[58.]EPILOG

6.3K 224 5
                                    

WARNING [17+]

Zen berhenti tepat di sebuah hamparan tanah yang luas, lalu tubuh Zen menjadi manusia kembali. Dia berjalan di belakang Kiezi yang lebih dahulu berjalan.

"Ki, kita mau ke mana?" Tanya Zen bingung. Dia tidak pernah tahu di mana tempat mereka berpijak sekarang.

"Tenang saja, kau akan tahu nanti," ujar Kiezi. Kiezi lalu berjalan ke arah yang sangatlah aneh. Kiezi terus-terusan berputar tanpa arah sampai-sampai membuat Zen bingung.

Lalu saat Zen mulai lelah dan kesal dia langsung menarik tangan Kiezi membuat Kiezi berbalik dan menatap aneh ke arah Zen.

"Ada apa?"

"Kita sebenarnya mau ke mana!?" Tanya Zen dengan kekesalan amat tinggi. Sudah hampir setengah jam Kiezi dan Zen memutari hamparan tanah yang hanya ada pohon di tengah hamparan itu.

"Aku membuat sebuah tanda Zen lihatlah," ujar Kiezi.

"Hah? Maksudmu apa?" Tanya Zen bingung.

"Kamu terbanglah ke atas Zen, kau lihat dari sana," ujar Kiezi sambil tersenyum.

"Baik... baiklah," ujar Zen pelan.

Zen lalu mengeluarkan sayap hitam berbulunya lalu terbang ke atas, lalu dia melihat ke bawah dan betawa terkejutnya saat di melihat tanda yang sangat tidak asing baginya.

Zen lalu turun dan menatap Kiezi aneh. "Tanda ini bukannya..."

"Ya, itu adalah gambar naga di lehermu Zen. Aku membuatnya menggunakan arah kekuatanku. Aku menggunakan sinyal di akar bawah pohon itu. Itu adalah pohon yang bisa hidup ratusan tahun dan tidak akan bisa ditebang," ujar Kiezi tapi Zen bahkan tidak mengerti sama sekali.

"Kau tidak mengerti?"

"Tidak Ki, maaf," ujar Zen.

Kiezi hanya tersenyum lalu mengembangkan sayapnya lalu terbang dia berdiri di atas pohon tadi lalu mengarahkan tangannya ke arah tanda naga yang sangat besar itu. Lalu sebuah sinar tercipta membuat Zen menutup mata. Saat dia merasakan tubuhnya terangkat dia membuka mata dan dia sangatlah terkejut saat mendapat dirinya sedang di atas naga.

"Na-naga?"

"Bagaimana rasanya duduk di atas sana?" Tanya Kiezi.

"Nyaman," ujar Zen.

Kiezi lalu duduk di sebelah Zen sambil memeluk tubuh Zen erat. Zen tersenyum kecil lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Kiezi.

"Aku mencintaimu Ki," ujar Zen.

---

Kiezi berjalan bersama Zen menuju ke taman, Zen menatap istrinya itu dengan senyuman lebar. Dia memcium leher Kiezi membuat Kiezi tersentak kaget. Tapi dia langsung menatap ke arah Zen dengan tatapan kesal.

Kiezi langsung menarik Zen lalu membuka tiga kancing kemeja Zen dan menancapkan taringnya di leher Zen, Zen merintih kesakitan. "Hah... Ki, sakit."

Kiezi tidak peduli dengan rintihan Zen. Memang Zen sudah menjadi vampir, tapi tetap saja darahnya tetap bisa diminum oleh vampir. Pada dasarnya Zen adalah manusia yang menjadi vampir.

Kiezi terus meminum darah Zen dengan rakus, gairahnya yang ingin terus berada dekat Zen dan ingin selalu membuat Zen kesakitan semakin besar karena dia meminum darah Zen yang menurut Kiezi sendiri paling enak.

Zen hanya bisa diam membiarkan Kiezi meminum darahnya secara rakus, tubuhnya bergetar dan dia terjatuh ke atas rumput dengan Kiezi yang di pangkauannya. Kiezi duduk di atas Zen dan terus meminum darah Zen.

BLOOD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang