6. Saat Bahagia

1K 110 195
                                    


"Silahkan turun, tuan putri." Soraya tersenyum dan melangkahkan kakinya keluar dari taxi berwarna biru.

Akhirnya Ega bisa menghirup udara segar, setelah hampir seharian penuh menemani Soraya berbelanja di pasar tradisional yang panas dan sumpek.

Ega berjongkok meraih kantong plastik hitam yang berisi barang belanjaan milik Soraya. "Sini aku bantu." Tak sengaja soraya menyentuh tangan Ega. Ega tersenyum, dan tatapan mereka beradu. Soraya yang salting cepat-cepat menarik tangannya, dan dengan gerakan secepat kilat berdiri membelakangi Ega.

Dengan dada yang berdebar Soraya merutuki kebodohanya. Dasar! Aya bodoh! Refleks tangannya memukul mukul kepalanya sendiri.

Gerakan Soraya terhenti saat Ega menarik tangannya, kemudian menautkan jari-jari  mereka. Soraya yang sudah gugup setengah mati mencoba melepaskan tangannya, namun tak berhasil karena Ega menahannya,menggenggamnya dengan erat layaknya seorang cucu yang menuntun neneknya saat hendak menyeberang.

"Please!" Ega memohon dengan puppy ayes-nya. Manis dan menggemaskan, salah satu ekspresi yang selalu sukses membuat hati Soraya melting seperti keju dalam wajan panas.

Ega menyunggingkan senyuman, ia bersorak riang dalam hati saat mendapati Soraya  yang mengangguk pasrah atas permintaannya.

Sesampainya di ruang tamu, Ega melepaskan genggamannya pada Soraya. Gadis itu bersyukur, akhirnya ia bisa bernapas lega dan mengistirahatkan  jantungnya yang sedari tadi bermarathon.

Bisa kena serangan jantung nih, kalau lama lama deket sama Ega.

"Aku taruh ini ke dapur dulu ya, Ga," ucap Soraya seraya mengangkat dua kantong belanjaan. Mencari alasan  agar bisa secepatnya kabur menyelamatkan diri dari situasi yang sedari tadi membuatnya ingin pingsan karena gerogi.

Sepeninggalan Soraya, Ega menyandarkan  tubuhnya di atas kursi, menengadah menatap langit-langit. Tanpa sadar pandangannya turun menuju sebuah figura besar yang menampilkan foto seorang gadis berparas  cantik nan lucu.

"Pasti itu foto Soraya waktu kecil. Nggak salah ... calon istri gue emang udah cakep dari lahir," ucapnya bangga, lalu tersenyum jemawa.

"Dih senyum senyum sendiri, kesambet baru nyaho lho." Soraya datang  dari arah dapur dengan membawa segelas orange juice di tangannya. "Nih minum. Auskan?"

"Duh, calon istri tau aja kalau calon suaminya lagi aus," goda Ega seraya terkekeh karena melihat kedua pipi Soraya langsung merona. Dalam sekejap, segelas orange juice yang dibuatkan Soraya habis dalam satu tenggakan Ega.

Soraya tertawa. "Itu aus apa rakus?"

Ega mengangkat sebelah alisnya ke atas. "Enak sih buatan calon istri."

Lagi-lagi Soraya tersipu. Sepertinya mulai hari ini dan seterusnya ia harus mempersiapkan  hati dan jantungnya agar terbiasa denga  gombalan receh milik Ega. "Apaan sih? Calon istri calon istri mulu. Geli tau dengernya," omel Soraya dan Ega hanya terkekeh mendengarnya.

Ega berdiri lantas berpamitan pada Soraya.

"Makasih banyak udah nemenin aku belanja."

Ega tersenyum. "Iya sama-sama, aku seneng banget bisa pergi berdua sama kamu," jujur Ega membuat Soraya reflek merekahkan senyuman. Kembali tersipu.

"Kamu istrirahat gih. Pasti cape 'kan?" Tangan Ega terulur megelus rambut Soraya, menyelipkan anak-anak rambut Soraya ke belakang telinganya. Soraya jadi gugup dan salah tingkah.

"Tadi kita berangkatnya pagi banget kan?" Ega melirik arlojinya. "Ini aja udah hampir mau dzuhur."

Soraya menganguk mengiyakan.

FREAK LOVEWhere stories live. Discover now