Bab 17

2.8K 255 12
                                    

"Otak ku memang masih waras. Tapi hatiku sudah tidak. Membuat aku gila setiap harinya"


***

Pengumuman camping sudah tertempel di mading SMA Angkasa. Camping memang sudah jadi kegiatan tahunan SMA ini. Namun yang membuat para siswa begitu berisik karena acara camping yang diadakan begitu mendadak.

Lain sekali dengan tahun-tahun sebelumnya, biasanya pengumuman sudah tertempel tiga minggu sebelumnya. Tapi kali ini, camping akan diadakan empat hari lagi. Yang benar saja.

Para guru menjelaskan agar mempersingkat waktu, karena kelas tiga harus difokuskan dengan persiapan ujian. Namun murid kelas satu dan dua tidak terima, dan meminta agar kelas tiga tidak usah dilibatkan dalam acara itu.

Tentu saja para guru menolak, sebenarnya acara camping tahunan ini untuk memanfaatkan momen bersama kelas tiga yang sebentar lagi akan lulus, untuk itu kehadiran kelas tiga adalah hal yang penting. Dan semua siswa wajib mengikutinya.

"Kacau" Ucap Rio sang mantan ketua OSIS. Rio baru saja melepas jabatannya itu. Tepatnya dua hari yang lalu.

"Gila, dadakan banget udah kaya tahu yang gopean" Ujar Andra

"penting banget ya acara camping itu?" Tanya Ken

"Penting sih. Karena itu momen terakhir kita sama adik kelas," jawab Rio. Mengingat adik kelas, pikirannya langsung tertuju pada Cheesy.

"By the way, apa bener lo jadian sama murid baru yang namanya Cheesy?" Tanya Deri tiba-tiba, dan hanya dibalas oleh anggukan milik Ken.

"Kita kira lo sukanya sama Dean. Kalian berdua mulu sih, bikin jomblo iri aja," timpal Andra

"Ye dasar jones! Malah curcol" Deri menanggapi

"Kalian bisa jaga rahasia?" Ken bertanya dengan hati-hati, dan ketiga manusia itu pun mengangguk mantap.

"Sebenerya, Dean adik gue,"


Dean menyusuri perpustakaan dengan langkah yang kesal. Itu karena Alex terus saja menyamakan langkahnya.

"Bisa nggak sih nggak usah ganggu gue?" Tanya Dean, yang akhirnya menghentikan langkahnya.

"Kalau emang bisa. Ngapain gue disini?"

Dean mendegus kesal. Menurutnya percuma bicara dengan Alex. Cowok itu memang keras kepala.

"Kalau puisi tentang jin botol ada nggak ya?" Tanya Alex membuat Dean menoleh kesal karena dirinya terus saja membahas tentang puisi. Namun Dean hanya diam, karena semakin cowok itu ditanggapi semakin pula Ia kesenengan.

"Dean, makan yuk? Makan pizza" Dean menoleh ketika Alex menyebut salah satu makanan kesukaannya itu. Alex memang paling tahu, kelemahan Dean adalah makanan. Tidak heran jika pipi gadis itu semakin chubby tiap harinya.

"Pizza.." Dean menggumam, membuat Alex tersenyum menang.

"Gue bawa Pizza. Tadi pagi mampir dulu beli pizza. Lo mau?"

"Mana?"

"Dikelas. Ayo"

Dean mengikuti Alex demi sebuah pizza yang sudah memenuhi otaknya.

Hujan Di Langit NovemberWhere stories live. Discover now