10. Impian Di Hidupku

5.2K 261 1
                                    


Nabila masih bertanya-tanya tentang ajakan suaminya untuk berlibur ke suatu tempat. Mendengar kata berlibur, tentu saja Nabila senang bukan main dan antusias karena memang ia butuh liburan setelah seharian bekerja. Dua hari yang lalu, Radit mengatakan kalau hari ini mereka akan pergi berlibur ke suatu tempat yang dirahasiakannya, juga untuk acara bulan madu, karena mereka belum sempat berbulan muda akibat kesibukan mereka sebagai orang yang bekerja di sebuah instansi. Hari ini, mereka sedang bersiap-siap untuk berangkat. Ia heran, kenapa suaminya membawa 2 ransel? Sebenarnya akan pergi ke mana mereka?

"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Nabila masih penasaran. Radit hanya tersenyum.

"Nanti juga kamu akan tahu." Nabila mencebikkan bibirnya kesal karena rasa penasarannya yang belum terjawab. Lebih baik, ia tak bertanya lagi saja dan mengikuti apa kata suaminya.

"Namanya juga kejutan, sayang." Nabila hanya mengangguk. Lalu, mereka segera keluar dari kamar. Mereka bertemu dengan ayah dan abang Nabila.

"Jangan lupa ya oleh-olehnya! Pulang ke sini, Nabil harus sudah hamil." Radit hanya tertawa mendengar permintaan Raffi. Nabila mendengus.

"Iya, pasti gue kabulin. Jangan lupa juga berdo'a sama Allah supaya kami bisa cepet punya momongan." Raffi mengangguk. Nabila menatap ayahnya yang hanya tersenyum mendengar perkataan abangnya itu.

"Yah..., Nabil berangkat dulu ya sekarang?! Do'ain Nabil supaya selamat sampai tujuan." Yudha mengangguk.

"Pasti, Nak. Selamat berbulan madu, jangan lupa cucu buat Ayah!" Nabila hanya tersenyum tipis dan mengangguk. Lalu, Nabila dan Radit menyalami Yudha dan juga Raffi. Karena tidak punya mobil, mereka akan naik kereta api. Nabila sudah tahu jika Radit akan mengajaknya untuk berbulan madu ke Jawa Timur, tapi suaminya tak memberitahu tempat apa yang akan mereka kunjungi di sana.

Nabila dan Radit menaiki sebuah taksi untuk membawa mereka ke stasiun. 15 menit lagi, kereta akan berangkat. Nabila dan suaminya duduk di kursi tunggu yang juga sudah penuh dengan penumpang lainnya.

"Aku gak sabar Mas pengen cepet tiba di tempat tujuan." Radit tersenyum sambil menatap istrinya.

"Aku juga, sayang." Nabila balas tersenyum. Ia benar-benar sudah tak sabar ingin mengetahui kejutan apa yang akan dipersembahkan suaminya untuknya. Tak lama, terdengar suara yang mengintruksikan para penumpang untuk menaiki kereta yang sudah ada di sana. Radit menarik tangan istrinya untuk segera masuk ke dalam kereta.

***

Setelah begitu lama berada di dalam kereta, akhirnya mereka sudah tiba di Jawa Timur pada malam hari. Nabila dan Radit turun dari kereta sambil membawa barang-barang mereka. Lalu, mereka menaiki angkutan umum untuk menuju terminal bus Kota Malang. Tak sampai satu jam, mereka sudah sampai di terminal bus. Meski penasaran, Nabila tetap mengikuti langkah kaki suaminya ke mana akan membawanya. Mereka menaiki sebuah bus umum yang mulai penuh dengan penumpang. Nabila duduk di dekat jendela dan ia melihat-lihat pemandangan dari jendela bus. Radit mencolek bahu istrinya dan Nabila menolehkan wajahnya.

"Ini minum dulu! Kamu pasti haus." pintanya sambil menyodorkan sebotol air mineral. Nabila mengambilnya dari tangan suaminya dan membukanya untuk meneguknya. Lumayan segar setelah ada asupan cairan ke tubuhnya. Suasana tidak terlalu sesak seperti siang hari dan itu membuat mereka tidak terlalu tersiksa dengan keadaan di bus.

"Masih lama gak, Mas?" Radit mengangguk.

"Lumayan. Kalau kamu mau tidur, tidur aja dulu." Nabila mengangguk. Ia menguap karena rasa kantuk akibat lelah yang mendera setelah perjalanan dari saat naik kereta sampai naik bus. Ia menyandarkan kepalanya di bahu suaminya dan mulai memejamkan matanya. Radit mengelus lembut kepala istrinya yang berhijab dan ia lebih memilih untuk membalas percakapan dengan teman-temannya di sosial media.

The Wildest DreamWhere stories live. Discover now