Recall (Bagian 25)

35 8 0
                                    

Hidup yang melelahkan, kemarin aku dan Baekhyun baru saja pulang dari Kanada dan beberapa jam kemudian kami harus kembali terbang ke Cina. Lima hari berlalu, aku dan Baekhyun baru bisa mengumpulkan tiga orang dari delapan para petinggi yang menanamkan sahamnya di perusahaan baru tuan Kim. Jujur aku tak yakin usaha kami ini akan berhasil, sisa 2 hari lagi. Apa kami bisa meyakinkan sisannya dalam waktu sesingkat itu?

Penolakan Mr. Wang membuatku ingin menyerah, seharian aku menunggunya. Namun, ia tetap bersikeras tak ingin menarik sahamnya.

"Baek, sepertinya usaha kita ini sia-sia," sahutku putus asa. Kami terduduk di kursi panjang yang terletak di sebrang perusahaan Mr. Wang.

"Jangan putus asa, kita pasti berhasil." Baekhyun menepuk bahuku memberi kekuatan.

"Tapi ...," kalimatku terhenti saat menangkap seorang pria berbadan tinggi berjalan keluar dari perusahaan Mr. Wang.

"Ada apa Chan ...."

"Bukankah itu Sehun." Aku menunjuk pria yang kini berjalan menuju sebuah SUV terparkir. Tanpa pikir panjang kakiku melangkah mendekatinya. Tanganku terkepal sebelum mendaratkan tinju di samping rahang kirinya.

"Bajingan! Kau bawa kemana Jiyeonku?"

Sehun terperangah, ia menatapku dengan pandangan bertanya-tanya. "Apa maksudmu, aku tidak mengerti?" Ia memegangi rahangnya yang memerah.

"Jangan pura-pura, aku tahu kau yang menculik Jiyeon, 'kan?!"

Tanganku melayang, bersiap mendaratkan pukulan. Namun, Baekhyun segera berdiri di antara kami. "Jangan gegabah Yeol, kita dengar dulu penjelasannya."

Sehun menatapku dan Baekhyun bergantian, "Sebenarnya ada apa dengan Jiyeon?"

"Jiyeon menghilang, apa kalian pergi bersama?" Baekhyun menatap Sehun dengan pandangan menyelidik.

Sepasang mata Sehun melotot, "Tidak, aku pikir Jiyeon kembali padamu, Yeoll."

Aku terperangah, jika Jiyeon tidak bersama Sehun, lalu ke mana gadis itu pergi.

"Aku melihat kalian mengobrol di Rumah Sakit, saat di Pulau Jeju waktu itu."

Sehun mengangguk, "Ya, kami memang mengobrol, saat itu aku pamit padanya sebab akan berada di Cina untuk beberapa Bulan ke depan."

"Lalu ...."

"Jiyeon setuju, dia bilang akan kembali pada keluarga angkatnya dan mengatakan semua kejahatan Tuan Kim."

Aku memejamkan mata untuk beberapa saat. Gadis itu bilang akan kembali padaku, nyatanya ia sama sekali tak menampakkan Batang hidungnya. Bahkan setelah aku mengetahui kebenarannya Jiyeon seolah menjaga jarak.

"Keesokan harinya Jiyeon tidak masuk kantor, bahkan sampai saat ini kami masih berusaha mencari keberadaannya. Aku khawatir si tua bangka Kim akan melakukan sesuatu pada Jiyeon."

"Paman Kim, Ayah Dae Ahn?" Sehun menatapku dan Baekhyun bergantian.

Baekhyun mengangguk mantap, "Sepertinya dia sudah tahu kalau Jiyeon mengakui jati dirinya pada Chanyeol. Beberapa hari yang lalu Tuan Kim menarik saldo yang sangat besar dari anggaran pemasukan dan pembelanjaan kantor, ia juga menjual saham milik petinggi dan ...."

"Dia berniat menghancurkan anak perusahaan milik ayahku dan beberapa hari lagi akan membuka perusahaan sendiri."

"Itu sebabnya kalian datang kemari?"

Aku dan Baekhyun kompak mengangguk, "Kami sedang berusaha meminta para petinggi yang bekerja sama dengan perusahaan itu agar menarik kembali sahamnya."

"Aku akan membantu kalian!" ucap Sehun sungguh-sungguh. "Siapa saja penanam sahamnya?"

Baekhyun tersenyum, ia mengulurkan selembar kertas berisi data diri tentang para penanam saham.

"Aku dan Chanyeol baru menerima persetujuan penarikan saham dari 3 orang, sisa ...."

"Kita mulai dari Mr. Wang," potong Sehun cepat.

Aku menggelengkan kepala mantap, "Beliau menolak, kami sudah menemuinya."

Sehun menepuk bahuku, "Aku akan membantumu tenanglah." Ia tersenyum menenangkan. "Ayo kita masuk."

Tanpa banyak bicara aku dan Baekhyun mengekori Sehun, memasuki gedung yang beberapa saat lalu ia tinggal.

"Aku ingin bertemu dengan Mr. Wang," sahutnya pada resepsionis yang berjaga di depan.

Gadis yang berdiri di belakang meja resepsionis itu tersenyum sebelum menghubungi Mr. Wang. Ketika gagang telpon berpindah ke tempat semula, kami bergegas mendekati gadis itu.

"Mr. Wang mempersilakan anda masuk, Tuan Oh."

Sehun mengucapkan terima kasih, lalu berjalan menuju lift dan menekan angka tertinggi agar sampai di lantai teratas gedung ini.

Saat sampai di lantai atas kami di sambut dengan pria berambut plontos yang menolak mentah-mentah permintaanku tadi, sikap pria itu sangat ramah jauh bereda dengan sikapnya padaku tadi.

"Hi, Sehun ada apalagi kau datng kemari?" sapanya sambil merangkul bahu Sehun.

"Kenapa Paman mengusir temanku tadi," balas Sehun tak terima.

Paman?  Apa pria plontos itu benar-benar paman Oh Sehun? Tak bisa dipercaya.

Pria itu melepaskan rangkulannya di bahu Sehun, lalu meneliti penampilanku dan Baekhyun. "Jadi kalian teman keponakanku ya?"

Aku dan Baekhyun mengangguk sambil tersenyum kikuk.

"Ada hal yang harus aku bicarakan dengan Paman."

Pria itu mengangguk, kemudian mempersilakan kami memasukki ruangan pribadinya. Di dalam Sehun menceritakan tentang maksud dan tujuanku datang kemari, ia juga mengatakan siapa tabiat tuan Kim yang sebenarnya.

Awalnya Mr. Wang kaget, tapi setelah mendengar keseluruhan cerita Sehun akhirnya ia memutuskan untuk menarik kembali sahamnya. Beliau juga bilang akan membantuku menghubungi penanam saham lainnya.

"Ini daftar orangnya, Paman. Pokoknya aku tak mau tahu, semua harus selesai hari ini juga." Sehun mengulurkan kertas yang kuberikan tadi pada Mr. Wang.

"Dasar anak muda, ingin yang instant saja. Tenanglah, Paman bisa melakukan semuannya. Seperti ini kecil."

Sehun tertawa ringan, "Kami pulang, dan mungkin aku akan kembali ke Korea."

Mr. Wang menepuk bahu Sehun, kemudian merangkulnya selama beberapa saat, "Hati-hati di jalan, hubungi aku bila sudah sampai di Korea."

Sehun menepuk punggung pria itu, "Kabari aku juga secepatnya."

Mr. Wang melepaskan pelukkan, mengangguk lalu melambaikan tangannya. "Nanti malam aku akan menghubungimu, Nak."

***

Apa yang dikatakan Mr. Wang memang tidak bohong, malamnya aku mendapatkan kabar bahwa para penanam saham itu berniat menarik sahamnya secara serentak dan itu akan dilakukan tepat ketika tuan Kim selesai memotong pita peresmian perusahannya.

Malam ini aku benar-benar senang dan ini semua berkat campur tangan Sehun, tanpa pria itu, apa jadinya aku saat ini. Sehun juga memberi kami tumpangan untuk bermalam, besok kami akan terbang ke Korea dan melanjutkan rencana yang sempat tertunda.

Alu harus berterimakasih pada Sehun, tapi nanti sajalah. Mengucapkan kata terima Kasih bukanlah hal yang mudah untukku. Lagi pula pria itu tak mengharapkan dua kata itu dariku, dia senang asalkan melihat Jiyeon bahagia.

Sekarang kami perlu fokus menyusun rencana agar bisa segera menjebloskan tuan Kim ke penjara, lalu mengbil Jiyeon dari genggamannya tanpa membuat gadis itu terluka.

Semoga saja Jiyeon mau kembali padaku dan keluarga Park, semoga Jiyeon mau kembali pada kehidupannya yang dulu, dan semoga saja Jiyeon masih memiliki perasaan yang sama seperti 3 tahun lalu. Aku harap dia bersedia menjadi tambatan hatiku, dan akhir dari perjalanan cintaku.

Aku mencintaimu, Park Jiyeon. Tunggulah, semua akan indah pada waktunya, percaya padaku!

RecallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang