FILE #3.1: THE BOY WHO LEAPT TO CONCLUSION - INIT

65 11 0
                                    

Para agen Orion Agency cabang Thebes-01 punya gym langganan yang terletak kira-kira dua blok dari kantor utama mereka. Pemiliknya langsung mengenali si kembar Cash dan Satin, bahkan tanpa bertanya melemparkan kunci ruang sparring pada Cash.

Mika baru menyelesaikan latihan cardio yang disusun bagian kesehatan Orion dan naik ke lantai dengan ruang-ruang arena sparring di mana Cash, Satin, dan Adel berada.

Pemandangan yang menyambutnya adalah Cash yang menangkap pukulan Adel, kemudian memitingnya, dan memaksanya jatuh ke lantai. Adel berusaha membebaskan diri, tapi setiap usahanya sia-sia, malah membuatnya kesakitan sendiri. Seperti yang Mika perkirakan sebelumnya, kemampuan bela diri Cash dan Satin tidak main-main.

"Pukulanmu terlalu lambat, Agen Stark."

"Coba ganti matamu dengan mata manusia normal!" protes Adel. "Aku baik-baik saja kalau sparring dengan Tobias, bahkan Sigurd, bahkan Ebert sekalipun!"

Adel memekik lagi saat Cash mempererat puntirannya.

"Dia mungkin terlalu terbiasa menggunakan tongkat," kata Satin.

"Ah, ya, memang kondisinya berbeda kalau seperti itu."

Kedua Reno bersaudara menoleh berbarengan, seakan baru menyadari keberadaan Mika.

"Hilf mir ...." Adel meratap.

Cash melepaskan Adel. "Agen Tam-bun-an, ini pertama kalinya kau datang kemari, kan?"

"Ya." Mika melepas lensa kontaknya, jadi dia mengatur Kale untuk "membacakan" urut-urutan latihannya. "Kale, latihan selanjutnya?"

"Sparring dua sesi, masing-masing lima menit." Suara Kale diselingi bunyi derik pelan.

Sejak tercebur kolam di atrium Shopping Cluster-01, beberapa komponen Kale bermasalah: ia tidak lagi bisa "menghilang" sempurna, suaranya agak terdistorsi bahkan kadang menjadi decitan aneh, dan dia sempat berulang kali salah memperkirakan jarak pegangan. Mika sudah menemukan dan memperbaiki masalah yang terakhir: lensa mata Kale berembun.

"Dia bersuara!" seru Adel. "Dia bisa bicara!"

"Itu cuma text to speech kok ...."

"Oh ...." Adel nampak kecewa. "Tapi dia setidaknya bisa mengatakan sesuatu yang lain selain 'yaaarrr~' sok imut seperti Bjarkan."

Ya ampun, Adel, batin Mika, gagal tidak merasa geli.

"Agen Tam-bun-an, apa kau keberatan jika aku menjadi lawan sparring-mu?" tanya Satin.

"Sama sekali tidak."

Mika menitipkan Kale pada Adel yang kemudian membawanya keluar dari area sparring dan menunggu di sisi ruangan.

"Jangan keras-keras," kata Adel. "Dia bukan Ebert, bukan Sigurd juga."

"Bisa kulihat perbedaan signifikan itu, Agen Stark," balas Satin. "Aku tahu diri."

"Aku akan jadi penghitung waktu," kata Cash.

Satin memasang kuda-kuda. Mika menduga itu kuda-kuda tinju. Kalau benar, Mika bisa merangsek mendekat dan mengacaukan jangkauan Satin. Mika unggul karena badannya lebih kecil dan dia optimis dengan kecepatan geraknya.

Tapi lalu Mika teringat ucapan Adel tadi: "Coba ganti matamu dengan mata manusia normal!"

Yang berarti gerakan yang Mika sebut "cepat", mungkin tidak berarti apa-apa untuk Satin.

"Siap?" Cash memberi aba-aba.

Mika mengangguk, merilekskan tangan dan kakinya, lalu memasang kuda-kuda.

OA:SISWhere stories live. Discover now