6. Pendekatan

Mulai dari awal
                                    

"Mau sampe kapan?"

Aku hanya mendengarkan obrolan antara ayah dan anak ini. Menyenangkan melihat mereka akur

"Gak lama, paling cuman dua hari disana. Papa langsung balik lagi ke sini. Lagian, disini juga ada banyak urusan"

"Dan vian?"

Tatapan kami bertemu saat dafa menyebut namaku

"Vian tidak akan ikut. Vian disini saja hitung-hitung nemening kamu biar ga sendiri dirumah"

"Oh gitu"

Acara makan kami sedikit terhenti saat seseorang menelpon mas prabu. Mas prabu mengangkat telpon itu cukup lama, sementara aku dan dafa masih menikmati sarapan kami

"Aku harus berangkat sekarang"

Ucap mas prabu. Aku langsung buru-buru minum

"Sekarang juga? Padahal sarapan mas belum abis"

"Nanti saja.."

"Biar aku antar sampai bandara ya"

"Gak usah, marko udah ada dijalan mau kesini. Bentar lagi dia datang"

"Hmm gitu"

Aku mengerucutkan bibirku. Ini adalah untuk pertama kalinya mas prabu meninggalkan ku jauh setelah kami menikah

"Jangan cemberut dong"

Cup~

Aku melongo, rasanya sudah lama aku tidak dimanja seperti ini. Dan apa tadi? Mas prabu mengecup bibirku didepan dafa. Aku melirik kearah dafa yang meminum susunya. Apa tadi dia melihat? Dafa pasti merasa jijik karena sudah dipastikan dia tidak suka gay

.
.
.
.

Mata gue membulat saat ngeliat adegan so romantis didepan gue. Namun gue buru-buru minum susu, kalo ngeliat adegan cowoxcewe gue biasa aja. Tapi ngeliat papa gue yang nyium bibir vian ko agak gimana gitu. Ada gak terimanya.. why papa gue jadi gay? Sejak kapan? Dan kenapa papa gue jadi gay terus berputar dikepala gue

Papa akhirnya pergi setelah bang marko jemput. Gue kenal bang marko karna kalo gue dateng ke kantor papa, bang marko nemenin gue. Ngobrol atau apalah, kayaknya usia bang marko juga ga beda jaug sama vian

"Dafa, kamu ga sekolah?"

Oh ya gue baru inget soal yang satu ini

"Eng..gak lah. Gue lagi males"

Gue bisa denger helaan nafas vian. Gue kirim pesan buat seseorang

To Belalang : pangeran ini sedang sakit

Cukup pesan yang singkat. Karena namanya juga sms bukan laporan. Sohib gue pasti ngertilah maksud gue apa, ya biar nanti di buku absen nya gak ada alfa. Walau sakit pun sebenernya sama aja alfa cuman beda derajat dimata orang aja. Gue ngomong apa sih

Vian duduk disamping gue. Dan gue agak ngegeser, belum srek aja deket sama dia

"Gimana kaki lo?" Gue tanya agak basa basi

"I'm okay"

Gue cuman mangut-mangut

"Daf, kita keluar yu"

Gue naikin satu alis gue. Ya sebenernya gue sama vian gak terpaut umur cukup jauh. Tapi tetep aja aneh kalo gue deket sama vian

"Lo mau ngajak gue kemana kemarin?"

"Iya itu, aku mau ngajak kamu.. pasti kamu suka. Sayang aja papa kamunya harus ada kerjaan"

"Kemana?"

Tanya gue penasaran. Tapi vian malah narik tubuh gue buat bangun dari duduk cantik gue

"Nanti kamu juga tahu. Udah sekarang sana mandi!"

Gue dibikin speechlees sama ni orang. Apa-apaan dia narik tangan gue dan dorong gue supaya mandi. Apa dia lagi meranin tokohnya sebagai ibu tiri

.
.
.
.

Setengah jam aku nunggu dafa buat mandi. Ini hampir jam setengah 8 . Jam segini marsya pasti masih di tk

Kulihat dafa turun dengan pakaian yang sudah rapi. Memakai switer biru dengan jeans hitam. Rambut yang up dan sepatu mahal dia. Gue sedikit terpana, dia persis sama kaya prabu. Cuman karena udah tua mas prabu lebih ke maskulin dan dafa cool banget . Mungkin dari mama nya juga kali. Mama nya kan model

"Ayo berangkat" ajak dafa. Walau gaya dia ngomong masih agak dingin ke aku. Tapi aku seneng karena seenggaknya jarak aku dan dafa udah ga terlalu jauh

"Kayaknya nanti aja deh agak siangan"

"Sialan, terus kenapa lo suruh gue mandi tadi"

"Ya gak usah nyolot kali daf. Apa ruginya sih mandi"

Dafa keliatannya kesak denger ucapan aku. Hihii.. dia agak lucu. Aku telpon seseorang dulu buat tahu marsya sedang apa dan dimana sekarang

"Hallo"

Aku : syifa, maaf kemarin aku ga jadi ketemu marsya

Syifa : mas vian, ah.. iya. Marsya udah nungguin kemarin

Aku : hari ini aku pengen ketemu marsya. Kapan dia pulang sekolah?

Syifa : marsya sekarang gak sekolah mas. Dia lagi uring-uringan, kebetulah daddy nya juga baru dateng semalem dari australia. Jadi rencananya hari ini kita mau jalan-jalan ke mall xxxx

Aku : yaudah kita ketemuan aja gimana? Kamu nanti kirimin lokasinya

Syifa : iya mas, kayak nya aku jam sembilanan berangkat. Mas alex nya belum bangun

Aku : haha.. nanti kamu kabarin aku aja ya

Syifa : baik mas

Pip

"Jadi kapan?"

Aku menoleh pada dafa yang kini sedang memakan camilan

"Jam 9. Tapi nanti anter aku ke toko boneka dulu ya"

"Mau ketemu siapa sih? Tadi pacar lo ya"

Aku tertawa kecil mendengar pertanyaan dafa. Pacar apa nya, padahal jelas dia tahu aku ini siapa sekarang. Leluconnya lucu, atau itu hanya sindiran

"Enggak lah daf. Pacar aku cuman papa kamu"

Jawabku dengan sedikit guyonan. Dafa tidak bersuara lagi. Kami terdiam cukup lama. Dafa sibuk dengan smartphone nya dan aku sibuk memikirkan cara untuk lebih dekat dengan anak mas prabu ini

"Gimana rasanya bibir papa gue?"

Aku terdiam mendengar ucapannya. Jadi dafa melihat nya. Aku tak menjawab, aku memilih untuk diam. Itu bukan topik yang bagus untuk dibicarakan

" kenapa lo jadi gay? Dan kenapa orang itu papa gue?"

Entah apa yang sedang dafa pikirkan. Dafa terus bertanya padaku namun wajahnya tidak menatap ku. Dia terus menatap kosong kedepan

"Apa papa gue ngerayu lo? Siapa yang lebih dulu jadi gay? Papa gue atau lo vian?"

Sepertinya saat ini dafa ingin mengetahui semuanya

"A..ku gak tahu. Kita hanya udah dekat satu sama lain"

Dafa tertawa hambar mendengar jawabanku

"Jawaban lo ga masuk akal. Gue gak tahu apa yang ada dipikiran kalian berdua"

"Kita gak tahu kemana perasaan ini akan berlabuh kan daf"

"Cih, lagu lama. Apa maksud lo itu cinta? Lalu kenapa lo ga milih jatuh cinta ke cewe aja"

"Kayaknya kita ga perlu lanjutin pembahasan ini"

"Oke!"

TBC

21 September 2017 17:54 WIB

Maaf, karena kini sebagian chapter di private

WANTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang