[36.]Siapa dia Zen?

3.9K 201 3
                                    

Sosok laki-laki membawa sebuah botol kaca lalu meletakkannya di atas meja, dia membuka peti yang ada di sebelah tempat tidur lalu mengambil botol kaca itu lalu tersenyum kecil.

Dia mengambil botol kaca lain yang ada di atas meja, botol itu berisi sebuah darah yang sangat kental dan berbau sedap bagi vampir dan iblis tidak untuk sosok manusia.

Lalu laki-laki itu membuka tutup botol kaca yang berisi darah lalu tersenyum kecil, dia menuangkan isinya hingga sampai botol itu kosong. Setelah itu dia mengambil abu Kiezi dan membuka lalu menaburkan abu itu juga di dalamnya.

Setelah abu itu tercampur dengan darah yang tidak diketahui darah siapa itu, lelaki itu menutup peti itu lalu dia berbalik dan menatap jendela yang ada di kastil tua miliknya.

"Maaf, aku harus melakukan ini... semua ini demi kalian juga demi kami bangsa peri," gumam lelaki itu.

"Carlos," seseorang memanggil lelaki itu Carlos, lelaki yang bernama Carlos itu membalikkan badannya dan menatap laki-laki yang sebaya dengannya itu.

"Kau sudah melakukan tugasmu?" Tanya laki-laki yang satu, Carlos mengangguk.

"Jo, kau istirahatlah," ujar Carlos pelan setelah mengangguk.

"Iya aku akan beristirahat," jawab laki-laki yang dipanggil Jo tadi.

Laki-laki berambut hijau tosca yang memiliki satu sayap peri dan tipis itu berbalik tapi berhenti saat Carlos memanggilnya.

"Jonathan!" Teriaknya lalu Jonathan berbalik dan menatap Carlos dengan pandangan bertanya.

"Yuina, Yuina di mana?" Tanya Carlos, Jonathan tersenyum singkat. "Dia ada di kamarnya."

Carlos tersenyum, Jonathan melanjutkan perjalanannya menuju ke kamarnya. Sedangkan Carlos kembali menatap peti mati itu.

"Aku masih ingat kata-katanya, tidak hanya sosok manusia saja yang bisa jadi vamore, tapi peri juga bisa. Kalau Jonathan menjadi vamore untukmu apa bisa Kiezi?" Gumam Carlos pelan.

Carlos berjalan lalu memilih menuju ke kamarnya dan beristirahat di sana.

---

Di sisi lain, para anggota keluarga Lucifer sedang panik karena botol kaca itu menghilang, mereka tidak menemukan sama sekali penyusup itu.

Bevan kebingungan sendiri dan sedikit resah membuat kondisi dia juga sedikit bermasalah, keadaan dirinya sedikit melemah karena dirinya terlalu banyak pikiran.

Sedangkan Kinan malah mengurung diri di dalam kamar. Jujur memang sosok Kiezi dan Kinan sangatlah beda. Sampai sekarang sosok Kinan tidak bisa menggantikan sosok Kiezi yang selalu bisa mengatasi masalah dan memilih tidak manja.

Kinan tidak peduli dengan keributan yang terjadi, dia hanya ingin dihargai oleh orang lain saja.

Semua anggota kerajaan tidak diperbolehkan membuka jendela karena takut ada angin besar lagi yang terjadi tapi Kinan melanggarnya dan tetap membuka. Memang tidak ada apa-apa.

"Tidak ada apa-apa," gumam Kinan pelan dan memilih melihat keadaan kota yang sedikit sepi karena hari sudah mulai malam.

Kinan menghelan nafas secara kasar, dia merasa lelah di istana Lucifer. Dia juga tidak pernah dekat dengan Zen padahal dia mencintai sosok Zen.

Tiba-tiba seseorang menutup mulutnya, dia meronta tapi tidak berhasil.

A-apa ini? Aku ditangkap? Batin Kinan ketakutan. Air mata sedikit menetes di ujung matanya lalu dia kehilangan kesadarannya.

---

Zen berpikir siapa sebenarnya yang mengambil botol kaca yang berisi abu milik Kiezi. Memang siapa yang tahu botol kaca itu kecuali dirinya dan yang lain kecuali Kinan.

Zen berdiri dan berjalan menuju ke arah kamar Kinan, dia harus meminta maaf juga kepada Kinan soal dia membentak sosok Kinan.

Sesampai dia di depan pintu kamar Kinan dia mengetuk tapi tidak ada jawaban. Lalu mengetuk lagi tidak ada jawaban. Bahkan sampai dia memanggil majikan vampirenya itupun tidak ada sahutan dari dalam. Itu membuat Zen sangat khawatir tapi dia sadar juga kalau kekhawatirannya tidak seberlebihan saat dia sedang khawatir dengan Kiezi.

Zen langsung menendang pintu kamar Kinan lalu dia merasakan angin malam yang sedikit kencang dan sangat dingin. Dia langsung melesat cepat dan menutup jendela balkon lalu mencari sosok Kinan di kamar.

"KINAN!" Teriak Zen dengan wajah sangat khawatir, dia benci dengan sikap kekanakan sosok Kinan tapi tetap saja dia dan sosok Kinan terhubung, tapi dia tidak merasakan rasa sakit apa-apa.

Tanpa berpikir lagi Zen langsung pergi mencari Bevan serta yang lainnya. Dia juga meminta Elo dan Ilyo untuk mencari sosok Kinan.

"Bevan, Kinan hilang. Sepertinya dia diculik, dia juga tidak menutup jendela kamarnya. Maaf harusnya tadi aku tidak memben--"

"Jangan salahkan dirimu! Lebih baik kita mencari Kinan sampai ketemu! Kita harus mencari sampai dia ketemu!" Potong Bevan cepat dan diangguki oleh Zen.

Mereka semua menyebar, Gleya dengan Galeo karena Galeo adalah vamore. Sedangkan Bevan dengan Fiola.

Zen melesat langsung secara cepat, dia mencari di setiap ruangan tapi tetap tidak menemukan. Tapi dia tidak bodoh, dia langsung melesat cepat menuju hutan terlarang. Lagi-lagi sekelabat ingatan tentang Kiezi kembali terbayang tapi dia segera sadar dan memilih cepat-cepat mencari mengelilingi hutan terlarang itu.

Hampir dua jam lebih sosok Zen mencari di hutan terlarang hingga dia mendengar seseorang sedang berbicara. Dia langsung mengendap-ngendap untuk mencari tahu siapa orang itu.

Zen bersembunyi di balik pohon yang besar, dia melihat orang itu dengan kening berkerut. "Fairy?" Gumam Zen pelan.

Mungkin lebih sering disebut peri daripada fairy. Zen melihat kalau peri itu hanya memiliki satu sayap saja.

Zen melihat dengan jelas juga sosok yang sedang diikat di pohon dengan mata yang tertutup. Dia menatap dengan membulatkan matanya lebar. Kinan sedang diikat oleh peri itu.

Zen langsung berlari dan menerjang peri itu, untungnya emosi miliknya tidak langsung meledak, dia melepaskan tali dari tubuh Kinan dan menatap tajam ke arah peri yang sudah menghapus pelan darah yang berada di bibirnya.

"Kau!"

"Ada apa?"

"Keparat! Kau ini menangkapnya? Kenapa?" Teriak Zen dengan nada sangat dingin juga dia sangatlah kesal.

"Aku hanya tertarik dengan kecantikannya," jawab peri itu lagi. Laki-laki yang tidak Zen ketahui namanya itu menatap dengan tatapan datar saja.

"Apa?"

"Engg... di-di mana aku? Z-Zen?" Kinan menatap Zen lalu langsung memeluk tubuh Zen erat.

Setelah selesai memeluk sosok Zen Kinan menatap ke arah laki-laki itu.

"Kau? Siapa dia Zen? Kau... kau... Jo-Jonathan kah?"

---

VINAANANTA

REVISI : SELASA, 10 OKTOBER 2017

BLOOD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang