29. Remember me

37.7K 1.8K 73
                                    

Sudah tepat satu minggu setelah Daniel terbaring di atas kasur rumah sakit tanpa sedikitpun membuka matanya. Amanda yang awalnya tenang dan yakin bahwa Daniel akan baik-baik saja mulai terlihat menutupi kepanikan-nya. Begitu pula dengan para sahabat dari Daniel dan Jennifer, semua orang mulai panik karena Daniel tak juga membuka mata-nya.

Sedangkan Jennifer, gadis itu menangis setiap hari. Sejak dokter memindahkan Jenni menjadi satu ruangan dengan suaminya, Jenni selalu tertidur di kursi yang berada di samping kasur tempat lelaki itu berbaring, gadis itu selalu menggenggam tangan Daniel saat tidur, ya, walaupun pagi harinya ia selalu mendapati dirinya sudah berada di kasur karena Nic, El atau Christoper yang memindahkan tubuhnya.

Jennifer sudah boleh pulang sejak enam hari yang lalu, tapi gadis itu tak juga meninggalkan rumah sakit, ia hanya melangkah ke food court atau sesekali berjalan-jalan di taman rumah sakit.

Beberapa pekerjaan Jenni dikerjakan oleh Vinna, beruntung sekali tak ada jadwal penting seperti merias pengantin atau pre wedding.

Hari sudah malam dan jam sudah menunjukan pukul 11, seluruh sahabat dan keluarga sudah pulang ke rumah. Jenni masih menatap wajah suaminya sambil sesekali mengusapnya, ia juga selalu mengajak Daniel mengobrol walaupun lelaki itu tak merespon-nya sama sekali.

"Niel.. bangun lah, ayo kita naik roller coaster.." Jenni berbicara di tengah isakan-nya, ia lalu kembali mengusap pipinya yang basah dengan pungung tangan dan sesekali tersenyum.

"Teganya, Niel.. aku benar-benar merindukanmu.." gumam Jennifer.

Tujuh hari tanpa lelaki itu membuktikan betapa ia mencintai Daniel. Betapa ia sama sekali tak bisa berjauhan dengan lelaki itu. Semua kenangan mereka muncul bagai sebuah video clip di dalam kepala Jennifer setiap wanita itu menatap wajah Daniel.

Berkali-kali Jenni memohon kepada dokter untuk melakukan yang terbaik, ia juga selalu membaca seluruh artikel tentang koma, luka tembak dan jenis-jenis peluru, berharap bisa menemukan cara untuk membuat Daniel terbangun. Wanita itu juga selalu mendoakan kesembuhan Daniel, selalu.

Keesokan harinya, Jennifer kembali terbangun di atas kasur rumah sakit yang disediakan untuk-nya, beruntung ia bersahabat baik dengan pemilik rumah sakit mewah itu sehingga ia dapat menggunakan fasilitas dengan mudah.

"Sudah bangun, sayang?" Suara ibu mertuanya membuat Jennifer tersenyum sambil beranjak dari kasur.

"Mom.. Good morning.." ia berjalan ke sofa dan mengecup pipi Amanda.
Amanda tersenyum lebar sebelum berkutat dengan plastik-plastik berlogo restoran di sampingnya.

"Demi Tuhan kamu harus makan yang banyak Jen.. lihat lah dirimu, kamu sangat-sangat kurus dan wajahmu terlihat kusam.." ucap Amanda sambil menatap miris wajah menantunya.

Memang, satu minggu ini Jenni tak berselera untuk makan, ia menghabiskan waktu dengan menangis, pura-pura tersenyum saat beberapa kerabat Daniel datang menjengkuk serta menolak dengan halus beberapa wartawan yang sering mengikutinya saat wanita itu berada di foodcourt atau pun taman.

Untungnya, penjagaan ruangan Daniel diperketat karena beberapa anak buah El turut serta. Hal itu mempermudah keadaan karena bukan jarang wanita-wanita dengan make up tebal dan baju minim memaksa untuk masuk ke ruangan Daniel.

"Hei! Jangan hanya melamun.. kamu harus makan, sayang..." ucap Amanda lagi, membuat Jennifer mengerjapkan matanya dan akhirnya mengangguk.

Jenni menyelesaikan makan-nya dengan sangat lambat. Ia akan terus melamun jika Amanda tak mengambil alih mangkuk di tangan Jenni dan menyuapi menantunya itu.

Jenni tak sedikit pun mengalihkan pandangan-nya pada wajah lemah Daniel. Ia merindukan Daniel-nya. Merindukan bagaimana lelaki itu tertawa, tersenyum, menyeringai atau bahkan merengut.

LOVED BY THE BASTARD ✅Where stories live. Discover now