"Masih suka kopi gi? " gue beranikan diri untuk mendekati gadis itu.

"Sean? "Gadis itu mendongak dan tampak bingung dengan kehadiran gue.

Gadis itu masih sama seperti 3 tahun lalu saat terakhir kali gue melihatnya di acara wisuda. Gue masih ingat dia adalah primadona di kampus. Giana Putri Pertiwi junior gue yang paling tenar karena membuat banyak pria di kampus patah hati karena nya.

Bukan hanya karena cantik tapi giana juga dikenal sebagai malaikat pencabut hati. Semua pria di kampus ini takut sekaligus kagum dalam waktu yang bersamaan pada gadis ini. Tapi bagi gue gadis ini adalah gadis yang membuat gue percaya pada Cinta pada pandangan pertama.

Author POV

"Gue boleh duduk disini? "

"Sure,  gue juga lagi nunggu orang

"giana tersenyum sambil mempersilahkan sean duduk di hadapannya.

"Apa kabar gi?  Udah lama gue gak liat lo sejak lulus dari kampus "sean tidak bisa tidak tersenyum lebar melihat makhluk di hadapannya ini.

" gue?  Ya gue sibuk kerja kerja dan kerja,  lo sendiri?  Ah pasti masih sibuk koleksi cewek-cewek cantik di kampus ya"Giana sedikit tertawa mengejek.

"Ya ampun gi,  lo percaya sama gosip yang beredar di kampus,  bukan salah gue dong kalo gue terlahir ganteng"sean menaikan alis nya dan tersenyum bangga.

"Gue percaya sih "

"Percaya kalo gue ganteng atau percaya sama gosip kalo gue playboy"

"Karena gue orang yang jujur maka gue jawab,  dua-dua nya haha"giana kembali menyeruput americano nya yang mulai dingin.

"Lo mau ketemu siapa sean disini ?"

"Gue mau ketemu manajer majalah beauty tapi orangnya kayaknya belom dateng deh"sean melirik arloji di tangan kirinya yang menunjukan pukul 10:30

"Hahaha gila dunia sempit ya ternyata"giana menggeleng-gelengkan  kepalanya perlahan

"Kok lo ketawa gi?  Ada yang lucu? "Sean tampak bingung dengan perubahan sikap giana.

" lo itu mau ketemu sama gue,  gue manajer majalah beauty"

"What !! OH MY GOD jangan-jangan kita jodoh gi ini udah jadi pertanda"

"No No No udah bercandanya sekarang kita kerja "

"Siap bu bos,  ini kira-kira gambaran yang bisa gue fikirin dari majalah lo,  kalo lo kurang suka bilang aja bagian mana yang harus gue revisi lagi"sean mengeluarkan buku sketsa dari dalam tasnya.

"Oke"giana tampak konsen memperhatikan detail sketsa yang sean buat,  sementara sean sibuk memperhatikan orang yang sedang melihat sketsanya.

Juni 1989

Tahun ajaran baru , baru saja dimulai dan kegiatan ospek adalah kegiatan yang paling dinanti oleh para senior terutama senior laki-laki. Mereka akan memunculkan radar yang mereka sebut dengan naluri laki-laki untuk menggoda para junior yang mereka sebut masih fresh from the oven. Tidak terkecuali sean lelaki itu bahkan sengaja masuk BEM demi bertemu para junior cantik dan tentu saja untuk mempertontonkan wajahnya yang menjadi icon untuk universitas nya.

Pagi itu para mahasiswa baru diwajibkan untuk berkumpul di lapangan dengan alasan senam pagi bersama. Alasan yang tidak kreatif yang dibuat para senior demi memudahkan mereka untuk mencari bibit baru.

Sean  hari itu telat bagun karena semalaman bertanding ps dengan nico sahabat sean sejak sma. Dia memarkir mobil nya asal-asalan karena panik melihat orang-orang sudah berkumpul di lapangan. 

Sean berlari menuju teman-temannya yang sedang berkumpul tapi langkahnya terhenti karena dia merasa radar nya berbunyi. Seorang gadis sedang berdiri di dekat lapangan sambil celingukkan mencari sesuatu. Sean berjalan mundur ke arah gadis itu sambil merapihkan penampilannya .

"Ehm,  ada yang bisa gue bantu? "
Gadis itu mendongak hingga jarak wajah mereka cukup dekat sampai sean bisa melihat warna biru tua di manik mata gadis itu.

"Gue lagi cari nametag gue,  tadi kayaknya jatoh disini"gadis itu kembali tertunduk sambil menyibakkan rumput di kaki nya.

Sean ikut celingukkan mencari benda kecil yang berbentuk persegi panjang itu. Tapi diam-diam sean mencuri pandang ke arah gadis itu. Kalau banyak orang mengatakan cantik itu relatif tapi bagi sean istilah itu tidak berlaku untuk gadis di hadapannya,  dia cantik mutlak.

Sean melihat sebuah benda yang mirip dengan benda yang dia cari terselip diantara sampah dedaunan yang biasanya selalu dibersihkan oleh tukang kebun kampus mereka. Sean mendekati tumpukkan daun itu untuk memastikan, dan ternyata benda itu yang dia cari. Sean tersenyum membaca nama yang sekarang harus dia hafalkan dalam satu pandangan.

"Jadi namanya Giana Putri Pertiwi"sean berbicara sepelan mungkin hampir tidak terdengar. "Hey..  Ini yang lo cari ?"sean mengayunkan name tag itu di udara.
Giana mendekati sean untuk memastikan apa itu benda yang dia cari.

"Iya bener.  Thanks ya "giana tersenyum kemudian langsung berlari ke lapangan bergabung dengan mahasiswa baru yang lain.

Sejak saat itu sean menjadi good stalker bahkan dia rela menyewa seorang adik kelas untuk dia jadikan mata-mata. Bahkan saat mengetahui gadis itu memilih club fotografi sebagai kegiatannya hari itu juga dia mendaftarkan diri di club yang sama.

Giana POV

Gue memperhatikan beberapa orang yang sedang sibuk makan di kantin. Di dunia ini gue paling iri dengan wanita yang bisa makan banyak tapi tidak bertambah gemuk sedikitpun. Kemudian pandangan gue jatuh pada kotak makan gue sendiri yang berisi salad dan mash potato. Alangkah indahnya jika gue bisa makan selayaknya orang normal.

"Gia...  Gue cariin juga "suara cempreng itu terdengar nyaring di telinga gue bahkan sanggup mengalahkan suara riuh kantin yang memang ramai di saat jam makan siang.

"Chikaa!!  Lo bisa bikin gue budeg tau nggak "

"Lo kemana aja sih,  di cariin tuh sama Bayu"chika duduk disamping gue dan langsung meletakkan paket nasi Padang lengkap dengan ayam bakar dan daging cincang nya di meja,  oke gue harus menahan buat nggak ngiler melihat pemandangan ini.

"Bayu siapa? "

"Fans lo yang nomor...  Hm ah tau deh lo kebanyakan fans sih gue aja sampe bingung menghitungnya"chika mulai memakan makanannya dan gue cuma bisa menelan ludah.

"Eh chic tebak kemaren siapa yang telfon gue ?"

"Mana gue tau emang gue dukun"
"Ish,  GUE DITELFON SAMA MAJALAH BEAUTY!!  "
Chika tersedak makanannya kemudian dengan cepat gue sodorkan es teh manis milik gue.
"Serius?!  Congrats darling..  Terus lo jadi dong magang disana? "
"

Jadi dong,  sumpah ya pas mereka bilang gue diterima magang disana gue langsung lompat dari tempat tidur kemaren"gue mengundang  guncangkan bahu chika.

"Bodo pokoknya lo harus traktir gue di restaurant mahal"

"Hahaha siap "


Philophobia ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang