Zee&Jordan || Part 4

11.2K 1.3K 242
                                    

Tiga puluh menit berlalu cepat. Detik-detik serta menit yang telah terlewati tidak mengubah keadaan sunyi di apartemen berdinding keseluruhan putih itu.

Baik, Zee atau Jordan... Keduanya memilih bungkam dengan duduk saling berhadapan dengan meja kaca selutut yang membatasi keduanya.

Dari awal mereka tiba di apartemen Zee, tak sekalipun suara terlontarkan. Bahkan saat Zee mempersilahkan Jordan masuk pun, ia hanya menginstruksikan pria itu dengan gerakan mata serta kepala. Bersyukur Jordan bukanlah pria bodoh, jadi, Zee tidak perlu repot mengulang instruksi yang membuatnya menatap lebih lama.

Padahal, seharusnya mereka saling berbincang.. Mengingat satu tahun keduanya tidak bertemu. Tetapi, sampai saat ini tidak ada sepatah kata pun yang tersuarakan. Hanya keheningan dengan dentingan jam yang bergerak lambat.

Tidak bisa dibiarkan!

Keheningan yang telah lama mendominasi... Akhirnya terpecahkan dengan lontaran pertanyaan dari suara lembut namun terdengar tidak suka.

"Kau akan tetap bungkam atau berbicara, Jordan? " tatapan Zee membalas dengan sorot datar. Seolah ingin memberitahu pria itu jika kehadirannya sesuatu yang tidak di inginkan. Setidaknya untuk saat ini.

"Bukankah itu yang seharusnya kukatakan padamu?" sahut Jordan masih dengan gerak tubuh tenang. "Sepertinya sudah jelas aku memberi alasan mengapa aku disini, bersamamu..." tambahnya yang mendapat senyum sinis dari Zee.

"Ah, ya... Penjelasan. Kau akan mendapatkannya," gumam Zee seraya memangkukan kakinya. Sementara punggungnya ia sandarkan pada sandaran sofa.

"Tapi, sebelum itu... Aku ingin bertanya, apa penjelasan dariku itu penting? Kau terlihat begitu ingin tahu alasan kepergianku."

"Kau hanya perlu menjelaskan," sahut Jordan.

"...Dan kau hanya perlu menjawab," timpal Zee sebelum mendengus.

Jordan menghela napas pelan, "ya," katanya yang membuat Zee menahan napas. "Tapi, tidak juga..." tambahnya hingga Zee tersenyum pahit.

Tentu saja, Zee sadar, dirinya tidak pernah ada dalam kehidupan pria itu. Hanya Ashley Miller, si penjahat.

Hanya mengingat sosok Ashley saja... Zee mendengus tidak suka, apalagi jika ia harus bertatapan dengan wanita itu. Maka dari itu, Zee segera menyingkirkan ingatannya yang mengarah pada Ashley dan kembali menata perkataan yang menurutnya ia pantas suarakan.

"Aku ingin menjalani hidup baru, menata kehidupan yang baik." ujar Zee, kali ini tatapannya menerawang. "Dan disinilah aku. Aku mendapatkan kehidupan yang seperti kuharapkan. Pekerjaan yang menyenangkan, dan hidup bebas tanpa seseorang yang menemaniku dengan alasan melindungi. Apalagi sebuah keharusan karena tugas."

Jordan menaikan alis tepat di akhir kalimatnya. Seakan menyadari bahwa akhir perkataan Zee sebuah sindiran.

"Aku mengerti," gumam Jordan datar.

Zee berdeham seraya bergerak kikuk di sofanya ketika Jordan menatapnya dengan begitu dalam. Ia memalingkan wajah, menghindari tatapan Jordan yang seperti ingin menelanjanginya.

Tapi, secepatnya Zee kembali menatap Jordan. Membalas tatapan pria itu. Menantang.

Tak salah jika Zee menjadi orang tidak peduli satu tahun ini. Karena itulah, Zee berusaha mengeluarkan perkataan yang kemudian ia sesali.

"Kau sudah mendapat penjelasan. Apa kau bisa pergi?"

Zee menggigit bibir bagian dalamnya saat Jordan tak mengalihkan tatapan nya dari Zee. Cukup lama, dan Zee benar-benar panik. Ia mulai merasa bahwa pertahannanya mulai runtuh.

Ini tidak bisa dibiarkan. Ia tidak boleh aku mbali menjadi Zee yang dulu. Sosok yang mudah tersipu hanya karena sebuah tatapan.

"Baiklah," gumam Jordan setelah keheningan cukup lama.

Pria berkaos hitam itu bangkit dari duduknya meski tatapannya tetap mengarah pada Zee.

Perlahan, Jordan melangkah mundur, sebelum berbalik dan mengambil langkah cepat hingga Zee bangkit dari duduknya dan menyerukan nama pria itu yang hendak keluar dari pintu apartemennya.

"Jordan!!"

Zee menarik napas dalam, menghembuskannya perlahan sebelum ia mengarahkan telunjuknya ke arah dapur yang tidak jauh dari ruang utama apartemen.

"Jasmu ada di dapurku." ucap Zee ketika Jordan memutar setengah badannya dengan tatapan mengarah padanya.

Dengan cepat Zee berlari ke dapurnya untuk mengambil jas Jordan yang sebelumnya ia keringkan melalui mesin cuci miliknya. Setelah menghirup aroma khas pria itu dari jas bagian dalam Jordan, Zee kembali ke ruang utama dan menyodorkan jas pria itu yang kali ini kering. Meski tidak terlalu.

Tanpa berkata apa-apa, Jordan mngambil jasnya. Namun alih-alih segera menarik tangannya dan keluar... Jordan justru mempertahankan posisinya. Dimana ia berhadapan dengan Zee sementara tangannya yang berada di bawah tangan Zee.

"Perlu kupanggilkan keamanan?"

Jordan tersentak dan segera mengambil jasnya. Berlalu meninggalkan Zee tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Zee menghela napas berat sebelum menepuk keningnya keras. Ingin rasanya ia menahan pria itu agar tetap disisinya, namun disisi lain ia tahu bahwa itu akan membuatnya semakin sulit.

_______________

Zee merebahkan tubuhnya diatas kasur. Menatap nyalang langit-langit kamarnya. Setelah kepergian Jordan beberapa waktu lalu, Zee memang memutuskan untuk menyibukan diri dengan membersihkan kamarnya.

Dan sekarang, Zee hanya berbaring tanpa berniat untuk memejamkan mata. Ia masih selalu terjaga disetiap malam menjelang.

Zee terperanjat dari tidurnya ketika ia mendengar suara samar dari bel apartemennya. Alih-alih bergegas bangun dari tidurnya, Zee justru melipatkan kedua kakinya dengan berbantal tangan.

Zee menggeram kesal tatkala bel apartemennya tak kunjung berhenti. Ia pun beranjak dan berjalan cepat menuju pintu apartemennya.

Zee membelalak ketika tahu siapa yang ada di balik pintu apartemennya. Hal itu membuat Zee terpaku hingga ia pasrah ketika bahunya di dorong pelan.

"Aku membawakan makan malam untukmu."

Zee mengerjapkan mata beberapa kali. Lalu, ia sadar dan segera berjalan menghampiri Jordan yang berdiri membelakanginya.

"Kenapa kau kembali?"

"Aku sudah mengatakannya," sahut Jordan mengarahkan matanya pada bungkusan yang pria itu letakan di atas meja.

"Kau tidak perlu melakukan ini," balas Zee. Kau mempersulit usahaku untuk melupakanmu. Sambung Zee dalam hati.

"Zee.. Kau adalah salah satu yang harus ku lindungi, bagaimanapun kau--"

"Aku mengerti." sela Zee. Ia tahu kelanjutan dari perkataan Jordan. "Terimakasih," tambahnya tanpa senyum.

Jordan menangkup wajah Zee yang berhasil membuatnya terpaku.

Hal yang sangat ia benci adalah dimana Jordan memperlakukan dirinya seperti yang spesial, namun nyatanya semua itu tidak merubah apapun yang membuat mereka bersama. Bahkan Zee yakin jika Jordan tidak merasakan perasaan yang ia rasakan.

Zee merutuki dirinya karena menikmati sentuhan tangan Jordan di pipinya. Tidak lama, karena setelahnya Zee segera mengambil langkah mundur. Menatap Jordan datar.

"Bisakah kau perg---"

"Aku akan pergi, jika kau butuh sesuatu, kau bisa datang ke apartemenku." sergah Jordan tanpa merasa terintimidasi.

Sedangkan Zee membulatkan matanya tidak percaya. Dan semakin tidak percaya saat mendengar lanjutan dari perkataan Jordan.

"Apartemenku ada di sebelahmu."

Tidak mungkin!

____________

Jangan lupa vote dan komentar

Terimakasih

Ig. Vaeva0717



Zee&Jordan [ SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now