Chapter 7 : Pertemuan

1.8K 217 5
                                    

Pukul 03.17 p.m Naruto terbangun dari tidurnya. Entah sejak berapa lama ia tertidur. Tadi ia beranjak ke ruang tamu dan menonton televisi, tak ingat mulai kapan ia memejamkan matanya. Perutnya berbunyi, meminta jatah untuk diisi karena sejak pagi Naruto belum memakan apapun. Biasanya jam segini dia baru keluar dari kelas untuk segera bergegas ke restoran. Namun, kembali Naruto menundukkan wajahnya mengingat kejadian semalam di restoran. Tak menyangka akan begini jadinya, tak mengira bahwa bos nya memiliki akal bejad terhadap dirinya.

Naruto bangkit dari tidur dilantai ruang tamunya. Pusing dan lemas. Ia merasa tak bertenaga sama sekali. Berjalan menuju kulkasnya yang hanya berisi bahan makanan sayur dan beberapa daging. Tak ada makanan cepat saji disana. Mungkin dia memang harus memasak terlebih dahulu. Naruto kemudian mengeluarkan beberapa sayur dan daging ayam, memasak nasi dan mempersiapkan bumbu-bumbu untuk sarapannya yang teramat terlambat hari ini. Mungkin memasak bisa memperbaiki mood dan perasaannya hari ini. Setidaknya akan menghilangkan ingatannya akan kejadian semalam untuk sementara.

Pukul 4.27 p.m naruto menyelesaikan kegiatan memasaknya. Lebih dari satu jam ia menyibukkan dirinya di dapur. Ia terkejut setelah mendapati bahwa ia menghabiskan separuh isi kulkasnya dalam sesi memasak kali ini. Sup sayur, beberapa roll sushi, yakiniku, hingga okonomiyaki. Naruto hanya ingat terus menerus mengiris-iris bahan masakannya dan memasukkanya ke peralatan masaknya. Tak sadar bahwa ia sudah memasak terlalu banyak, bahkan cukup untuk mengenyangkan 5 orang dewasa.

Haaahhh..

Naruto menghela nafas pangjang. Tersadar akan pemborosan yang baru saja ia lakukan. Naruto membiarkan meja dan kursi tetap di depan pintu, sedangkan ia menggelar tikar untuk alas makannya. Menghidangkan hasil kesibukannya didapur diatas tikarnya dan bersiap mengisi perutnya.

Ting tong...

Naruto kaget bel pintu apartemennya berbunyi. Ini adalah kejadian langka. Ia hampir tak pernah menerima tamu. Apalagi setelah kejadian semalam, ia semakin waspada.

Ting tong.. ting tong...

Naruto masih terdiam. Ia bahkan menahan nafasnya. Takut jika bos nya lah yang berkunjung dan ingin menyakiti dirinya lagi.

Ting tong... ting tong... ting tong.... Ting tong...

Tak ada jawaban dari naruto membuat Sasuke yang memutuskan untuk mendatangi apartemen Naruto jadi bimbang. Apakah Naruto baik-baik saja. Bagaimana jika dia sedang tak sadarkan diri di dalam apartement nya. Sasuke melihat rak sepatu disamping pintu masuk. Sepatu dan sandal berbaris rapi disana dan ia yakin bahwa Naruto sedang didalam rumah.

"Naruto ini aku, Sasuke. Bisa kau bukakan pintu? Aku yakin kau ada didalam" teriak Sasuke didepan pintu apartemen Naruto.

Naruto bernafas lega. Untung bukan bos nya yang datang berkunjung. Ia menimang-nimang apakah harus membukakan pintu untuk Sasuke atau tidak.

"Aku tak berniat jahat padamu, Naruto. Cepat buka pintunya"

Naruto kemudian bangkit dari duduknya. Menggeser kursi dan meja dari depan pintu kemudian membukakan pintu untuk Sasuke. Sasuke merasa agak heran dengan suara-suara barang berat bergeser sesaat sebelum pintu apartemen Naruto terbuka. Sasuke terkejut melihat pemandangan didepannya. Naruto tampak sangat amat kacau sekali. Ia masih mengenakan seragam restoran cepat saji, rambutnya acak-acakan, matanya membengkak parah, bahkan masih memerah, dan bau belum mandi menguar dari tubuhnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Pangeran Sasuke-sama?"

Pintu apartemen Naruto hanya terbuka sedikit, memperlihatkan kepalanya yang menyembul menengok tamunya.

Fighter LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang