Zee&Jordan || Part 1

15.6K 1.3K 182
                                    

Sampai pagi harinya, Zee tetap terjaga. Ia baru beranjak dari duduknya ketika matahari mulai menampakan cahaya nya hingga perlahan sinar dari matahari tersebut dapat dirasa oleh Zee.

Mengambil langkah maju, Zee mencengkram pembatas balkon. Menatap lekat pada terbitnya matahari yang tercipta indah pada pagi ini.

Sejenak yang dilakukannya hanya memandang terbitnya matahari. Merasakan cahaya itu semakin bersinar dan sang matahari yang semakin berani menampakan diri.

Setelah merasa cukup, Zee berbalik. Melangkah masuk ke dalam kamar.

Tepat saat ia berada di dalam kamar, ponsel miliknya berdering nyaring yang membuat Zee mendesah berat sebelum kemudian bergegas meraih ponselnya yang entah dimana. Kamarnya berantakan, segalanya berserakan diatas lantai.

Alih-alih membereskan, Zee justru semakin mengacaukan kamarnya sendiri. Dengan membungkukan tubuhnya, kedua tangan Zee  meraba-raba kasurnya, sesekali melempar dan menghempaskan bantal serta gulingnya yang masih berada diatas kasur dengan asal.

"Menyusahkan," gumam Zee ketika menemukan ponselnya yang terselip di kepala ranjang.

"Ada apa?" ucapan pertama yang Zee lontarkan ketika ia menerima telepon itu. Nada suaranya datar.

"Hanya mengingatkan, pukul delapan pagi kau ada pemotretan, dan kau tidak bisa melarikan diri seperti yang sering kau lakukan dengan alasan konyol. Kau akan dijemput, aku tidak ingin yang terjadi kembali terjadi."  suara lembut namun tegas itu menembus sempurna pendengaran Zee, memberitahu tegas dirinya.

"Aku sedang tidak ingin melarikan diri," gumam Zee masih dalam nada suara yang tetap datar.

"Baguslah." hela napas lega terdengar samar dalam pendengaran Zee. "Setidaknya aku lega karena tidak harus lagi membereskan masalah yang kau buat itu." 

"Apa kau sudah mempersiapkan segalanya, Nalia?" tanya Zee.

"Tentu, kau hanya tinggal datang dan bergaya di depan kamera tanpa dibebani segala persiapan yang merepotkan."  sahut Nalia dengan nada yang sarkastik.

"Baiklah," gumam Zee.

"Ap--"

Zee melemparkan ponselnya ke atas kasur. Tentu, sebelumnya ia memutuskan terlebih dulu sambungan telepon antara dirinya dan Nalia.

Zee menoleh. Menatap jam dinding dari balik pundaknya. Ia tidak terlalu peduli sebenarnya dengan pemotretan itu. Dan yang dilakukannya sekarang ini duduk di tepi ranjang sampai akhirnya membaringkan tubuhnya dengan kaki yang masih menyentuh lantai.

Meski sudah satu tahun berada di Washington.. Zee tetap sering merasakan asing dengan kota yang ia pilih sebagai tempat memulai hidup barunya ini.

Dia terlalu lama di New York, dan memutuskan menetap di Washington bukanlah sesuatu yang Zee duga-duga.

Washington adalah tempat yang tidak sengaja Zee suarakan ketika ia memutuskan untuk pindah. Kala itu, Clara... Mengintrogasinya dengan tatapan yang menurut Zee mendalami. Clara sangat mengenal dirinya, begitup sebaliknya. Hal itulah yang membuat Zee sulit menjelaskan perihal kepergiannya.

Wajar saja ketika itu Clara curiga padanya dan memutuskan untuk meminta penjelasan darinya. Sebab, saat itu dirinya Kembali ke New York tanpa dia. Kepulangannya dari Paris membawa berita yang tidak diharapkan.

Tapi bagaimana lagi, Zee tidak bisa menetap setelah tahu jika bukan dirinya yang ada dalam hidup dia.

Dirinya merasa jika tidak ada lagi yang bisa di harapkan. Maka dari itu, Zee memilih kembali, dan menyatakan jika dirinya akan pindah tempat.

Zee&Jordan [ SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now