Chapter 16 : Party

3K 324 79
                                    

Malam ini naruto tak bisa tidur. Kejadian siang tadi disekolah begitu membekas dipikirannya. Bagaimana tidak. Sakura dan Ino yang melecehkannya di atap sekolah bagaikan menabur garam di atas luka yang telah lama berusaha ia sembuhkan. Kembali lagi kenangan mengerikan itu berputar dikepalanya. Mengoyak benteng pertahanan yang selama ini ia bangun.

Jika sudah seperti ini, bahkan ia berharap suara-suara dalam pikirannya hadir. Menemaninya melewati malam ini meski hanya dengan cemoohan dan sindiran sarkastik. Mengalihkan pikirannya agar tidak mengambil pisau dapur dan memotong urat nadinya. Atau berlari ketengah jalan raya berharap ada pengemudi mobil mabuk yang menabraknya. Jangan bertanya mengapa Naruto masih bertahan hingga kini. Beberapa kali ia mencoba mengakhiri hidupnya. Bahkan tadi siang ia sudah bersiap melompat dari atap sekolah agar semua orang yang membencinya puas. Hanya saja janji menjelang kematian ibunya yang selalu menahannya. Janji bahwa ia akan hidup hingga tua dalam kebahagiaan. Hingga ia memiliki keturunan dan menghabiskan masa tuanya bersama orang-orang terkasihnya, dan meninggal diatas kasur empuk yang nyaman. Sebuah janji sederhana yang nyatanya sungguh sulit luar biasa.

Naruto berusaha memejamkan matanya. Bagaimanapun ia butuh istirahat. Besok sudah akhir pekan dan ia berjaji pada Kiba akan datang dikerja part time di event organizer milik teman Kiba. Percuma. Pikirannya masih melayang entah kemana. Pada kejadian di atap sekolah tadi dan tindakan heroik Sasuke yang menyelamatkannya. Ia pandangi bebatan perban di beberapa ruas jarinya. Sasuke yang mengobatinya. Tak ia sangka bahwa pangeran es itu cukup terampil dengan peralatan p3k.

Pukul 12.37 a.m dan Naruto belum berhasil memejamkan matanya. Ia makin frustasi. Kenangan buruk makin menghantuinya dan besok ia butuh tenaga ekstra untuk bekerja sebagai waitress. Diraihnya laci dekat tempat tidurnya. Mencari keberadaan botol kecil berwarna putih bertuliskan "sleeping pills". Botol yang telah lama tak ia sentuh kembali. Naruto menimang sebentar, berfikir baik buruknya kembali meminum pill kecil yang sempat membuatnya kecanduan itu. Ia sempat menjadi pecandu hingga dosis tiga pil sekali minum agar merasakan khasiatnya. Jangan tanyakan kenapa. Kematian ibunya meninggalkan ruang hati menganga yang Naruto tak tahu harus mengisinya dengan apa. Lima bulan pertama setelah kematian ibunya, Naruto tak pernah bisa memejamkan mata tanpa menenggak sleeping pills terlebih dahulu.

Diambilnya sebutir pil dari dalam botol. Ia tak mau berasumsi berapa dosis minumnya kini. Jika dalam sepuluh menit belum ada reaksi, ia akan meminumnya kembali. Itu lebih baik daripada ia harus over dosis obat tidur.

Lima belas menit kemudian obat mulai bereaksi pada tubuh Naruto. Ia merasa sedikit tenang, nyaman dan sensasi mengantuk datang menyerang matanya. Naruto bersyukur bahwa kini hanya dengan sebutir obat tidur, tubuhnya sudah meresponnya dengan baik. Dan tak berapa lama kemudian Naruto terlelap.

.

.

.

.

.

Jika bukan karena alarm paginya yang berbunyi, mungkin Naruto akan bangun kesiangan pagi ini. Obat tidurnya benar-benar manjur tadi malam. Meski ini hari Sabtu, ia tak boleh bermalas-malasan. Ia masih tetap menjalankan rutinitas pagi untuk mengantar susu dan koran ke pelanggannya. Meski beberapa jari tangannya patah, tak mengurangi semangat pagi Naruto hari ini. Ia justru menambah jatah koran dan susunya. Ia menjajakan sisa susu segarnya di taman dekat apartemennya dan berhasil menjual semuanya. Ia mampir berbelanja di supermarket dekat taman untuk sarapannya dan segera kembali ke apartemen kecilnya untuk mempersiapkan diri di acara briefing pagi ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fighter LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang