Recall (Bagian 11)

83 14 4
                                    

"Aku menyukaimu ...."

"Sampai kapanpun aku akan selalu berada di sampingmu!"

"Aku ... benar-benar sangat menyukaimu Yeollie"

"Saranghae ...."

Air mataku mengalir, entah bagaimana kalimat itu bisa berputar lagi di dalam memori, padahal beberapa minggu belakangan ini aku sudah mulai merasa tenang dan bayangan itu perlahan mulai menghilang. Kurasa kehadiran Vero di meja makan semalam berpengaruh besar padaku, aku selalu berpikir bahwa gadis itu Jiyeon dan semalam ia datang bersama Oh Sehun yang mengklaimnya sebagai kekasih. Huh, ini tak mudah untukku, bahkan mataku tak bisa berpaling dari wajah cantik Vero. Efeknya aku tak yakin bisa bekerjasama dengan Oh Sehun karena arsitek muda itu selalu bersikap manis pada Vero, ia memperlakukan gadis itu layaknya ratu sama seperti panggilan sayangnya 'Queen.'

Aku masih ingat gaun yang dipakai Vero semalam, gaun putih panjang dengan aksen keemasan membuatnya seperti ratu baik hati yang baru saja turun dari istana. Mata birunya bersinar terpapar lampu yang agak sedikit remang-remang dan rambut hitam sebatas bahunya tergerai indah, terkadang rambut itu menari-nari akibat kipas angin yang sengaja kusimpan di belakang tubuhnya. Kalian tahu betapa indahnya Vero? Aku rasa para malaikat pun akan iri dengan keindahan yang dimilikinya. Oh lord, ini benar-benar membuatku gila. Aku merasa ada ribuan paku yang menusuk hatiku, perasaan ini sakit bila mengingat dia dan Oh Sehun adalah sepasang kekasih yang diciptakan untuk bersama. Terkadang aku bertanya, kenapa harus Oh Sehun, kenapa tidak aku saja? Sayangnya sampai dunia terbalik pun tak ada jawaban yang kudapatkan, sunyi sepi hanya itu yang tetap bertahan di dalam hati.

Dengan kasar kuseka air mata yang mengalir dari kedua mataku, tanpa kusadari seorang gadis cantik menghampiriku dengan gaun putih selutut yang digunakannya. Sangat cantik,apa aku bermimpi? Untuk meyakinkanya aku mengosok-gosok kedua mata pekat yang kumiliki.

"Oppa, ini bukan mimpi." Suara itu, aku mengenalnya. Suara manis yang aku ridukan selama ini.

"Yeonie," sahutku tak percaya. Tanganku terus berusaha untuk menggapainya, namun aku tak bisa.

Gadis itu tersenyum, "Ya, ini aku. Oppa, aku hidup bahagia di alam sana. Kau jalanilah hidupmu seperti manusia normal pada umumnya, berhentilah memakan obat itu." Tangannya menunjuk langit-langit kamarku sebelum menunjuk beberapa toples obat yang kusembunyikan di dalam nakas. "Berhentilah hidup dalam penyesalan dan satu lagi aku akan selalu mengawasimu dari sana."

"Yeonie, aku merindukanmu," ujarku parau.

"Aku juga," balas Jiyeon. Suaranya lembut, wajahnya tetap tenang dan ceria. Aku rasa ia sudah mendapatkan kebahagiaannya. "Aku akan selalu menjagamu," lanjutnya.

"Kau, bisakah kau tetap berada di sampingku?" tanyaku mantap.

Jiyeon menggeleng, "Maaf, aku tidak bisa. Tapi kau jangan khawatir, bila kita memang ditakdirkan untuk bersama, suatu saat nanti kita pasti akan bertemu kembali. Nan saranghae, jeongmal saranghamnida Park Chanyeol." Dia memelukku dan di detik berikutnya dia menghilang tanpa jejak, seperti bui.

"Jiyeon." Tanpa sadar aku berteriak, mataku terbuka seketika mencari sosok gadis bergaun putih yang mendatangiku beberapa saat lalu. Tapi nihil, jangankan bayangannya jejaknya pun tak kutemukan sama sekali.

" Hanya mimpi," gumamku pelan.

Aku mendesah frustasi, rasa gelisah merasuki diri. Mau tak mau kutelan beberapa pil Escitalopram yang selalu ampuh memberiku ketenangan. Sesaat kusandarkan tubuhku pada ujung ranjang guna menormalkan perasaan dan menghilangkan kegelisahan.

Saat aku mulai merasa nyaman satu pesan di kakaotalk datang, itu dari Baekhyun. Pemuda itu memintaku menemuinya di Starbuck. Tanpa pikir panjang aku pun membalas Ya sebelum pergi ke kamar mandi dan merapihkan diri.

RecallWhere stories live. Discover now