~ Sekilas Tentang Keyakinan ~

546 15 3
                                    

"Kamu percaya hantu?" tanyamu tiba-tiba.

Aku memasang wajah kecut. Tak begitu yakin dengan maksud dari pertanyaanmu itu. Tapi kucoba untuk menjawabnya karena kamu terlihat begitu penasaran. "Ya, aku percaya jika hantu itu memang ada," jawabku santai.

Kamu diam, nampak berpikir.

"Bagaimana denganmu?" tanyaku.

Kamu masih diam seakan banyak pertanyaan yang melayang-layang dalam fikiranmu.

"Apakah Allah akan setuju jika kita menikah?" tanyamu kemudian dengan begitu polosnya.

Rasanya aku ingin tertawa mendengar pertanyaanmu itu. "Pertanyaan macam apa itu" benakku seakan ikut tergugah untuk mengomentarinya. "Aku tidak tau, tapi kita tidak akan bisa menikah di Indonesia jika tidak memiliki agama yang sama." Jawabku coba menjelaskan.

"Jadi Allah tidak akan setuju?" tanyamu lagi seakan tak puas dengan jawabanku.

"Coba kamu tanyakan padanya," celetukku tanpa sadar.

Wajahmu terlihat masam. "Bagaimana caranya aku bisa bertanya padanya?"

Aku tertawa, rasanya begitu lucu melihat kepolosanmu itu. "Kamu ingin memiliki agama?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

Kamu nampak berpikir, "Aku percaya akan satu hal, Karma." Jawabmu tegas, aku hanya mengiyakan.

"Aku tidak tau apakah Tuhan itu ada atau tidak. Tapi aku yakin jika karma akan membalas semuanya. Jika kamu melakukan kebaikan maka hasil baiklah yang akan kamu peroleh pada akhirnya nanti. Dan jika kamu melakukan kejahatan tentu saja karma yang akan membalas semuanya." Lanjutmu.

Membuatku sejenak terpaku, kini kepalakulah yang dipenuhi sejuta pertanyaan.

"Kamu percaya jika surga dan neraka itu memang ada?" spontan itulah pertanyaan yang pertama kali menyusup keluar dari kepalaku.

"Aku percaya." jawabmu tegas.

"Kamu percaya jika yang menciptakan alam semesta dan seluruh isinya ini adalah Tuhan?" tanyaku lagi.

Kamu bingung. "Aku tak begitu yakin, tapi cerita rakyat kuno di Negaraku mengatakan sesuatu yang lain." jawabmu.

Aku mengangguk mengerti, "Dan kamu percaya akan cerita itu?"

"Aku percaya." tegasmu. "Karena dalam cerita itu manusia diciptakan dari tanah liat dan air" sambungmu.

Aku tersentak, kaget. "Mengapa sama seperti dalam Islam?" tanyaku dalam hati.

"Allah juga menciptkan manusia pertama dari tanah liat dan air. Kemudian dia meniupkan ruh kedalamnya maka jadilah Adam manusia pertama." jawabku.

"Aku tau, aku sudah membacanya. Itu sebabnya Allah tidak menciptakan kita sempurna. Allah menciptakan kita dengan banyak kekurangan. Ada makhluk yang jauh lebih sempurna dari kita manusia." Katamu.

Aku terperangah, benakku semakin tak kuasa menahan pertanyaan yang mulai tak terbendung itu.

"Aku juga membaca Al-Qur'an, katanya orang yang berbeda agama tidak bisa menikah." Lanjutmu yang membuatku semakin keheranan saja.

"Darimana kamu membaca Al-Qur'an?" tanyaku.

"Dari internet, aku mencari tau tentang agamamu. Tentang apa yang boleh dan yang tidak boleh kamu lakukan. Aku membaca terjemahan dari Al-Qur'an kemudian memahaminya." Tukasmu santai.

"Untuk apa kamu melakukannya?"

Kamu tertawa. "Tentu saja untuk mengetahui tentangmu. Jika aku mencintaimu bukankah aku juga harus mengetahui semua yang berhubungan dengan dirimu, termasuk agama yang kamu percayai."

Aku terdiam, terperangah. Tak dapat mengatakan sepatah katapun.

"Kamu tenang saja, aku tak akan membuatmu melakukan kejahatan yang akan menyebabkanmu masuk kedalam neraka. Karena aku juga percaya jika neraka itu ada. Aku juga akan berusaha untuk tidak melakukan kejahatan agar kita bisa bersama-sama bahkan saat di surga."

Aku tak tau lagi apa yang harus aku katakan, mendengar perkataanmu yang begitu polos dan lugu rasanya hatiku sakit. Aku memang merasa senang, tapi entah kenapa rasa sakit secara bersamaan juga hadir disana. Rasanya bagaimana bisa aku melepaskanmu saat kamu sedang mencari kebenaran yang sebenarnya. Mulai saat ini kuputuskan untuk membantumu, membimbingmu menuju jalan kebenaran itu. Aku takkan memaksa, hanya jika kamu mau.

"Kenapa kamu diam?" tanyamu bingung.

Aku tersenyum, "Mari kita bersama dan jangan pernah berpisah."

Kamu mengangguk gembira, "Aku yakin Allah pasti akan menyetujui kita." Jawabmu lagi-lagi dengan begitu polosnya.

10 Desember 2017
00:35

Kalimat Rasa [FINISH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang