Chapter 16 : Party

Start from the beginning
                                    

"Gaya makanmu sungguh tidak anggun" Cibir Sasuke.

"Jariku patah, ingat? Aku juga tak mau terlihat begitu payah di depanmu"

Sasuke terdiam. Benar kata Naruto. Ia tak pernah  menginginkan selalu menjadi korban bully para fangirls Sasuke. Hanya saja kini menjadi kesenangan Sasuke untuk menggoda Naruto dan membuatnya jengkel seperti sekarang. Lihat saja ekspresi cemberutnya yang bikin hati Sasuke semakin doki-doki tak karuan. Ekspresi kesal Naruto malah membuat Saauke makin gemas sendiri.

"Kenapa kau malah senyum-senyum sendiri?" suara marah Naruto membuyarkan lamunan singkat Sasuke. Entah sejak kapan Sasuke tersenyum. Andai saja fangirlsnya melihat senyum itu, pasti semua sudah mimisan dan berteriak histeris.

"Habiskan saja sarapanmu"

Sasuke kembali mengiris-iris pancake yang sudah tak utuh lagi dengan sisa gigitan Naruto di satu sisinya. Toh tidak mengurangi kenikmatannya. Ia lalu melahap sarapannya. Menikmati tiap iris pancake yang masuk kedalam mulutnya. Harus ia akui bahwa Naruto pandai memanjakan lidahnya. Setiap makanan yang Naruto sajikan selalu terasa enak di lidahnya.

Selesai sarapan, Sasuke menghabiskan waktu dengan memelototi televisi mungil di ruang tamu naruto. Tangannya tak berhenti menekan tombol remot untuk mengganti channel siaran. Ia terbiasa menonton televisi kabel berbayar dan acara di televisi tak berbayar sungguh membosankan untuknya. Akhirnya ia menghentikan aktifitas menekan tombol remot televisi Naruto dan membiarkan televisi menayangkan acara berita nasional. Sedangkan Naruto sudah langsung meluncur ke kamar mandi begitu potongan terakhir pancake di piringnya masuk ke dalam mulutnya. Ia tak mau datang terlambat dan mengecewakan kiba.

Setengah jam Sasuke menunggu Naruto bersiap. Ia bosan menunggu hanya dengan menonton televisi. Ia lalu berdiri dan sedikit mengeksplore ruangan apartemen Naruto. Ia ingin sedikit tahu mengenai kehidupan pribadi kekasihnya.

Didepan meja televisi nampak beberapa pajangan hasil kerajinan tangannya. Beberapa lampion kecil, bunga kain dengan vas berbentuk unik, dan beberapa foto Naruto bersama sang ibu. Saat Naruto memakai seragam TK dengan rambut dikepang yang sangat manis. Mungkin lain kali Sasuke harus menggandakan foto ini untuk ditaruh didompetnya. Ada pula foto saat Naruto memakai seragam sekolah dasar bersama sang ibu saat kelulusan. Dan sebuah foto Naruto disebuah taman dengan sang ibu duduk diatas kursi roda. Meski terpancar kebahagiaan disana tampak wajah ibu Naruto yang sangat pucat. Ada yang menarik bagi Sasuke dari foto tersebut. Tak ada satupun foto Naruto bersama ayahnya. Dan juga mata ibunya berbeda dengan mata Naruto. Mungkin jika ada foto ayahnya disana, ia bisa membandingkannya dengan mata kekasihnya itu.

"Mencari sesuatu, pangeran?" tanya Naruto saat Sasuke tak menyadari kehadirannya.

"Hn. Tak kusangka kau dulu semanis ini"

"Jangan mengejekku!"

"Hn"

"Ayo berangkat. Aku sudah siap"

"Hn"

Sasuke sedikit terpesona oleh dandanan Naruto kini. Make up tipis yang dikenakan kekasihnya itu membuatnya terlihat berbeda. Apalagi sanggulan rambut sederhana Naruto diatas tengkuknya membuatnya semakin menawan. Jika saja bukan karena seragam kemeja putih berompi hitam khas pramusaji yg dikenakannya sekarang, pasti ia lebih mirip seorang putri dari negeri dongeng.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 28, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fighter LifeWhere stories live. Discover now