Chapter 29

1.9K 146 14
                                    

Typo dan kesalahan eyd bertebaran!

Enjoy!

Author POV

"Istri Alm. Ferron sudah menerima kematian anak dan suaminya, tapi surat laporan sekaligus ancaman terus masuk. Ada yang mengetahui kasus ini dan mengancam akan menyebarkan semuanya termasuk identitas Alrine didepan publik."

Seorang pria menggebrak meja didekatnya, sontak saja beberapa orang disitu terjengkang kaget.

"Simpan rapat-rapat kasus ini. Kalau sampai tersebar, saya akan menghapus nama keluarganya." ucap pria itu. Membuat geram yang mendengar ucapannya.

Seorang wanita berdiri dari kursinya.

"Kak Richard! Dia anakmu! Aku tak peduli jika nanti nama baik keluarga kita menjadi buruk. Alrine lebih berharga dibanding segalanya!"

"Anak itu pembunuh! Entah itu sengaja atau tidak sengaja, dia akan terus berbuat hal yang merugikan!" Richard, papa Alrine, menggertak Reyna adiknya. Sedangkan Andina istrinya terduduk lemas sambil terisak.

Reyna terdiam mendengar gertakan kakak tertuanya, ia juga kehilangan akal untuk keponakannya.

"Satu cara," ucap Bryant yang sedari tadi berpikir. Seluruh pasang mata di ruangan itu tertuju padanya, "Alrine untuk sementara waktu harus di sembunyikan, tidak boleh di indonesia. Dan selama disembunyikan, saya dan dokter Reyna akan berusaha menyembuhkannya, tetapi terapi itu membutuhkan waktu yang cukup lama."

Roland, adik kedua Richard mengangkat suara, "biarlah Alrine sembunyi sekaligus tinggal di Copenhagen, rumahku, di sana dia pasti aman dijaga sepupu-sepupunya." Vanka, istrinya, mengangguk setuju disampingnya. Reyna, Reza, Arya, Andina, Bryant dan Richard ikut menyetujui. Mereka sedang berbincang di ruangan Richard yang terdapat di rumah sakit tempat di rawatnya Alrine.

"Saya akan mengungkap siapa pengancam itu, dan membela Alrine. Karena Alrine sama sekali tidak bersalah." ucap Reza bersungguh-sungguh.

"Terima kasih, dokter Reza. Saya percaya kepada anda." Arya berterima kasih, lalu keluar dari ruangan itu di ikuti yang lainnya.

Tersisa Andina dan Richard di ruangan itu.

Andina hanya diam dikursinya dengan bahu yang bergetar. Richard yang melihat istrinya tertekan, merasa bersalah. Namun sayang, ego-nya terus menang melawan hatinya.

"Maaf..." lirih Richard sambil menyandarkan kepala istrinya ke bahunya. Tetapi Andina menolak.

"Minta maaflah pada anakmu!" balas Andina dengan nada dingin, "anakmu sudah sangat tertekan dengan masalahnya, dan kamu malah menambah tekanannya! Apa gunanya kamu sebagai papanya?! Kadang aku sedih melihat dia dekat dengan Arya, kenapa harus pria lain yang ia anggap ayahnya? Bukan kamu!" Air mata Andina berjatuhan banyak, "ingat saat sebelum dia lahir? Kakak-kakaknya sudah lahir dengan selamat, dia terancam tidak dapat diselamatkan. Tetapi Tuhan mengizinkannya untuk lahir. Dan kamu berjanji akan menjaganya karena dia adalah kasih karunia dari Tuhan, bahkan dulu Alrian dan Alreni sering mengadu padaku kalau mereka iri kamu lebih dekat dengan Alrine daripada bersama mereka."

Richard menunduk mengingat masa-masa sebelum kejadian saat itu. Ia sangat dekat dengan Alrine karena sifat dan gen-nya banyak menurun pada anak bungsunya itunya. Alrine pemberani, tidak mau kalah, pintar, sama sepertinya. Saat Alrine lahir ia berjanji kepada Tuhan dan Andina akan selalu menjaga dan membahagiakan anak bungsunya, karena Tuhan telah memberi mukjizat padanya. Tetapi ia malah mengingkari janjinya, ia menjauhi dan membuat anaknya makin tertekan. Richard menyesal, ia terlalu dibutakan dengan hartanya. Ia bodoh. Ia tak punya hati.

Alrine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang