Chapter 5 : Pain and Sorrow

1.7K 206 1
                                    

Pukul 11.00 p.m Naruto selesai dengan seluruh pekerjaannya. Menyerahkan kunci kasir pada karyawan shift setelahnya. Kemudian ia menuju ruangan bosnya.

Tok tok tok

"Sasori-san.." kemudian naruto masuk ke ruangan bos nya. Disana si bos duduk dibelakang meja kerjanya. Ia mendekati meja bosnya dengan wajah tertunduk. Lalu berdiri disamping meja.

"Mau sampai kapan kau berdiri? Duduklah"

Naruto duduk disalah satu kursi di depan meja kerja Sasori. Menundukkan kepala agar tidak bertemu pandang dengan laki-laki itu. Ia takut pikiran gelap kembali menguasainya.

"Seperti yang tadi saya bicarakan, saya bermaksud untuk meminjam uang. Anda dapat memotong langsung gaji saya bulan ini." Suara Naruto sedikit bergetar. Ia ketakutan berada didalam ruangan berdua saja dengan lelaki.

"Bolehkah aku mengajukan sebuah persyaratan untukmu?" Sasori bangkit dari duduknya menuju pintu ruangannya. Mengunci pintu ruangannya dan tersenyum licik. Ia membalikkan badannya dan kemudian berdiri dibelakang Naruto. Naruto yang mendengar suara pintu dikunci langsung gemetar. Semuanya bermula dari suara pintu dikunci tersebut. Ayah tirinya dulu pun melakukan hal yang sama, mwngunci pintu ruangannya sebelum melakukannya pada Naruto.

"Persyaratan apa yang anda minta, Sasori-san" ucapnya lirih. Pikirannya mulai menguasainya.

"Aku menginginkanmu malam ini" ucapnya didekat telinga sambil membelai rambut Naruto. Spontan Naruto langsung menjerit mengingat masa lalunya. Ia berlari menuju pintu. Mencoba membukanya dengan sekuat tenaga meskipun gagal.

"Aaarrgghh... Buka pintunya.. Bukaaa..."

Sasori yang tak menduga reaksi Naruto akan se-histeris ini jadi kelabakan. Ia tak ingin mencoreng nama baiknya. Bagaimanapun diluar masih ada pegawai shift malam. Dengan Naruto yang seperti ini pastilah menimbulkan pemikiran negatif pada siapapun.

"Apa yang kau lakukan hah?" Bentak Sasori untuk menutupi akal liciknya.

"Pergi kau dari sini" suara lantang Sasori membentak Naruto dan kemudian membuka kunci pintu ruangannya. Naruto langsung lari keluar restoran. Tak peduli lagi dengan barang-barangnya yang masih tertinggal diloker. Ia hanya ingin segera pulang. Mengamankan dirinya dari kelicikan bosnya. Naruto terus berlari hingga sampai apartemennya. Mengambil kunci dibawah pot bunga didepan apartemennya. Terburu-buru ia memasuki apartemennya, mwnguncinya kembali,kemudian memindahkan meja dan beberapa kursi ke depan pintu. Berharap itu bisa mencegah kehadiran Sasori dan pikiran gelapnya.

Naruto masuk ke kamarnya kemudian menguncinya. Tutuhnya menggigil ketakutan. Ia terduduk dengan memeluk lututnya disudut ruangan. Matanya terus mengawasi kenop pintu kamarnya. Dan pikiran gelapnya datang. Ia merasa anak kunci itu bergerak sendiri, seperti ada seseorang yang membukanya dari luar. Kemudian kenop pintu berputar lambat hinhha kemudian pintu sedikit terbuka, memperlihatkan sosok yang sedang menyeringai memandnag Naruto dengan nafsu membara. Seketika itu Naruto berteriak sejadi-jadinya. Ia menggigil ketakutan. Bayangan itu datang kembali. Memori akan kejadian itu tergambar jelas didepan matanya. Naruto terus berteriak didalam kamarnya. Air mata terus mengalir dari kedua matanya.

Naruto terus menangis dan sesekali berteriak hingga akhirnya ia merasa kelelahan. Kepalanya pusing hingga akhirnya kegelapan menguasainya. Entah dia pingsan atau tertidur didalam kamar apartemennya.

===============oOoOoOoOoOo===============

Jam beker dikamar Naruto berbunyi saat pukul 04.00 a.m. Biasanya ini adalah jam aktifitas Naruto. Namun pagi ini si penghuni apartemen sedang dalam keadaan kacau. Ia terbangun mendengar suara bekernya. Kepalanya terasa sangat pusing. Enggan untuk beranjak dari tempatnya, bahkan hanya sekedar untuk mematikan jam bekernya. Naruto kembali meringkuk dilantai kamarnya. Air matanya mengalir. Ia teringat semalam pulang sambil berlari tanpa sempat mengemasi barang-barangnya diloker tempat kerjanya. Handphone dan dompetnya tertinggal. Sepedanya pun masih dibengkel. Ia tak bisa kemanapun. Ia kembali memejamkan matanya. Mencari sedikit ketenangan memulihkan raganya yang kian melemah.

Pukul 07.00 a.m. Naruto membuka matanya. Sinar matahari yang masuk dari celah jendela kamarnya menyilaukan pandangannya. Naruto bangun dari tidurnya. Membuka pintu kamarnya yang masih terkunci. Tumpukan kursi dan meja didepan pintu apartemennya masih ia biarkan. Itu sedikit membuatnya merasa aman. Naruto membuka lemari es dan dia bersyukur lemari es nya nyaris penuh. Dia tak membawa dompet dan handphone nya. Setidaknya Ia perlu perlu keluar rumah unyuk menenangkan dirinya beberapa hari sebelum kembali ketempat kerjanya untuk mengambil barang-barangnya. Mustahil baginya untuk kembali bekerja di restoran cepat saji itu. Terlalu berbahaya untuknya.

Naruto pergi keruang tamu yang kini kosong. Tak ada meja dan kursi disana karena meja dan kursi masih berada di depan pintu apartemennya. Menduduk kan dirinya dilantai. Ia terlalu malas untuk membuat sarapan. Nafsu makannya menguap entah kemana. Ia kemudian menyalakan televisi dan menekan tombol-tombol di remotnya. Mengacak saluran tv yang mukin bisa menarik perhatiannya. Ia memikirkan pelanggan koran dan susunya, memikirkan sekolahnya, dan kemudian memikirnya kejadian semalam.

Semuanya berputar dikepalanya. Ia kembali merasa pusing. Merebahkan badannya dilantai. Jika mengingat kejadian kemarin disekolah, ia tak menyesali harus membolos hari ini. Mengingat caci makian teman-temannya,surat-surat kaleng diruang lokernya, mengingat Sasuke.

"Haaahhhh.."

Naruto menghela nafas panjang. Kenapa ia mengingat anak angkuh itu. Dia memang sedikit keterlaluan pada Sasuke. Entahlah. Kadang ego dan ketakutannya pada lelaki lebih dominan daripada akal sehatnya. Naruto menggelengkan-gelengkan kepalanya. Mengenyahkan Sasuke dari pikirannya dan kembali menata keberaniannya. Menyemangati dirinya sendiri untuk segera bangkit dan melupakan kejadian semalam.

===============oOoOoOoOoOo===============

Sementara itu di KHIS, Sasuke melirik bangku sebelahnya, kosong. Tak ada surat ijin yang menjelaskan ketidakhadiran Naruto. Aneh. Ini sungguh aneh. Bagi Naruto yang ingin mempertahankan beasiswanya, membolos merupakan hal yang terlarang. Apalagi Naruto lebih sering memaksakan tubuhnya untuk selalu hadir dikelas meskipun sedang sakit. Saauke terus bergumul dengan pikirannya. Apakah Naruto sakit? Kalaupun sakit pasti ia tetap masuk dan memaksakan tubuhnya sepeprti kemarin. Jika benar ia sakit dan pingsan dikamarnya tanpa ada yang menemukannya bagaimana. Apakah ada yang merampoknya? Tapi Naruto terlalu miskin untuk dirampok. Bagaimana jika ada yang memperkosanya? Naruto sangat takut padanya beberapa hari yang lalu. Naruto takut lelaki. Bagaimana jika seseorang berniat jahat padanya. Sasuke meremat kepala nya yang tidak pusing, membuat spekulasi yang tidak amsuk akal. Tanpa ia sadari teman-temannya memperhatikan tingkah lakunya yang diluar kebiasaannya, yaitu memperhatikan Naruto.

To be continue😍

Fighter LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang