Chapter 28

2K 143 6
                                    

Longest chapter!

30% unsur kesadisan dalam chapter ini.

Enjoy!

ARGH!!

Jeritan keras keluar dari bibir tipis Ferron, tubuh bagian atasnya mulai bercucuran darah dari dada tengahnya yang tertanam pisau tajam, hanya gagang karet dari pisau itu yang kelihatan. Ia berusaha keras mencabut pisau itu tetapi nihil, pisau itu tertancap sangat dalam juga setiap ia ingin mencabut pisau itu, pisau itu memotong urat-urat saraf didalam dadanya. Nafasnya mulai sesak karena paru-parunya bocor.

Di sisi yang lain, seorang perempuan memegang dada kirinya yang tertembak, rasa panas dan perih dirasakannya. Peluru bersarang di tubuhnya. Darah merembes di kaos putihnya. Ia melemah, ia tak mampu menopang tubuhnya lagi dan mulai limbung, sebelum ia terjatuh ada seseorang yang menahannya.

"Bodoh! Jangan ikut campur masalahku!" umpat seseorang yang menahan perempuan itu.

Perempuan itu tersenyum paksa karena sakit didadanya semakin terasa, "Alrine pantas dilindungi, karena dia tidak bersalah sama sekali, Sierra." lirih perempuan itu matanya tertutup perlahan. Sierra mengumpat geram.

"Alreni bodoh!" Ya, perempuan yang tertembak itu adalah Alreni, saudari kembar Alrine. Alreni telah ada sejak para pasukan polisi itu tiba, mendengar suara sirine dia ditemani Alrian bergegas pergi mengikuti bunyi sirine tersebut. Ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghalangi Sierra membunuh kepala polisi itu. Karena jujur ia merasa takut akan apa yang di lakukan Sierra sebelumnya. Namun saat Ferron akan menembak Sierra, ia tidak menghiraukan larangan Alrian dan menerobos barisan para polisi-polisi dan mendorong Sierra sehingga dirinyalah yang terkena tembakan dari Ferron.

Sierra mendesah kesal kemudian memapah Alreni ke arah pemimpin pasukan polisi tadi bersamaan dengan munculnya Alrian dengan raut wajah khawatir sekaligus panik. Alrian menggendong Alreni yang tak sadarkan diri.

Sierra menonjok Alrian dengan keras, "Laki-laki tak berguna! Menjaga adik perempuan saja tak becus!" Alrian yang mendapat bogeman darinya hanya menunduk sambil memegang rahangnya yang perih. Alrian menyesal tak bisa menjaga salah satu adiknya, bahkan kedua adiknya. Alrian merasa malu.

"Bawa dia pergi!" bentak Sierra tanpa menatap Alrian mencoba mengontrol tubuhnya agar tidak menusuk kakak kembar Alrine itu.

"Sierra, jaga Alrine, jangan buat ia terluka." pinta Alrian pada Sierra yang masih tidak mau menoleh padanya lalu membawa Alreni pergi dari situ.

Sierra berjalan ke arah Ferron yang tergeletak di atas aspal dengan nafas yang tersenggal-senggal. Amarahnya tadi hilang seketika melihat musuhnya sedang tersiksa.

"See? Siapa yang akan mati duluan? Itu kau, Pak Tua!" Sierra tertawa. Ferron memandang Sierra dendam dan ingin membalas tetapi rasa sakit itu melebihi keinginannya.

Sierra mengangkat pisaunya tinggi-tinggi dan menyayat paksa tubuh Ferron hingga sobek. Seperti sumpahnya, bahwa ia tidak akan pernah membiarkan musuhnya terkubur dengan tubuh yang masih utuh. Melihat apa yang terjadi pada ketuanya membuat salah polisi menembak Sierra dengan peluru bius. Sierra yang mulai melemah karena pengaruh bius masih tetap melakukan aksinya. Seluruh tubuh Ferron sangat mengenaskan, tubuhnya terbelah-belah, organ-organ yang hancur, wajah penuh sayatan. Nafasnya tersenggal-senggal perlahan tak terdengar, Ferron meninggal.

Shut

Satu peluru bius dilepaskan lagi, membuat Sierra langsung tergeletak sadarkan diri dengan cipratan darah Ferron yang memenuhi seluruh tubuhnya.

Beberapa polisi maju untuk menyergapnya, dan membawanya pergi dari tempat berdarah itu.

_÷_

Alrine (End)Where stories live. Discover now