12. Perfect Honeymoon

5K 247 2
                                    



Nabila dan Radit ikut berkumpul setelah sesi romantis mereka. Nabila tersipu mendengar siulan menggoda mereka. Radit hanya tertawa dan tak malu-malu merangkul atau mendekap Nabila di hadapan mereka. Nabila merasa tak enak dengan tatapan tak suka Lintang yang seperti memandang sebal ke arah mereka.

"Abis ngapain aja kalian? Tahan dulu, Dit! Jangan bikin anak di sini."

Blushhh ....

Wajah Nabila terasa memanas mendengar celetukan salah satu teman Radit tersebut. Radit mendengus.

"Ya gue juga tahu tempat, lah. Emangnya kucing apa yang doyan bikin anak di mana aja." Nabila mencubit lengan Radit.

"Mas!" bisiknya kesal. Radit hanya tertawa sambil mengusap bekas cubitan istrinya di lengannya. Mereka semua tergelak.

"Namanya juga kan bulan madu. Gimana sih lo, Dit." timpal teman yang lainnya. Nabila ikut terlibat dalam obrolan mereka yang semakin malam semakin seru. Ia menguap pertanda ia sudah mengantuk. Ia mencolek lengan suaminya.

"Mas, aku ngantuk." bisiknya. Radit menolehkan wajahnya.

"Ayo kita ke tenda aja!" ajaknya.

"Kalau Mas masih mau di sini, silakan aja. Gak apa-apa kok aku di tenda sendiri." Radit menggeleng.

"Enggak. Aku gak tenang biarin kamu sendiri. Ini hutan, sayang. Yang lain semua masih pada di sini." Nabila mengangguk. Benar juga, ia takut juga kalau sendirian di tenda tanpa suaminya di hutan ini.

"Eh, maaf semuanya... Gue mau balik ke tenda duluan, ya?! Istri gue udah ngantuk." pamitnya sambil beranjak bersama Nabila.

"Mau bikin anak kali lo. Jangan lupa tutup yang rapet tendanya, nanti ada yang ngintipin." Radit berdecak. Nabila semakin salah tingkah mendengar godaan mereka.

"Usil aja lo."

Radit lalu segera menarik tangan istrinya dari sana sebelum godaan mereka makin menjadi. Mereka sudah sampai tenda. Radit masuk ke dalam diikuti oleh istrinya. Ia menutup retsleting tenda dengan rapat. Nabila membuka hijabnya dan mulai menata bantal kecil yang dibawanya untuk tidur dan mengeluarkan selimut tebal untuknya bersama suaminya.

"Mas udah ngantuk belum? Kita tidur sekarang, ya?! Lagian kita udah capek banget seharian ini."

Radit mengangguk. Ia mendekati istrinya yang sudah membaringkan tubuhnya sambil merapatkan selimutnya ke tubuhnya. Ia ikut membaringkan tubuhnya di sebelah istrinya dan masuk ke dalam selimut tebal yang cukup untuk berdua itu. Ia langsung mendekap erat tubuh istrinya yang mungil untuk mencari kehangatan.

"Mas..., kita gak bisa ngelakuin itu di sini. Aku gak mau ah mandi pagi-pagi di sini. Ini hutan, Mas." Nabila berusaha menahan dirinya saat suaminya mulai menyentuh tubuhnya.

"Yang atas aja, ya? Kita gak akan lebih dari ini." Nabila hanya mengangguk. Lalu Radit mendekatkan wajahnya dan mencium istrinya. Nabila membalas ciuman suaminya yang semakin dalam. Mereka mulai mencumbu satu sama lain.

"Kita tidur ya sekarang?! Takut lanjut nanti. Kita butuh istirahat sekarang."

Radit hanya mengangguk. Ia menghentikan aktivitas intimnya dan merapikan kembali baju istrinya. Rasa lelah yang sangat membuatnya tak bisa menahan lagi rasa kantuk yang menyerang setelah seharian ini menghabiskan waktu menjelajah alam liar.

***

Hari ini, mereka sudah selesai berkemah. Mereka baru saja sampai setelah pulang dari puncak gunung. Perjalanan kali ini tidak terlalu melelahkan karena jalan yang ditempuh menurun sehingga tak menguras tenaga lebih. Radit dan Nabila memutuskan untuk pulang besok pagi ke Jakarta. Mereka kembali ke penginapan awal. Nabila mengajak suaminya untuk membeli oleh-oleh di sana untuk keluarga mereka nanti di Jakarta. Setelah beristirahat sebentar di penginapan untuk makan siang dan sholat terlebih dahulu, mereka memutuskan untuk berkeliling di pasar tradisional yang tak jauh dari sana untuk membeli oleh-oleh. Dengan sabar dan tanpa mengeluh sedikit pun, Radit mengikuti istrinya yang terlihat antusias memilih barang-barang belanjaan.

"Mas, ini bagus, gak?" tanyanya sambil memperlihatkan sebuah daster merah muda kepada Radit. Radit hanya mengangguk.

"Bagus. Apa pun yang kamu pake, kamu tetap terlihat cantik. Apalagi..., kalau gak pake baju." Nabila mencubit pinggang suaminya yang hanya tertawa tanpa dosa.

"Mas, ih! Malu kalau orang denger." kesalnya. Radit masih tertawa. Ia segera menarik tangan suaminya dari sana sebelum otak mesum suaminya makin tak terkendali.

Setelah puas berbelanja dan berkeliling di pasar, akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan. Nabila langsung menghempaskan tubuhnya yang terasa lelah setelah berkeliling pasar ke ranjang. Ia tak mempedulikan suaminya yang ikut masuk dan duduk di ranjangnya. Matanya mulai terpejam dan kesadarannya mulai menghilang. Radit tersenyum melihat wajah damai istrinya yang sedang terlelap. Ia mendekatkan wajahnya dan merapikan rambut istrinya yang berantakan. Ia mendaratkan sebuah kecupan sayang di kening mulus istrinya.

"I love you, my little wife." gumamnya. Lalu, ia beranjak dari ranjang dan menghampiri belanjaan mereka tadi. Ia mencari sesuatu di salah satu kantong belanjaan. Ia tersenyum saat menemukan sebuah benda yang dicarinya.

"Aku pastikan, ini akan menjadi bulan madu yang sempurna." ucapnya sambil melirik istrinya yang masih terbaring nyaman di ranjang.

***


Nabila menutup Al-Qur'an yang baru selesai dibacanya. Ia membuka mukenanya dan merapikan peralatan sholatnya. Ia duduk di ranjang sambil mengecek ponselnya dan membalas pesan dari abangnya. Ia menghela nafas, lagi-lagi abangnya membahas tentang anak. Ini juga lagi proses, Bang, ucapnya dalam hati. Ia mendongakkan kepalanya saat dilihatnya suaminya yang masuk ke kamarnya sambil membawa dua gelas minuman dalam nampan kecil.

"Itu apa, Mas?" tanyanya saat melihat sebuah minuman berwarna kuning kelabu dalam gelas itu. Radit tersenyum.

"Ini jamu. Ini untuk aku, dan ini untuk kamu." jelasnya sambil memberikan satu gelas jamu kepada Nabila. Nabila mengamati minuman itu.

"Jamu apa, Mas?" Radit tersenyum lagi.

"Kata Mbak yang jualannya, itu jamu buat bikin rapet. Khusus wanita." Nabila mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Bikin rapet?" Radit tertawa pelan melihat kepolosan istrinya. Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Nabila.

"Iya, buat bikin rapet organ kewanitaanmu, supaya..., terasa lebih nikmat dan sempit selalu saat aku ada di dalammu." Nabila langsung memerah saat mendengar bisikan vulgar suaminya. Ia mendengus.

"Jadi, aku udah gak nikmat gitu?" Radit menggelengkan kepalanya. Istrinya telah salah paham.

"Bukan gitu, sayang. Kamu masih enak kok kayak masih perawan. Itu cuma buat ngejaga senjata wanita aja, sayang." Nabila terdiam sejenak.

"Kita minum jamu ini, ya?! Aku minum jamu kuat. Kita bikin bulan madu ini menjadi sangat menyenangkan, dan aku berharap, dengan tumbuhnya juga anakku di rahimmu." ucapnya sambil mengelus perut rata Nabila. Akhirnya Nabila mengangguk dan mereka mulai meminum jamu itu sampai habis.

Tak menunggu waktu lama, Radit segera membimbing istrinya untuk berbaring. Setelah menahan hasrat selama berkemah di puncak gunung, akhirnya malam ini ia bisa menikmati keindahan istrinya sepuasnya tanpa khawatir akan ada yang mengintip atau mengganggu.

The Wildest DreamOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz