Chapter 32

1.7K 158 11
                                    

Hari ini adalah hari yang menyibukkan keluarga Janvers, walaupun matahari masih malu untuk menunjukkan wujudnya. Tepat pukul 5 subuh mereka telah berangkat dari rumah kediaman lalu menjemput anak-anak mereka di rumah sakit. Untungnya semua telah dipersiapkan, mulai dari check out Alrine dari rumah sakit yang sudah diurusi, barang-barang, dan lain sebagainya. Semua itu agar acara keluarga mereka berjalan lancar.

Selesai menempuh waktu kira-kira 4 jam lebih. Sampailah mereka didepan villa bergaya vintage. Terlihat tua namun terurus oleh penjaga villa ini. Sehingga tidak terlihat menyeramkan.

Kara turun dari mobil dan langsung melengos masuk ke dalam villa. Seluruh pasang mata yang melihatnya, hanya memaklumi, mustahil Kara akan menghargai mereka, memperhatikan saja ia bosan. Kepribadian Alrine yang satu itu memang sangat cuek dan sangat tertutup.

Alrian baru saja akan melangkah masuk ke dalam villa tiba-tiba di hadang mamanya.

"Ngapain jalan duluan? Bawa tuh!" ucap Andina sambil menunjuk tas-tas besar di bagasi mobil. Alrian menghembus nafas malasnya lalu mengangguk, menjalankan apa yang mamanya suruh.

_÷_

Kara sedang duduk ditepi kolam berenang belakang villa. Udara malam yang menyentuh lengan telanjangnya dihiraukan. Ia hanya memakai kaus lengan pendek juga celana pendek. Aneh memang, tapi bukannya dia memang aneh?

"Ke depan yuk, makan malam udah siap," ajak Alreni dari belakangnya. Kara berdiri dari duduknya dan mengikuti Alreni. Ia tak dapat menolak karena jujur, perutnya sudah dari tadi berbunyi minta di isi.

Kedua gadis itu tiba dihalaman luas depan villa, sudah ada meja makan yang cukup besar dengan makanan minuman serta alat makan yang sudah tertata rapi. Seluruh keluarga Janvers juga keluarga Angkasa, Bryant, dan Reza ikut serta dalam acara yang direncanakan keluarga Janvers untuk beberapa hari ke depan.

Suara alat makan mulai terdengar, semuanya makan dengan diam, tak ingin mengganggu.

Ting ting

"Maaf mengganggu, tetapi saya ingin menyampaikan suatu hal yang berhubungan tentang Alrine." Richard berdiri dari kursinya. Seluruh pasang mata turut menghentikan makan dan memandang Richard.

"Jadi, Alrine akan dipindahkan ke Copenhagen, dia akan tinggal di rumah Roland untuk sementara waktu. Untuk mempermudah Reyna dan Bryant menyembuhkan penyakit Alrine. Ada yang keberatan?"

Alrian dan Alreni dengan kompak mengangkat tangan mereka.

Richard mengerutkan dahinya, "kenapa kalian berdua?"

"Ikut!" ucap mereka serempak, the power of twins. Richard menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nggak boleh, udah kelas 12 nggak boleh pindah-pindah!" Andina menatap tajam kedua anak kembarnya. Alrian dan Alreni pun hanya menggerutu dalam hati.

Kara yang sedari tadi mendengar mengangkat tangannya, "kapan?"

"Besok lusa, lebih cepat lebih baik." jawab Richard.

Kara menggeleng, "tidak, aku punya urusan." Kara berdiri dari kursinya, "minggu depan. Kalau tidak setuju, tidak usah." ucap Kara final kemudian pergi meninggalkan seluruh pasang mata yang melihatnya.

"Aku setuju dengan Kara, besok lusa terlalu terburu-buru. Alrine juga tidak akan setuju, jika ia terbangun sudah di luar negeri." saran Reyna, Richard pun mengangguk menyetujui kemudian berlanjut memakan makanannya yang tertunda.

Alrine (End)Where stories live. Discover now