Chapter 21

2.2K 181 5
                                    

Di kantin, kini mereka; Alrian, Alreni, Ben bersama ke empat sahabatnya, sedang duduk bersama. Keakraban mereka terlihat saat Revan dan Kevin saling beradu mulut yang di akhiri Revan dengan jitakan supernya pada Kevin yang polosnya membeberkan kedekatan Revan dengan Sofie, Sofie Kyrie.

"Jadi lo suka sama Sofie, Van?" Alreni bertanya.

"Gak," "IYA!" ucap Revan dan Kevin bersamaan. Revan menatap Kevin melotot.

"Lo, ya, ngaku aja kalo kalian berdua itu udah pa--" Revan menyuapi paksa bakso milik Fendy ke dalam mulut Kevin.

"Eh, eh bakso gue!" protes Fendy.

Detik kemudian Kevin mengibas-ngibaskan tangannya di mulut, ia memuntahkan bakso itu hingga terjatuh di lantai, "Air! air! air woy!" Mereka semua tertawa melihat wajah Kevin memerah.

Ben yang masih tertawa, memberikan es tehnya yang langsung di sedot habis oleh Kevin.

"Revan! Lo tuh ya, udah tau Fendy kalo makan bakso sambelnya se-kilo!" Kevin masih terengah-engah karena kepedasan.

"Makanya, mulut dijaga, nyet! Ini masih bakso, entar gue cabein tuh mulut lo!"

"Terong di cabein dong?" timpal Fendy setelah meredakan tawanya.

Revan dan Fendy bertos ria sambil. tertawa.

"HAHAHAHA," Mereka semua menengok siapa yang tertawa keras, itu Kevin.

"Lo kenapa ketawa?" tanya Ben heran.

Kevin menghentikan tawanya, "lucu aja, yang jadi terong di cabein," lanjutnya polos.

Seketika mereka langsung menepuk jidatnya masing-masing karena ke-bego-an Kevin.

_÷_

Kini Alrian, Alreni dan Ben berada di rumah sakit tempat Alrine dirawat. Dengan seragam sekolah yang masih lengkap mereka berjalan masuk ke dalam rumah sakit.

Alrian menekan angka 11 ditombol lift. Rumah sakit milik Janvers Corp memiliki 12 lantai, dan lantai yang paling atas yaitu lantai 12 merupakan rooftop untuk landasan helikopter, dan lantai 11 adalah lantai pribadi milik CEO. Yang artinya hanya orang-orang tertentu yang dapat menginjak lantai tersebut.

Ting

Pintu lift terbuka, mereka langsung di sambut dua satpam lantai tersebut. Mereka berjalan lurus kemudian berbelok ke arah kanan. Melewati ruang CEO lalu membuka pintu kaca kamar inap yang hanya satu di lantai ini.

Alrian mengetuk pintu kaca tersebut, "Siang om," sapa Alrian pelan pada Arya yang sedang duduk di sofa, dan mamanya yang sementara tertidur di pundak Arya.

"Siang, kalian gak singgah rumah dulu?" tanya Arya.

"Enggak, pah, lagian kita udah bawa baju buat ganti." jawab Ben.

"Rin gimana om?" giliran Alreni yang bertanya, ia melepas tas dari punggungnya kemudian duduk di kursi dekat ranjang Alrine.

"Belum siuman," jawab Arya.

Alreni meraih remot tv diatas meja disamping kepala ranjang Alrina dan menekan tombol power.

Layar tv menyala dan menampilkan saluran berita yang membuat mereka didalam kamar menaruh perhatiannya pada tv tersebut.
"Pihak polisi hingga sekarang masih mencari seorang narapidana yang kabur kemarin malam, narapidana tersebut berjenis kelamin perempuan. Ciri-ciri, nama serta foto dari narapidana tersebut masih di rahasiakan oleh pihak kepolisian. Masyarakat dihimbau untuk berhati-hati karena sang narapidana adalah pembunuh sadis, yang berhasil membunuh 5 polisi dan melukai seorang Kepala Polisi, Ferron Ryan." didalam berita tersebut menampilkan Ferron sedang mengacuhkan wartawan-wartawan yang meliputnya, di tambah perban di telinganya dan huruf 'S' didahinya yang dijahit terlihat jelas.

Alrine (End)Where stories live. Discover now