11. Night In Semeru

5.3K 243 7
                                    


Nabila menikmati pemandangan pagi hari yang indah di bawah kaki gunung Semeru. Ia memejamkan matanya menikmati hangatnya sinar mentari pagi yang menerpa wajahnya. Ia membuka matanya dan pemandangan hijau nan segar serta burung-burung yang berkicau bersahut-sahutan menambah asrinya suasana pagi itu. Sepasang lengan kekar memeluk tubuhnya dari belakang. Saat Nabila akan berbalik, sebuah suara yang dikenalnya menahannya.

"Tadi kamu udah gak ada waktu aku bangun. Padahal tadinya aku mau minta jatah pagi." Nabila memukul lengan suaminya.

"Datang-datang malah minta jatah. Gak cukup apa semalem?!" Radit tertawa.

"Kan namanya juga bulan madu, sayang. Biar pulang dari sini perut kamu udah ada isinya." ucapnya sambil mengelus perut Nabila dari belakang. Nabila membalikkan tubuhnya dan dilihatnya wajah suaminya yang baru bangun tidur, namun tetap terlihat tampan dan mempesona di matanya. Ia tersenyum dan mengelus wajah kasar suaminya karena janggut tipis yang tumbuh di sekitar wajahnya.

"Hari ini kita akan ke mana, Mas?" tanyanya.

"Nanti jam 8, kita akan berangkat untuk menjelajah Gunung Semeru. Kamu mau kan ikut?" Nabila tersenyum lebar dan mengangguk antusias. Menjelajah alam liar? Tentu saja, karena itu hal yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Apalagi, ia ditemani suami tercintanya.

"Mau, dong. Dari SMP aku ngerengek pengen ikut Abang mendaki gunung gak pernah dibolehin sama Ayah atau Abang karena aku masih belum kuat dan terlalu khawatir karena belum dewasa." Radit tersenyum.

"Dan sekarang waktunya kamu mewujudkan keinginanmu itu." Nabila tersenyum dan mengangguk.

"Lebih baik kita sarapan pagi dulu sekarang dan mandi, kita harus siap-siap." Nabila hanya mengangguk dan mereka berjalan meninggalkan tempat itu menuju penginapan lagi.

***

Hari ini, Nabila dan Radit juga rombongan teman-teman mereka akan berencana untuk mendaki Gunung Semeru. Nabila sudah siap dengan baju kaosnya yang dilapisi oleh jaket tebal karena udara dingin pegunungan dan celana jeans. Ia dan suaminya membawa ransel yang berisi peralatan untuk berkemah nanti. Mereka sudah berkumpul di pos Ranu Pani depan gerbang masuk untuk pendaki. Setelah bermusyawarah sebentar, akhirnya mereka memutuskan untuk memulai pendakian. Para rombongan mulai berjalan beriringan memasuki kawasan hutan belantara dengan ransel masing-masing. Nabila terus berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia akan berhasil dalam misi pendakian pertamanya. Mereka terus berjalan menyusuri jalan yang semakin lama semakin menanjak. Suasana hutan hijau yang segar membuat perjalanan hampir tidak terasa melelahkan. Nabila sangat senang sekali menikmati pemandangan alam itu. Untuk pertama kalinya, ia tidak hanya menikmati keindahan pegunungan dari jauh saja, tapi juga mendakinya. Impiannya semenjak ia SMP karena ia sering diajak abangnya jalan-jalan ke tempat-tempat wisata alam dan menikmati keindahannya. Dan ia punya harapan, ia ingin menjelajahi keindahan alam di muka bumi ini bersama suaminya nanti. Nafasnya sudah ngos-ngosan ketika mereka sudah mendaki setengah perjalanan.

"Mas!" panggilnya kepada suaminya di depannya. Radit menolehkan wajahnya ke belakang dan dilihatnya istrinya yang berhenti. Ia mendekati istrinya yang memilih untuk beristirahat di bawah pohon rindang.

"Istirahat bentar dulu, ya?! Capek juga ternyata." Radit hanya tersenyum. Ia lalu duduk di sebelah istrinya dan mengeluarkan botol air minum dan menyerahkannya kepada Nabila. Nabila langsung mengambilnya dan meneguknya.

"Masih mau lanjut, gak? Masih jauh, lho. Nanti, kita akan sampai di tempat yang indah yang banyak ditumbuhi oleh bunga edelweiss." Nabila langsung menatap suaminya. Ia mengangguk cepat.

"Lanjut, lah. Ini kan pendakian pertamaku..., dan aku harus berhasil." Radit tertawa pelan.

"Dit, ayo lanjut! Yang lain udah pada ke atas." seru salah seorang temannya. Radit mengangguk.

The Wildest DreamWhere stories live. Discover now