Chapter 26

45 13 21
                                    

"Harapan dan kekecewaan. Mereka berbanding lurus. Jika kau tak ingin mengenal kekecewaan maka jangan menumbuhkan harapan."

"Maukah kau meninggalkan yang lama dan menyusun yang baru bersamaku?"-A

*****

Jika karena tidak terpaksa, aku tidak akan mau mengantarkan sekotak obat-obatan yang entah obat apa itu ke rumah Aland. Kata Mama, persediaan P3K di rumah Aland sudah habis. Berhubung Mama adalah seorang dokter maka Mama Aland mempercayakan urusan ini ke Mama. Aku heran, kenapa tidak membeli sendiri saja di apotik?

Oke, sebaiknya aku tidak boleh menggerutu akan apa yang disuruh Mama. Tidak baik 'kan membicarakan orang tua di dalam hati?

Aku menghembuskan napas kasar sembari membuka pintu pagar rumah Aland lalu memasuki halaman rumahnya. Tepat di depan pintu, lagi aku menghela napas.

Tok tok!

Tidak ada sahutan.

Tok tok tok!

Tetap tidak ada sahutan.

Tok tok tok tok!!

"Assalamualaikumm! Ini Alyssa anak pak Rudi yang cantik!!" aku berteriak sembari menyebutkan nama Ayahku dengan lantang. Kesal karena masih tidak ada jawaban, aku mengetok pintu sekali lagi. Aku bertaruh, jika sampai kali ini tidak ada sahutan aku akan balik badan kembali ke rumah!

Tok tok tok!

"Iyaa bentar!"

Huft, akhirnya aku tak perlu kembali ke rumah dan mengatakan pada Mama kalau tidak ada seorangpun di rumah Aland, lalu akan disuruhnya kembali lagi nanti.

Terdengar suara langkah kaki yang sepertinya tengah menuruni tangga, karena malas entah atau karena bosan aku menyandarkan tubuhku ke pintu rumah Aland sambil melihat-lihat isi kotak itu dari luar. Kotaknya yang bening membantuku untuk mengetahui obat apa saja yang ada di kotak tersebut. Baru saja aku akan mengeja nama obat pada bungkusnya tiba-tiba pintu yang aku sandarkan terbuka hingga aku terhuyung ke belakang.

BRUKK!

"ADUUH! ALAND! KENAPA LO GAK BILANG-BILANG DULU SIH!!" aku jatuh dengan posisi tidak mengenakkan dengan pantat yang pertama bersentuhan dengan lantai. Cukup keras jika hanya untuk membuatku mengerang kesakitan. Kotak obat itu sudah tidak ada di tanganku entah melayang kemana.

Aland hanya menatapku, diam beberapa detik lalu terkekeh. Aku mendengus kesal sambil terus menggerutu dengan tangan mengelus pantatku yang perih. Aland memang menyebalkan. Setidaknya dia mencoba menangkapku seperti di film-film kek! Lah ini? Aku dibiarkan jatuh begitu saja.

Dasar dinosaurus!

Aland mengulurkan tangannya berniat membantuku berdiri, aku mendengus lalu menerima uluran tangannya. Selesai membantuku berdiri Aland berjalan keluar, lalu masuk kembali dengan tangan yang memegang kotak obat-obatan itu.

"Buat gue 'kan?" tanyanya sambil menunjukan kotak itu padaku.

Aku yang masih kesal hanya mengangguk lalu melangkahkan kaki menuju keluar. Hingga sebuah suara menginterupsi memaksaku untuk berhenti dan membalikkan badan. Keinginan untuk tidak berlama-lama berada di rumah Aland karena aku masih canggung? Karena perkataannya pada Claudia beberapa hari lalu sepertinya hanya harapan yang keterwujutannya akan menguap begitu saja di atas awan. Lagi.

"Kak Alyssa!!" gadis kecil yang merupakan penyebab utama harapanku tidak terwujud itu langsung berlari, dan memeluk kedua kakiku erat.

Cantika.

Dinosaurus I'mn love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang