Recall (Bagian 4)

145 29 6
                                    

Sebuah helikopter terbentang di halaman balkon salah satu hotel bintang lima di Pulau Jeju. Beruntungnya aku karena mengusulkan dibuatkan helpad di lantai teratas hotel milik Appa, jika tidak, mungkin saat ini aku masih mondar-mandir di Bandara Incheon karena ketinggalan pesawat.

Kalau saja aku lebih cepat 1 menit tadi, kupastikan tak perlu menelpon paman Seung Hoon dan menyusahkannya karena meminta dikirimkan helikopter beserta pilotnya secara mendadak. Bukankah seharusnya aku senang karena ketinggal pesawat? Itu berarti aku tak perlu lagi menginjakkan kakiku di Pulau Jeju.

Ya memang, kalau saja logikaku tidak bekerja, mungkin aku akan bersorak dan bergegas berlari keluar dari bandara mengikuti kata hati. Namun otakku masih berotasi pada porosnya, entahlah apa yang akan terjadi bila aku membatalkan pertemuan bersama Mr. Phusua. Proyek kerjasama mengenai mega hotel yang akan kami rintis bersama bernilai puluhan juta dollar Amerika, sudah dipastikan kami akan mendapat keuntungan dua kali lipat dari biasanya. Aku pun tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan langka ini.

Sayangnya tempat pertemuan kami tidak dilangsungkan di hotel ini, memerlukan waktu seperempat jam menggunakan mobil agar sampai di resort yang telah Mr.Phusua dan appa sepakati.


Ketika kakiku sampai di pintu depan hotel, sebuah Lamborghini Gallardo sudah menanti ingin segera dinaiki. Seorang pria berpakaian serba hitam bergegas membungkukkan tubuhnya sebelum membukakan pintu penumpang untukku. Tak Ingin membuang waktu, aku pun segera memasuki mobil diikuti Dae Ahn.

***

Perlahan kakiku melangkah memasuki beranda resort, saat tubuhku  sudah berdiri di dalam lobi resort kilatan bayangan itu kembali datang tanpa diperintah. Kupejamkan kelopak mataku, sejenak kupijit pelipisku pelan.

"Apa anda baik-baik saja, sajangnim?" tanya Dae Ahn diiringi nada penuh kekhawatiran.

Aku mengangkat tangan kiriku, memberi tanda bahwa aku baik-baik saja.

Setelah merasa agak sedikit tenang, kepalaku tegak kembali bersiap melawan kilatan-kilatan bayangan yang selalu memenuhi memori. Ketika tubuhku berada di tengah-tengah lobi, tanpa sadar mataku menari ke sana-kemari memperhatikan seisi resort yang pernah kukunjungi bersama dia beberapa tahun yang lalu.

Jika diperhatikan dengan jeli, resort mewah yang terletak di kawasan Jeju-do ini tak membuat perubahan yang signifikan, tempat ini masih sama seperti 3 tahun yang lalu. 


Berulang kali kuhembuskan napas kasar, berharap perasaan itu tak muncul kembali, perasaan yang meninggalkan sejuta kenangan. 

Kakiku kembali melangkah memasuki lift di salah satu sudut ruangan dengan sedikit ragu, untuk kedua kalinya kupejamkan mataku berusaha meyakinkan diri bahwa aku bisa melakukanya. 

"Ya, aku harus bisa melakukannya demi Appa," bantiku pelan.

Baru beberapa detik tubuhku berada di dalam ruangan besi itu, tiba-tiba saja kilatan bayangan itu ... kilatan bayangan yang selama 3 tahun belakangan ini membuatku resah, gelisah dan tak tentu arah muncul untuk kesekian kalinya.

Tuhan kenapa seperti ini? Kenapa kilatan-kilatan itu muncul begitu saja? Dan di detik ketiga pandanganku mengabur. Cahaya hitam menghampiriku, sebelum sepasang kelopakku terkulai kudengar teriakan Dae Ahn yang menggema di sepenjuru ruangan.

RecallNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ