Alrine POV

Aku terbangun di sebuah tempat, tempat ini sangat luas dan indah. Rumput-rumput hijau seperti permadani dengan bunga-bunga sebagai hiasan.

Dengan kaki telanjangku, aku melangkahkan kakiku. Disini terasa sangat menyenangkan, namun kenapa tidak ada orang sama sekali?

Pikiranku terbuyar karena seseorang menepuk bahuku. Aku berbalik. Mataku melihat seorang laki-laki dengan rupa mirip Leo, tidak dia bukan Leo. Apa dia....

"Ya, aku Ardo." Ardo tersenyum, dia benar Ardo, senyumannya mirip dengan senyuman anak laki-laki itu beberapa tahun yang lalu.

Jantungku berdegup, akhirnya aku dan dirinya bertemu!

Benarkan? Kami memang ditakdirkan untuk bertemu.

Ardo menggeleng tak menghilangkan senyumannya ia mengetahui apa yang aku pikirkan, seketika senyumanku pudar dari wajahku, "apa maksudmu? Kita memang ditakdirkan untuk bertemu."

"Tidak, Rin. Kita tidak bisa bersama. Tempatku adalah disini, sedangkan kamu, tempatmu bukan disini." Ia menjawab, aku masih belum mengerti, tempat apa ini sebenarnya dan apa artinya jika kami tidak bisa bersama?

Aku mengedarkan pandanganku, mencari tahu dimana tempat yang indah seperti surga ini.

Wait, surga? Apa tempat ini surga?

Ardo mengangguk padaku, aku tergelak. Ini surga? Kenapa aku bisa disini? Dan Ardo, ia sudah...

"Ya, aku sudah meninggal. Itu alasan kita tidak bisa bersama. Karena kita berbeda alam." Air mata turun tanpa dapat ku cegah. Ini maksud Leo saat ia bilang bahwa Ardo dan mamanya tak bersamanya dan papanya. Mereka sudah berbeda dunia...

Ardo mengelap air mata di pipiku. "Meskipun kita sudah berbeda alam, tetapi aku akan tetap di sampingmu dan Leo nanti. Karena mata Leo yang selalu memandangmu adalah mataku. Leo mencintaimu, melebihi cintaku, walaupun dia terlalu beku tapi ku percaya dia akan menjagamu, membahagiakanmu, menghiburmu melebihi aku," Ardo menggenggam kedua tanganku, "percayalah, Rin. Walaupun kita tidak bersama, ada hati dan pikiran yang membuat kita dekat. Karena selama kamu masih memikirkanku, ada aku disitu."

Ardo melepaskan genggamannya, dan berjalan mundur menjauhiku. Bayangannya mulai menghilang, aku memanggil-manggil namanya sambil berjalan cepat mengejarnya namun bayangannya sudah menghilang sepenuhnya.

"I love you, bidadariku." Suara Ardo terdengar di telingaku. Aku tersenyum kecil mengelap air mata yang jatuh dipipiku.

"I love you too, Ardo."

_÷_

Bau obat-obatan tercium oleh hidungku. Aku mencoba membuka kedua mataku yang rasanya diberi lem perekat. Tubuhku terasa lemah membuatku hanya bisa menggerakan jari-jariku. Otakku mengingat-ingat apa yang terjadi sehingga aku bisa begini. Kilasan-kilasan mulai terlihat, ku lihat banyak darah dari dua pria, kepala polisi yang adalah ayah Arella meninggal mengenaskan, dan Ren... dada kirinya tertembak. Mengapa aku bisa mengingat kejadian saat Sierra terbangun?

"Jari-jari tangannya bergerak,"

"Rin, lo dengar gue kan?"

Alrine (End)Where stories live. Discover now