~ Hanya Mengungkapkan ~

480 8 1
                                    

"Gadis yang sentimental" ucapmu.

Aku heran, apa maksud dari perkataanmu itu. "Apa maksudnya?" tanyaku.

"Mungkin kita tidak cocok." Jawabmu kemudian.

Aku sedikit berpikir, apakah aku mengatakan hal yang salah atau adakah ucapanku yang menyakiti hatimu. Aku terus berpikir, mencari-cari sebuah jawaban yang masuk akal disana.

"Kenapa?" tanyaku untuk memastikan.

Kamu diam, tapi aku tak bisa hanya diam saja. Otakku terus saja memunculkan pertanyaan-pertanyaan aneh yang tak sabar menunggu jawaban.

"Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanyaku lagi.

"Aku hanya mengutarakan perasaanku," jawabmu.

Jawaban apa itu? Tentu saja aku tak puas mendengarnya. Bukan jawaban itu yang aku harapkan, jawabanmu malah semakin menimbulkan premis besar di pikiranku dan sewatu-waktu dapat menjadi sebuah masalah.

"Oke, kamu dapat mengungkapkan perasaanmu." Balasku, mencoba bersikap tenang.

Kamu kembali diam.

Aku tak mengerti apa makna dari diam mu itu. Kamu terlihat sangat berbeda hari ini. Terlihat seperti orang lain. Atau memang aku yang selama ini belum paham tentang dirimu?

"Menurutmu apa itu cinta dan apa efek yang akan terjadi dari jatuh cinta?" tanyamu kemudian.

Aku mengerutkan dahi, kita sudah berulang kali membahas hal ini. Sering kali berdebat akan pendapat ini. Tapi kamu masih saja menanyakan nya.

Aku menghela nafas, mencoba menyikapi semuanya dengan kepala dingin. "Kamu sudah tau apa pendapatku, kenapa kamu bertanya lagi?"

"Jawab saja pertanyaanku." Tegasmu.

Mataku tertutup, kutarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Menurutku cinta adalah menerima kelebihan dan melengkapi kekurangan orang yang kamu cintai. Menerima segala hal dalam dirinya dan mencoba untuk memahami jika semua manusia tidaklah sama." Jawabku.

Seakan tidak merasa puas kamu kembali berkata, "Berikan aku jawaban singkat" tukasmu.

"Cinta adalah menerima segala hal dari orang yang kamu cintai." Seruku dengan sedikit emosi yang menyeruak didada.

"Cinta adalah syarat pernikahan," katamu.

"Aku tau itu," jawabku. "Tapi jika kamu ingin menikahi seseorang kamu harus bisa menerima segala sesuatu yang ada dalam dirinya, kan?" sambungku.

Kamu nampak tak setuju. "Tak harus menerima segalanya, hanya perlu pengertian dan toleransi."

"Aku tau, dan aku juga setuju" tegasku. "Jadi apa maksudnya semua ini?" tanyaku lagi.

"Kamu tau, kita memiliki banyak perbedaan pandangan yang tentang dunia ini." Kamu diam, seperti mencari sebuah kata dalam kepalamu. "Kita berada di negara yang berbeda, memiliki kepercayaan yang berbeda, itu membuat kita memiliki banyak perbedaan tentang hal dalam hidup ini." Lanjutmu.

Aku terperangah, tak mengerti kemana arah pembicaraan ini. "Aku tau itu semua, aku mengerti akan hal itu sejak awal."

"Kamu tau, begitu banyak perbedaan. Begitu sulit untuk bersama. Begitu banyak rintangan dan halangan. Terkadang kita juga berkendala saat berkomunikasi karena perbedaan bahasa." Lanjutmu.

"Aku tau, aku tau itu. Tapi bukankah sejak awal kita sudah setuju untuk melalui semuanya? Jika pada akhirnya kita harus berpisah bukankah kita sepakat untuk tidak saling menyesali? Lantas mengapa sekarang kamu kembali mengorek masalah ini?"

"Aku hanya mengungkapkan perasaanku."

Lagi-lagi hanya jawaban itu yang keluar dari mulutmu.

14 Desember 2017

Kalimat Rasa [FINISH]Where stories live. Discover now