Zee&Jordan || Part 12

10.1K 1.1K 243
                                    

"Kau mengikutiku?!" pekik Zee kaget menatap Ethan yang berdiri santai dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celana nya.

Pria itu mengangkat bahunya acuh seraya mengulum senyum geli. Tanpa berniat mengeluarkan suara.

Zee mengeram. "Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya tidak suka dengan mata mengkilat tajam.

"Pertanyaan nya salah, baby... Seharusnya apa yang akan kita lakukan disini.." Ethan mengedipkan mata menggoda sebelum terkekeh geli melihat delikan membunuh dari Zee.

"Jangan bermain-main denganku, Ethan..." Zee berdesis.

"Jadi jika aku serius kau mau bersamaku? Baiklah, kita lakukan itu..." sergah Ethan dengan sorot mata berbinar.

Ya Tuhan...

Zee tidak habis pikir dengan cara berpikir Ethan. Pria yang menurutnya gila karena selalu nekat melakukan sesuatu yang berlebihan. Seperti sekarang, Zee menganggap kedatangan pria itu di apartemennya dengan membuntuti adalah berlebihan. Ditambah dengan tingkah tengil nya yang semakin mengesalkan.

Ethan selalu mengganggunya, disetiap ada kesempatan. Dan sekarang Zee yakin pria itu sedang bermain-main dengannya. Hal yang memuakan.

Ethan sering kali mengeluarkan rayuan yang sama sekali tidak memengaruhi dirinya. Mungkin rayuan itu juga sering di lontarkan nya pada wanita yang menjadi kekasihnya.

"Apa apartemen di sebelahmu ini kosong?"

Lamunan Zee terpecah mendengar suara bariton Ethan yang bertanya dengan tatapan mengarah pada apartemen disebelahnya.

Zee mengikuti tatapan Ethan. Dan saat itulah ia kembali merasakan sesak di dadanya. Tiga bulan berlalu... Selama itu pula apartemen itu tidak terbuka. Tidak ada yang mengisinya. Hingga sampai saat ini Zee masih bertanya-tanya akan kepergian Jordan. Sebab, pria itu pergi begitu saja.

Zee menebak kepergian Jordan tepat sehari setelah apa yang terjadi diantara mereka. Kepergian pria itu membuat Zee kecewa karena Jordan tidak berpamitan padanya, setidaknya jika tidak ingin secara langsung.. pria itu bisa melakukannya dengan memberikan surat.

Tapi itu lagi-lagi harus menjadi harapan saja. Kenyataan pria itu pergi dengan kebencian yang dalam terhadapnya. Zee menerimanya, Jordan tidak pantas di bohongi... Tapi ia justru membohongi pria itu.

Menurutnya, Jordan melakukan hal benar. Meninggalkannya adalah jalan terbaik. Jika pria itu tetap bertahan di sini, akan menyulitkan bagi Zee dalam usaha melupakan cintanya terhadap pria itu.

Meski begitu, tak bisa dielakkan jika Zee sama sekali tidak melupakan pria itu.

"Kau mau masuk ke apartemenku, Ethan?" gumam Zee setelah keheningan cukup lama.

Zee membuka pintu apartemennya dan menggerakkan kepalanya mengisyaratkan Ethan untuk masuk.

"Kukira akan sulit untukku masuk kedalam apartemenmu." gumam Ethan seraya melangkah masuk ke dalam apartemen Zee dengan mengembangkan senyuman.

Zee tidak menyahuti. Memilih menutup pintu sebelum kemudian berjalan menyusul Ethan yang kini berdiri di tengah ruang utama apartemennya dengan tatapan meneliti.

"Apartemen yang nyaman, rapih dan bersih. Kau merawatnya dengan baik, honey..."

Zee meletakan tasnya di sofa, diikuti dirinya yang duduk di sebelahnya. Melepas heels yang dikenakannya membuat Ethan tersenyum miring.

"Jangan terburu-buru, kita memiliki banyak waktu, my angel.." ucap Ethan sembari melangkah mendekati Zee.

Zee mendongak, memicingkan matanya. "Tentu kita memiliki banyak waktu," gumam Zee. Lalu melanjutkan, "Waktu untuk menyadarkanmu dirimu dari alam mimpi."

Zee&Jordan [ SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang