu kaget melihat Jason yang datang lebih awal dari janji lelaki itu yang katanya siang. Dan saat ini masih jauh dari kata siang.

Why Me? (Completed)Where stories live. Discover now