[49.]Darah Renkarnasi

3.5K 207 2
                                    

Kinan berjalan keluar dari kamarnya setelah dia mengganti gaunnya untuk pertemuan dengan ayahnya. Dia harus pergi menuju ke ruangan ayahnya untuk bertanya seduatu kepada ayahnya.

Kinan ingin bertanya tentang siapa sebenarnya Kiezi. Dia masih harus bertanya tentang diri Kiezi, jujur dia baru tahu kalau Kiezi memiliki umur ribuan tahun. Dia bahkan masih berumur 15 tahun sebentar lagi umurnya 16.

"Hah... aku bahkan lebih muda darinya. Kalau begini aku tidak akan pernah menang darinya, apalagi kemarin... dia barusan membantingku membuat luka di tangan dan dahiku," gumam Kinan pelan. Dia memegang dahinya yang terasa sakit. Tapi jujur dia syok saat melihat darah yang keluar dari tangannya. Darah bewarna biru kental, dia bahkan menyembunyikan itu semua dari kedua orang tuanya.

Dia sendiri tidak tahu siapa saja yang tahu tentang darahnya ini, malahan dia tidak ingin ada yang tahu tentang darahnya yang bewarna biru. Dia ingin bertanya tapi dirinya sendiri memang mau bertanya dengan siapa? Dirinya tidak tahu, dirinya saja berencana untuk mencari tentang darah biru di perpustakaan. Tapi jujur saja dia tidak pernah baca-baca buku kuno seperti itu, dia tidak tahu caranya. Dia tidak pernah membaca buku seperti itu, jadi dia tidak akan mencari tentang darah itu di buku yang ada di perpustakaan.

Sesampai dia di depan ruangan Bevan alias ayahnya, dia mengetuk lalu terdengar suara yang amat dia kenali. Suara Bevan, "Siapa? Masuk!"

"Ini aku ayah," jawab Kinan pelan. Lalu dia membuka pintu itu. Dia terkejut saat dia melihat sosok Kiezi dan juga Zen di sana. Wajahnya yang tampak senang menjadi murung kembali. Tapi dia tetap mempertahankan supaya wajahnya tampak biasa saja. Hingga seseorang memilih berdiri lalu pergi diikuti oleh seseorang.

"Aku pergi dulu, oh iya... Bevan... jangan lupa soal yang tadi," ujar Kiezi pelan. Bevan lalu tersenyum singkat lalu mengangguk kepada anaknya yang pertama itu.

"Apa yang ingin kau bicarakan Kinan?" Tanya Bevan sambil tersenyum. Kiezi yang sedang berjalan melewati Kinan memilih diam dan tidak peduli. "Ini soal... kemarin saat dia yang sekarang sok berkuasa itu melempar tubuhku ke dinding,"ujar Kinan pelan berhasil membuat Kiezi berhenti berjalan. Wajahnya tampak sedikit marah dan tidak suka. Dia sedikit kesal dibilang 'sok berkuasa'.

"I-itu... kamu mau membicarakan tentang apa?" Tanya Bevan sedikit menghilangankan kecanggungan.

"Kau menganggapku sok berkuasa, kau itu tidak tahu apa-apa tentangku! Jadi... lebih baik kau tidak perlu berbicara seperti itu!" Tajam Kiezi.

"Cih... bukan urusanmu! Ini mulut-mulutku! Kau tidak perlu berkomentar soal itukan?" Tanya Kinan sinis seakan dia menang debat dengan sosok Kiezi.

Kiezi diam lalu terkekeh, lalu dia menatap tajam ke arah Kinan. Kinan terdiam dengan tatapan tajam milik Kiezi, apalagi tatapan tajam itu juga membuat aura yang tidak enak bagi dirinya. Aura gelap milik Kiezi menyelimuti ruangan itu. Lalu Kiezi berbicara menggunakan suara yang amat tajam.

"Memangnya kau sendiri tahu apa tentang memimpin?" Pertanyaan Kiezi berhasil membuat Kinan berdecak. Memang sifat mereka bahkan sangat berdeba. Sifat Kiezi yang dingin tapi layak memimpin sedangkan sifat Kinan yang seperti kanak-kanak. Entah itu karena umur mereka yang terpaut jauh mungkinnya. Kiezi yang sudah ribuan tahun sedangkan Kinan baru 15 tahun.

"Kau! Mau kau apa--"

"Hei sudahlah buat apa kalian bertengkar?" Potong Bevan tiba-tiba itupun karena tanda dari Kiezi yang meminta Bevan untuk membuat Kinan berhenti. Kinan mengerucutkan bibirnya kesal.

"Hei! Ayah dia yang mulai lebih dahulu! Kau bela dia atau aku? Yang salahkan Kiezi! Kenapa kau lebih membela Kiezi?" Kinan berteriak marah karena dia sama sekali tidak dibela oleh Bevan.

Bevan terkejut, dia sendiri tidak tahu letak kesalahannya ada di mana. Jadi dia memilih menghela nafas dan memegangi kepalanya terasa pening. Dia sendiri tidak tahu kenapa kepalanya terasa pusing padahal dia vampir. Rasa pusing itu sungguh aneh rasanya.

"Sudahlah! Kinan kamu kemari sebenarnya ada apa?" Tanya Bevan.

"Soal, emm... soal... da-darahku. Da-darahku bewarna biru kental," ujar Kinan.

DEG!

Zen dan Kiezi langsung kaget dan langsung menatap ke arah Bevan dengan tatapan aneh. Kinan memang memilih bertanya kepada Bevan dari pada bingung.

Bevan terdiam, "aku--"

"Itu adalah darah renkarnasi," ujar Kiezi.

---

VINAANANTA

REVISI : RABU, 11 OKTOBER 2017

BLOOD ✔Where stories live. Discover now