Chapter 1 : Welcome to My Life

3.7K 270 9
                                    

Pairing : SasuFemNaru

Diclaimer : Semua karakter adalah milik om Masashi Kishimoto. Vita cuma minjem tanpa seijinnya. Gimana mau ijin, saya ndak tau alamat emailnya, nomor teleponnya, alamat rumahnya. Saya juga ndak bisa bahasa jepun. Bahasa inggris aja sepatah-patah aja, macem goyangan gergaji Dewi Persik.

Enjoy it 😊



Beep beep.. Beep beep.. Beep beep..

Jam beker berbentuk katak hijau itu berbunyi nyaring, membangunkan si pemilik kamar yang baru memejamkan mata tak lebih dari tiga jam yang lalu itu. Uzumaki Naruto. Gadis beramput pirang itu menggapai-gapai jam beker di meja disamping tempat tidurnya. Mencoba mematikan berisiknya suara alarm dengan mata tertutup. Ia masih terlalu mengantuk untuk bangun. Jam menunjukkan pukul 4 pagi. Masih terlalu pagi memang untuk bangun dan persiapan ke sekolah. Tapi tidak untuk Naruto. Itu adalah jam normal untuknya bangun setiap pagi.

Berhasil menggapai jam bekernya, mematikan alarm, Naruto mencoba membuka mata dan mengumpulkan kesadarannya. Ia harus segera bangun dan memulai aktifitas paginya.

Naruto turun dari ranjangnya. Mengucek mata nya yang masih terasa panas karena kurang tidur. Berjalan ke kamar mandi dengan mata tertutup. Naruto membersihkan diri. Membasuh mukanya berharap air dingin bisa mengembalikan kesadarannya pagi ini. Merasa segar setelah beberapa kali basuhan, Naruto segera beranjak menuju kamarnya. Mengganti pakaian tidurnya dengan training panjang dan kaos oblong. Mengikat rambutnya ala ekor kuda. Yoshh.. Dia sudah siap. Berlari keluar apartemen kecilnya ke tempat parkir sepeda. Tak lupa ia mengambil jaketnya. Angin musim gugur cukup dingin, apalagi ini masih jam 4 pagi. Naruto tak mau ambil resiko terkena flu. Sakit adalah pemborosan. Itulah prinsip Naruto.

04.15 a.m.

Naruto mengayuh sepedanya ke agen loper koran. Kemudian ke agen susu segar tak jauh dari sana. Ya, setiap pagi Naruto mengambil beberapa kerja sambilan. Mengantar susu dan koran ke pelanggan. Inilah yang ia sebut 'Sekali kayuh dua tiga pulau terlampaui', Sekali jalan dua pekerjaan sambilan ia lakoni. Keranjang sepedanya sudah penuh dengan botol-botol susu dan tas selempang nya penuh koran hari ini.

"Temari-nee, aq berangkat dulu ya" pamitnya pada Temari pemilik agen susu segar.

"Hati-hati Naruto. Pelanggan mu makin banyak sekarang. Mungkin kau harus memperbesar keranjang di sepedamu minggu depan agar bisa muat lebih banyak susu."

"Aku harus membunuh salah satu peliharaan ku terlebih dahulu jika mau memperbesar keranjangku. Aku tak tega, Temari-nee."

"Hahahaha.. Peliharaanmu tak bernyawa, Naruto. Apanya yang tidak tega?"

"Baiklah. Akan kupertimbangkan, Temari-nee. Jaa-ne.."

Temari tahu yang dimaksud peliharaan oleh Naruto adalah celengan-celengan nya. Berbentuk berbagai macam hewan yang rajin ia isi. Naruto berharap kelak uang dicelengannya tersebut cukup untuk membuka usaha atau biaya kuliahnya.

Naruto mulai mengayuh sepedanya ke rumah-rumah pelangganya. Tiap menit sangatlah berharga buatnya. Ia tak mau terlambat mengirimkan koran dan susu. Itulah mengapa pelanggannya terus bertambah.

Naruto hidup sendiri. Ibunya, Uzumaki Kushina meninggal lebih dari setahun yang lalu. Tepat Seminggu sebelum hari kelulusan SMP nya. Naruto lulus dengan nilai terbaik. Namun tak ada keluarga yang menyambut keberhasilannya. Itu jauh lebih menyesakkan untuknya. Naruto tak pernah mengetahui ayah kandungnya. Sang ibu tak pernah memberitahunya dan justru mengalihkan pembicaraan ketika Naruto menanyakannya. Sebenarnya Naruto memiliki ayah tiri. Hanya saja kelakuan ayah tirinya yang membuat ibu Naruto meninggalkannya. Ya, ayah tirinya, Orochimaru, pernah memperkosa Naruto saat ia masih duduk di kelas 2 SMP. Meninggalkan luka mental yang cukup dalam buat Naruto. Kushina yang mengetahui kelakuan bejad suaminya langsung meninggalkannya dan hidup berdua dengan Naruto. Bekerja siang malam untuk mencukupi kebutuhan hidup berdua. Mengabaikan kanker payudaranya yang terus menggerogoti kesehatannya. Terus memforsir badannya untuk bekerja dan membuat kesehatannya menurun. Sampai akhirnya mengantarkannya ke kematian. Meninggalkan Naruto hidup sebatang kara.

Uang di tabungan peninggalan ibunya hanya bersisa sedikit untuk upacara kematian. Sehingga Naruto harus berpikir keras mencukupi biaya hidupnya sendiri. Pagi bekerja sebagai loper koran dan pengantar susu. Pulang sekolah sebagai kasir di restoran cepat saji. Malam hari ia membuat kerajinan tangan untuk dijual di toko online nya. Dan itu belum termasuk kerja serabutannya sebagai tukang cuci piring panggilan dihari sabtu dan minggu. Semua itu ia jalani guna untuk menyambung hidup.

Ia bersyukur dianugerahi otak yang cerdas hingga ia bisa mendapatkan beasiswa prestasi dan beasiswa tidak mampu dari sekolah. Ia tak perlu menguras dompet untuk biaya sekolahnya. Apalagi ia bersekolah di Konoha International High School. Dimana sekolah tersebut adalah sekolah untuk para borjuis, anak menteri, dan kalangan elit. Uang hasil bekerjanya lebih banyak yang ia tabung untuk masa depannya.

Pukul 06.30 Naruto telah selesai mengantarkan koran & susu segar ke semua pelanggannya. Bergegas kembali ke apartemennya untuk segera mempersiapkan kebutuhan ke sekolahnya. Saat sampai di apartemennya, Naruto tidak segera mandi. Ia kedapur terlebih dahulu. Menyiapkan sarapannya & bekal makan siangnya. Naruto jarang jajan dikantin karena menurutnya itu merupakan pemborosan. Akan lebih hemat jika ia membawa bekalnya sendiri. Membuat omuraisu untuk sarapannya dan membuat beberapa bento untuk bekal makan siangnya. Tangannya berhenti memotong-motong bahan masakannya saat ia merasa kunci pintu apartemennya bergerak. Seperti ada orang dari luar yang memiliki duplikat pintu apartemennya dan berusaha membuka nya. Ia merasa kenop pintunya berputar dan pintu sedikit terbuka memperlihatkan sosok ayah tirinya yang tersenyum kearahnya. Senyum yang menurut Naruto adalah senyum paling mengerikan di dunia. Keringat dingin sudah membasahi keningnya. Nafasnya tersengal-sengal. Serasa oksigen mulai menghilang. Ia tak bisa bergerak. Tubuhnya kaku.
"Jangan.. Kumohon jangan lagi..." ucapnya lirih. Ia menutup matanya erat. Menutup telinganya dengan kedua tangannya.
"PERGIII..!!!" teriaknya dengan nada frustasi. Kemudian ia membuka matanya. Pintu apartemennya masih tekunci dan tertutup rapat dari dalam. Tak ada seorangpun disana. Semua itu hanya bayangan Naruto. Semenjak kejadian pemerkosaan 3 tahun lalu oleh ayah tirinya, ia sering dihantui kemunculan ayah tiri nya secara tiba-tiba, apalagi jika ia sedang sendirian. Hal ini semakin sering sejak kematian Kushina dan ia harus hidup seorang diri. Bayangan itu masih teringat jelas di memorinya. Kejadian demi kejadian terlintas kembali dalam ingatannya bagai kaset rusak yang terus berulang-ulang. Naruto segera mengambil heatset dan handphonenya. Memainkan lagu di handphone nya secara acak untuk mengusir ketakutannya. Ya, musik membantunya mengusir ketakutan akan kedatangan ayah tirinya. Namun kali ini air mata sudah berderai di kedua pipinya.
"Itu semua tidak nyata. Itu semua tidak nyata." ucapnya berulang-ulang kali, seolah-olah itu adalah mantra yang bisa membangkitnya keberaniannya. Naruto meringkuk di dapur dengan memeluk lututnya. Mencoba menenangkan dirinya sendiri.

Dua puluh menit kemudian ia merasa lebih baik. Keringat dinginnya sudah tak keluar lagi. Detak jantungnya sudah normal. Ia bangkit dari duduknya. Melihat ke arah jam dinding. Pukul 06.55 a.m.

"Ah, Siall..!!" umpatnya.

Dia kehilangan waktu 20 menit untuk membuat sarapannya. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat telur dadar dan menggoreng beberapa sosis untuk bekalnya. Praktis dan cepat. Setelah selesai dengan bekal nya, Naruto segera mandi dan berganti baju seragamnya. Mencomot beberapa lembar roti dan bergegas berlari ke tempat parkir sepeda. Mengayuh sepedanya secepat mungkin untuk bergegas ke sekolahnya. Headset masih setia menancap ditelinganya. Setidaknya dengan begitu ia tak perlu mendengar suara-suara dari pikirannya sendiri.








Note :

Yaaayyyyy ..... Yare - yare ...

Ini adalah fanfic pertama saya. Pertama kali 'nulis', jadi harap maklum kalau bahasanya kacau balau dan pemilihan katanya tak ada yang spesial. Biasanya saya hanyalah 'silent reader' yang selalu nge-vote sebagai imbalan ucapan terima kasih kepada penulis. Maafkan jika ada kesalahan ketik, penulisan dan tanda baca. Silahkan tinggalkan jejak, vote atau comment, jika kalian menyayangi ku dan ingin terus membaca kelanjutan Fighter Life. Cerita ini sedikit menggambarkan kehidupanku meskipun saya mengemasnya dengan lebih mendramatisir dan sentuhan alay untuk tiap konfliknya. Semoga kalian menyukainya.

Fighter LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang