Chapter 28

37 15 17
                                    

"Berharap atau diharapkan? Kurasa dua-duanya tetap berlabuh pada satu hal, yaitu luka."-A

"Menyimpan atau mengatakan? Kurasa dua-duanya harus dipikirkan dengan matang."-A

"Bertahan atau melepaskan? Kurasa dua-duanya sama-sama membutuhkan pengorbanan."-D

****

Ting nong!!

"Bentar!" aku berteriak nyaring sembari berjalan setengah berlari menuruni tangga.

Klek!

"Ck, gue kira lo siapa kenapa gak langsung masuk sih? Pintunya gak dikunci kok."

"Kan gue mau jadi tamu yang baik hati dan sopan, Cha," sahut Dave sambil melangkahkan kakinya memasuki rumah lalu duduk di sofa.

Aku mendengus, "Gak ada tamu yang sopan langsung duduk tanpa disuruh tuan rumah."

Dave tergelak. Lalu menyuruhku duduk di sampingnya. Tangannya menaruh plastik yang dia pegang ke meja di depan kami. Melihat apa yang ada di dalam plastik itu mataku langsung berbinar.

"Nah! Ini baru tamu yang baik hati! Sering-sering deh bertamu ke sini asalkan bawa makanan, hehe." Dave membantuku membuka kotak pizza itu, saat kotak itu benar-benar terbuka segera saja aku mencomotnya satu. "Gak sekalian sama minumnya Dave?"

"Kalo gue tamu baik hati dan gak sombong yang ada di dunia, elo adalah tuan rumah tidak tau malu yang ada di dunia," ucap Dave sambil memakan pizza yang ada di tangannya.

"Biarin yang penting gue bahagia."

"Iyahh... yang pwenting lo bahag--" Dave berucap dengan mulut yang penuh dengan makanan, sehingga tak terdengar jelas apa yang tengah ia bicarakan.

"Apa lo bilang?" tanyaku setelah menelan sepotong pizza di genggamanku

"Yang pen-"

Ting nong!

"Bentar ya Dave, gue mau buka pintu dulu." Aku berdiri dari tempat dudukku lalu berjalan mendekat ke arah pintu.

Yang langsung tertangkap oleh mataku saat membuka pintu adalah; wajah Aland yang terlihat tidak bersahabat, kantung matanya menghitam menandakan kalau dia jarang tidur, mungkin dia dan keluarganya terlalu asik berlibur atau entah pergi kemana hingga tidak ada waktu untuk tidur?

Dua hari ini Aland tidak masuk dan kuasumsikan kalau dia masih pergi bersama keluarganya. Bukan begitu yang dikatakan Aland saat aku menanyakan kabarnya di chat?

Aku tersenyum, berniat menyapanya, "He--"

"Mama lo ada?"

Aku terkejut mendapati nada bicaranya yang sangat dingin, wajahnya tak menunjukan kalau dia adalah Aland yang jail dan suka mengerjaiku. Dia bukan Aland yang kukenal. Rahangnya mengeras, ia menatapku tanpa ada emosi yang terlukis di wajahnya yang menegang.

Masih terkejut dengan sikap Aland yang tiba-tiba menyela saat aku hendak menyapanya, aku berusaha untuk kembali memunculkan senyuman. Mungkin dia memang lagi dalam suasana tidak enak 'kan? Aku berusaha mengerti. "Ada. Kayaknya ada di belaka--"

Aland tiba-tiba melangkah masuk tanpa mendengarkan perkataanku yang selanjutnya, ia menyenggol bahuku karena perbuatannya itu. Jalannya terkesan buru-buru. Dari semua sikap Aland yang aneh aku hanya ingin mengetahui satu hal....

...ada apa?

Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa Aland tiba-tiba bersikap seperti itu?

Aku membalikkan badan, melihat Aland tidak mengindahkan keberadaan Dave di ruang tamu ia terus melangkah, sementara aku masih setia memandangi punggung Aland yang perlahan menjauh.

Dinosaurus I'mn love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang