Recall (Bagian 10)

85 14 4
                                    

Tanda tanya besar berlari-lari di dalam kepala, aku tak pernah berhenti bertanya pada diriku sendiri, sebenarnya ada apa ini?
Sore tadi eomma berpesan agar aku tidak keluar rumah hari ini apalagi sampai larut malam seperti beberapa waktu lalu. Ini aneh dan perasaanku pun berubah menjadi tidak enak. Sepertinya akan ada yang terjadi, sayangnya aku tidak tahu kejadian itu akan menyenangkan atau malah sebaliknya.

"Ah, kau harus tetap berpikir positif Chanyeol. Semua akan baik-baik saja." monologku.

Aku kembali menatap puluhan gambar Hotel di dalam tablet yang beberapa jam lalu kugengam, satu persatu kuperhatikan kekurangan dan kelebihan Hotel itu termasuk informasi  pelayanan dan fasilitasnya yang kudapat dari beberapa pengunjung yang tak lain adalah temanku.

Ini terlihat seperti tak berguna, memperhatikan Hotel orang lain sampai ke sudut-sudut terkecilnya hanya untuk mencari kekurangannya. Kalian jangan salah sangka dulu, aku tak berniat menjatuhkan salah satu Hotel itu dengan menuliskan kekurangannya di surat kabar harian. Aku hanya ingin melihat selera para pengunjung era sekarang, apakah masih sama atau ada kriteria Hotel kategori nyaman dengan fasilitas lainnya? Bila ada, sebagai putra dari pemilik beberapa Hotel di Seoul, aku harus memberitahukannya pada appa karena kenyamanan dan pelayanan adalah hal yang paling utama.

Aku jadi ingat ucapan Baekhyun, "Resepsionisnya memang cantik, agak mirip Taeyon Girls Generation. Tapi sikapnya sombong sekali, aku tak sudi lagi menginap di Hotel itu!"

Baiklah, besok aku harus menempatkan orang yang ramah di meja resepsionis, ah tidak pokoknya semua karyawan yang bekerja di Hotel appa diwajibkan memiliki sikap ramah. Lalu aku juga akan mengusulkan dibuatkannya Taman bermain Anak agar orangtua tak perlu repot lagi mencari tempat untuk anaknya bermain di Hotel, aku juga akan ....

Tok ... Tok ... Tok ....

Belum sempat kuselesaikan rencanaku ketukan pintu mengintrupsi, dengan malas aku bergegas bangkit dan berjalan sebelum membuka lebar-lebar pintu kayu di hadapanku.

"Eom ...."

"Bersiap-siaplah tamu kita akan segera datang, gunakan pakaian terbaikmu. Lima belas menit lagi kau harus sudah berada di meja makan!" potong eomma membuatku terdiam di tempat.

Lima belas menit lagi? Bahkan aku belum sempat mandi tadi pagi, apa lima belas menit  cukup? Sudahlah tak perlu mandi, cuci muka, gosok gigi dan ganti baju sudah lebih dari cukup. Aku pun memilih celana khaki warna putih dan kaos jack daniel hitam. Masalah rambut biarkan saja agak berantakan, karena gaya rambut seperti ini sedang trend dan lagi bisa membuat wanita kepanasan.

Kupandangi bayanganku dari cermin, tiba-tiba saja aku tertawa jahat. "Betapa tampannya pria itu." ujarku menunjuk cermin, kalau saja ada wanita di sini aku yakin wanita itu akan pingsan karena pesona dan ketampananku.

Aku bergegas turun menuju meja makan, tak ingin mendapat omelan eomma apalagi appa sedang ada di rumah. Bisa dicabut fasilitasku bila eomma mengadu yang tidak-tidak pada appa.

Dari ujung tangga aku menangkap lima punggung di meja makan, dua wanita dan tiga pria. Aku tahu satu wanita dan satu pria di sana adalah ibu dan ayah, tapi tiga lainnya aku tak yakin mengenal mereka. Untuk mencari jawaban siapa orang-orang itu, kakiku melangkah semakin lebar menuruni satu persatu anak tangga. Dalam hitungan empat puluh delapan detik aku sudah berada di antara orang-orang itu.

"Chanyeol, duduklah." sahut Mr. Phusua. Sepertinya si rambut jagung mengajari ayahnya bahasa Korea, meski dialeknya terdengar aneh yang ini lebih lumayan daripada saat di pulau jeju waktu itu.

Aku mengangguk dan mendudukan tubuhku di samping pria seusiaku, di depannya duduk seorang gadis yang sangat familiar. Gadis itu adalah Veroniqueen Stefanie Judic, gadis yang menenggelamkanku dalam lautan jelagat birunya, gadis yang mengingatkanku akan Park Jiyeon.

Malam ini gadis itu tanpa kacamata hitamnya dan terlihat beribu kali lebih cantik, rambut sebahunya dibiarkan terurai begitu saja. Untuk sesaat aku terpana, jantung ini tak berhenti bertalu lebih cepat dari biasannya.

"Kenalkan beliau Oh Sehun, arsitek yang akan menangani pembangunan Mega Hotel kita. Kebetulan ayah Tuan Oh memiliki perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi dan properti. Masalah pembangunan, kita serahkan semuanya pada beliau." jelas appa membuatku menatap pria berkacamata bulat itu. Sesaat kami saling pandang, tiba-tiba ada getaran yang datang menyapa. Apakah ini cinta? Oh tentu saja tidak, itu hanya getaran ponsel Tuan Oh yang tergeletak di atas meja.

"Park Chanyeol." sahutku mengulurkan tangan kanan.

Kulihat Oh Sehun tersenyum membuat rahangnya kokohnya terlihat semakin jelas, "Oh Sehun." balasnya menjabat tanganku. "Dia Veroniqueen, kekasihku." lanjutnya membuatku kosong, nyawaku rasanya diambil secara paksa dari dalam tubuhku.

"Kami sudah saling kenal." balas Vero menatapku dan Sehun bergantian. "Secara tak sengaja kami bertemu di Cube Studio beberapa minggu lalu." tambahnya.

"Syukurlah, aku senang kalian sudah saling kenal. Queen, aku rasa kita bisa berteman dengan Chanyeol."

Mr.phusua, Vero, appa dan eomma terkekeh mendengar ucapan Tuan Oh. Sepertinya pemuda itu mudah sekali mengambil hati orang yang berada di sekitarnya.

"Aku membawa cetak biru hasil rancanganku, tuan-tuan bisa melihatnya sekarang." ujar Sehun dan lagi membuat Vero tersenyum.

Appa menggeleng, "Kita makan malam dulu lalu bahas masalah itu."

"Saya setuju." lanjut Mr. Phusua menyetujui.

Malam ini kami habiskan untuk makan malam dan membahas masalah pembangunan Mega Hotel, namun mataku tak mampu beralih dari Vero barang satu detik pun. Aku tak bisa menerima bahwa dia adalah kekasih Oh Sehun, rekan kerjaku.

RecallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang