Chapter 13

229 57 104
                                    


"Al!" seseorang memanggilku, refleks aku menoleh ke asal suara. Lavie.

"Apa?" Tanyaku menghentikan langkah hanya sekedar untuk menoleh ke belakang. Lavie berlari ke arahku. Baru saja mulutnya akan mengucapkan sesuatu setelah berada di sampingku namun tertahan dikala melihat Dave di sampingku. Berhasil menghentikan pergerakan mulutnya.

"Kyaa! Ganteng banget si anak orang! Emes deh, aaaa!" pekik Lavie tangannya hendak menggapai pipi Dave, namun Dave menoleh ke arah lain. Berhasil menjauhkan tangan Lavie dari pipinya, tanpa bersuara. Lavie manyun, seperkian detik kemudian Lavie menggelayut di lenganku sembari mengguncang lenganku keras. "Al, kenalin dong Al, tu anak orang. Kalok nemu cogan bagi-bagi boleh kali."

Aku melepaskan tangan Lavie yang masih melekat di lenganku. "Apaan si?" ucapku risih. Kulirik Dave, ada sorot ketidaknyamanan tercetak di wajahnya. Dingin. Satu kata yang melambangkan sikapnya sekarang. Entahlah sikapnya berubah-ubah, di rumah ia pecicilan, di sekolah berkebalikannya. Huh.

"Al! 'kan lo udah janji sama gue mau ngenalin tu anak ke gue." Lavie menggerling genit ke arah Dave, yang dibalas dengusan kasar olehnya. "Al." Lavie kembali mengguncangkan lenganku. "Alyssa gak asik, ih."

Dengan kesal aku menjawab, "Iya, iya. Dave kenalin ini Lavie." Aku menarik tangan Dave agar ia menoleh. Lavie memekik kegirangan. "Lavie ini David." Dengan semangat Lavie menjulurkan tangannya ke arah Dave. Sedikit enggan, Dave membalas uluran tangan itu.

"Lavie," ucap Lavie semangat.

"David." Dingin, juga datar menyamai triplek. Beberapa kalimat yang melambangkan sikap Dave sekarang. Entahlah aku tidak mengerti. Aku menggelengkan kepalaku kemudian melanjutkan melangkah menuju kelas, diikuti Dave seperkian detik kemudian.

Kami berjalan menuju kelas dengan keheningan yang meliputi, terkecuali Lavie yang sedari tadi senyam-senyum memainkan handphonenya dapat ditebak sekarang ia sedang apa.

"Gue ke kelas dulu, Cha." Suara Dave berhasil melenyapkan keheningan yang menyelimuti beberapa detik lalu. Kami berhenti di persimpangan koridor, Dave ke kanan sedangkan aku dan Lavie ke kiri.

Aku menoleh ke arahnya. "Ok, siip." Aku tersenyum kemudian kembali melanjutkan berjalan menuju kelas. Dapat kulihat kini Lavie menaruh handphonenya ke sakunya.

"Eh, Al." Panggil Lavie.

"Hmm?" aku bergumam menjawab panggilannya.

"Kok dia bisa akrab banget sih sama lo? kok dia manggil lo Icha? Lo juga manggil dia Dave. Kalian ada hubungan apa sih? Tapi ke gue dia dingin banget kenapa ya?" Tanya Lavie berturut-turut, aku memutar bola mata malas.

"Kalok masalah itu sih tergantung nasib," jawabku asal. Lavie memukul lenganku.

"Au, ah. Nyebelin banget si lo jadi orang!" aku terkekeh, kemudian menaruh tas di kursi saat memasuki kelas.

"Kalok gue gak salah lihat tadi pagi lo berangkat sama Vera ya? Kalok gue gak salah lihat sih," ujar Lavie setelah menaruh tasnya, kemudian menoleh ke belakang.

Aku membenamkan kepalaku ke dalam lipatan tangan yang aku buat. "Hmm," gumamku menanggapi perkataan Lavie.

"Serius? Demi apa?" aku mendongak, menatapnya dengan tatapan risih, mulutnya hampir menyamai toa.

"Demi Lovato."

"Bukan," sanggahnya.

"Terus apaan?"

"Demi cinta kita... kukorbankan selamanya..." aku terkekeh, kemudian menoyor kepalanya. Ada-ada saja. Lavie nyengir.

"Tapi serius, emang beneran lo jalan sama Vera? Sama David juga 'kan?" tanya Lavie sambil membenarkan duduknya.

Dinosaurus I'mn love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang