[43.]Mimpi atau Nyata?

3.9K 224 8
                                    

Zen menatap ke arah wanita yang tidak ia ketahui sama sekali. Tiba-tiba muncul dan menimbulkan ledakan di sisi kerajaan Lucifer.

Kinan, Bevan, Gleya, Fiola, dan Galeo juga sama menatap ke arah wanita itu dengan tatapan, "Dia gila ya? Datang-datang langsung main ledakan."

"Siapa kau!? Apa maumu!?" Tanya Zen dengan nada tidak suka sama sekali. Dia juga barusan bangun tidur.

"Mauku? Mauku adalah membunuhmu! Kau telah membunuh Rosa!" Tanpa aba-aba Yena langsung menyerang Zen, Zen yang tidak siap langsung terlempar jauh dan tubuhnya menghantam dinding.

Setelah menghantam dinding tubuh Zen terjatuh tapi Zen lebih dulu mendarat dengan selamat.

"Rosa? Oh, dia? Serigala berpakaian kurang bahan itu? Dia bunuh diri bukan aku bunuh," ujar Zen santai sambil mengeluarkan rantai dari tangannya.

Rantai itu mulai mencari jantung dari musuhnya itu. Tapi sepertinya Yena sudah tahu dan terus menghindar lalu dia langsung mengeluarkan sebuah panah dan mengarahkan panah itu ke rantai Zen.

Zen langsung melotot dan menarik rantainya tapi terlambat, panah milik Yena sudah melilit rantai Zen sehingga rantai itu ditarik dan menghilang.

"Sial!" Zen menggeram marah dan langsung terbang melesat ke arah Yena, Yena yang sudah siap langsung mengarahkan panahnya ke arah Zen.

Tapi sepertinya Yena melupakan masih ada beberapa orang di sana, Galeo langsung melempar bola api miliknya dan mengenai tepat di tangan Yena.

Yena menggeram dan menggunakan kekuatan daunnya dan menciptakan sebuah penjara. Penjara itu dialiri oleh listrik.

Sayangnya sekarang Galeo dan yang lainnya terkurung. Bevan menggunakan sayapnya tapi sayapnya terlalu besar sehingga tidak bisa digunakan.

"Sial," geram Bevan dengan nada kesal sambil menutup sayapnya kembali dan menatap ke arah Zen yang sedang berpikir bagaimana cara membebaskan Bevan dan yang lain.

Yena yang sadar bila Zen tidak fokus langsung tersenyum senang dan menggunakan sulur tumbuhan untuk menangkap Zen. Tapi Zen lebih dulu melompat dan menggunakan rantai dari belakang tubuhnya.

Dia langsung mengunci pergerakan Yena. Yena melotot, perlahan akar itu langsung lenyap tapi tidak untuk penjaranya. Zen berdecak kesal lantas membentangkan sayapnya besar-besar, lagi-lagi sosoknya berubah menjadi berbeda.

Dia menatap tajam ke arah Yena, dia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Sebuah api besar diselimuti oleh listrik tercipta begitu saja, Zen mengarahkan bola api itu ke arah Yena.

Yena melotot, dia langsung berdiri dan berlari sekencang-kencangnya.

Bola api itu terarah ke arah Yena. Yena berteriak kencang hingga tiba-tiba bola api itu lenyap begitu saja. Seseorang berdiri di tengah dengan tangan mengacung ke depan. Dia menatap ke arah Zen dan Zen terdiam jantungnya berpacu dengan cepat.

Semua yang ada di sana melotot juga Kinan yang terdiam dengan wajah bingung.

Dia tidak tahu apa-apa sama sekali. Dia menatap ke arah gadis yang menggunakan gaun putih dengan corak hitam, rambutnya yang warna hitam sangat panjang hingga ujung kakinya serta tatapan mata yang sangat tajam. Juga sayap yang mengembang besar.

Dia tersenyum sinis dan menatap Zen dengan tatapan tidak biasa. Hingga teriakan dari orang-orang yang ada di sana membuat Kinan terdiam, dia merasakan sesak di dadanya.

"KIEZI!"

Kiezi terdiam perlahan sayapnya menutup dia menatap ke arah Zen dengan tatapan aneh. Dia tersenyum lagi, senyum itu dirindukan oleh Zen bukan rindu tapi sangat rindu.

Kiezi mengerjapkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam, dia menghembuskan nafas dengan kasar. Lalu muncul rantai dari belakang tubuh Kiezi, rantai itu terarah ke arah Zen.

Perbuatan Kiezi membuat semuanya melotot. Mereka langsung berteriak.

"Kieziii!!! Apa yang sudah kau lakukan? Kau mau membunuh Zen!?" Teriak Gleya dengan keras. Dia tidak habis pikir.

Kiezi hanya menatap datar lalu rantai itu terus melesat cepat hingga rantai itu sampai tepat di tempat Zen, tapi anehnya rantai itu memutar ke belakang tubuh Zen lalu mengarah ke arah Kiezi tepat di belakang Kiezi sendiri.

"ARRRGGGGGHHH!!" Teriak Yena sambil memegangi dadanya yang tertancap rantai milik Kiezi. Dia mengerjap lalu dia memuntahkan darah lalu tubuhnya limbung dan mati di tempat. Serta perlahan berubah menjadi bunga melati dan menghilang.

Hening.

Ruangan hening hingga seseorang berteriak kencang sambil memeluk orang itu. Zen memeluk erat Kiezi, dia menangis.

Kiezi mematung diam dan malah terkekeh kecil. Dia merasa Zen seperti anak kecil.

"Hei, jujur saja kau sama dengan anak kecil yang kehilangan ibunya," ujar Kiezi sambil balas memeluk Zen.

"Kau meninggalku!" Sentak Zen dengan nada kesal.

Kiezi hanya tersenyum.

"Aku mencintaimu."

---

VINAANANTA

REVISI : RABU, 11 OKTOBER 2017

BLOOD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang