Recall (Bagian 1)

246 45 3
                                    


“Aku menyukaimu ....”

“Sampai kapanpun aku akan selalu berada di sampingmu!”

“Aku ... benar-benar sangat menyukaimu, Yeollie.”

“Saranghae!”

Kilatan bayangan itu tak henti-hentinya berputar bak roll film yang disetel di televisi. Dalam hitungan detik, benteng yang kubangun selama bertahun-tahun porak-porandah akibat terpaan angin kehidupan.

Ribuan duri berbondong-bondong menusuk memori, memaksa cairan liquid keluar dari peristirahatan. Jiwa ini mengerang kesakitan meminta kedamaian pada Sang Pencipta. 

Kejadian itu, sampai kapan akan terus menari di dalam ruang memori? tanyaku dalam hati.

Rasanya ingin sekali kuhapus awan kelam yang menutupi cahaya mentari, namun sekuat apapun kucoba menghapusnya, bukannya menghilang awan kelam itu malah semakin pekat membalut atap dunia. 

Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan?!

“Chanyeol.” Lantunan suara merdu muncul dari balik pintu, menyadarkanku dari dunia lamunan. Aroma vanilla menyeruak masuk kedalam rongga penciuman.

Eo-eomma,” ucapku pelan dengan suara serak khas bangun tidur.

“Apa yang terjadi padamu? Apa kau mimpi buruk lagi?” tanya eomma sembari duduk disamping ranjang yang kutempati.

A-ani, aku hanya ....” Belum sempat kuselesaikan ucapan, eomma sudah terlebih dahulu menyelanya “Kau ini masih saja tidak berubah, cepat bangun dan segeralah bergegas pergi ke kantor. Ayahmu sudah menunggu.”

Aku menghela napas panjang. “Baiklah,” jawabku.

Setelah beliau pergi kuhembuskan napas kasar, “Syukurlah Eomma tidak menyadarinya,” gumamku pelan.

Sudah hampir 3 tahun kejadian itu berlalu. Tapi, sampai saat ini aku masih belum bisa melupakanya. Melupakan kejadian yang selalu datang dalam mimpiku. 

Seperti biasa, bila kilatan bayangan itu muncul di hadapanku, aku akan bergegas memakan beberapa pil anti depresi yang sering kukonsumsi 3 tahun belakangan ini.

RecallWhere stories live. Discover now