Bab 12

3K 234 31
                                    

"Kupikir, kata khawatir yang kau lontarkan hanya untukku seorang. Bodohnya aku, karena menganggap diriku spesial dimatamu,"

***

Dean dan Cheesy tengah menyantap makanannya dikantin sekolah. Dean hanya menyantap roti, sebenarnya ia tidak merasa lapar. Ia hanya menemani Cheesy makan siang saja. Walaupun ada Nina, yang katanya teman sebangku Cheesy.

Sementara Ken, sudah mulai akrab dengan Rio dan teman-temannya, bahkan mereka akan tampil ngeband malam minggu nanti, di kafe terdekat.

"Dean, nanti pulang sekolah gimana kalau kita main? Udah lama kan? Gue juga pengen cerita banyak sama lo," Ujar Cheesy sambil mengunyah siomay mang Aang.

Dean hanya tersenyum lalu mengangguk kecil, menyetujui ajakan Cheesy.

"Dirumah lo, ya?" Dean mengangguk lagi. Rasanya hari ini Ia benar-benar kehilangan mood-nya.

"Tapi nanti gue pulang dulu, ganti baju. Abis tu baru gue kerumah lo, gimana?"

"Oke" jawab Dean sambil tersenyum singkat.

***
"Cheesy makan apa tadi pas istirahat?" Tanya Ken ketika mereka baru saja tiba dirumah.

"Kenapa?" Bukannya menjawab, Dean malah balik bertanya.

"Gue cuma khawatir. Dulu, dia pernah masuk rumah sakit gara-gara maag. Dia itu hobinya cari penyakit, susah kalau dibilangin," Ujar Ken sambil merapikan kembali rambutnya setelah melepas helmnya

"Dia makan siomay. Dia makan banyak tadi, kayaknya lagi nafsu makan. Apa gue perlu ngelapor setiap hari?"

"Ngelapor apa?"

"Ngelaporin apa yang setiap hari Cheesy makan. Lo khawatir kan?"

Ken tersenyum tipis mendengar jawaban Dean, Ia lalu berjalan mendekati Dean.

"Apa lo cemburu?" Dean kaget dengan pertanyaan kakaknya yang tiba-tiba. Jantungnya berdegup lebih cepat, Ia tidak mau kalau sampai kakaknya mengetahui bahwa Ia menyukainya. Apa kelihatan sekali kalau Ia menyukai kakaknya ini?

"Lo ngomong apa sih? Konyol banget!" Sanggah Dean cepat

Ken tertawa ringan, "lo lucu banget. Gue cuma bercanda. Oh iya, Cheesy alergi udang. Dia suka banget udang tapi Dia alergi, jadi sebagai temen yang baik lo harus cegah dia ya? Jangan sampe dia makan udang,"  Ken mengacak pelan rambut Dean lalu masuk ke dalam rumah dan naik keatas tangga.

Kenapa memberitahuku segala? Aku sangat tau tentang Cheesy, memangnya kau siapa memintaku untuk memperhatikannya? Tanpa kau suruh juga pasti aku akan melakukannya. Kau benar-benar menyebalkan.

***

Bel rumah terdengar beberapa kali berbunyi, Ken menghentikan aktifitasnya yang sedang memainkan gitar kesayangannya. Ia turun dari kamarnya, lalu membuka pintu rumah.

"Cheesy?" Ken sedikit terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya.

"Hai Ken, hehe. Gue mau ketemu Deandra,"

"Masuk aja" ucap Ken, lalu meneriaki Deandra, berharap agar gadis itu cepat turun.

Ken lalu menyuguhkan secangkir teh hangat, diiringi dengan turunnya Dean dari kamar.

"Hai Cheesy"

"Hai Dean. Ohiya gue lupa belum nyapa mama kalian"

"Mama lagi pergi. Gmana kalau kita kekamar gue?" Ajak Dean lalu melirik kearah Ken sekilas.

"Oke. Gue kekamar Dean dulu ya Ken" Ken pun hanya mengangguk pelan lalu ikut kembali kekamarnya.

"Wah jadi ini kamar yang serba pinky?" Ujar Cheesy begitu memasuki kamar Dean, Dean pun hanya tersenyum.

"Ahhhh gue kangen banget sama lo,"

"Gue juga kangen sama lo. Lo tega banget, ninggalin gue disini sendirian," Jawab Dean yang pura-pura kesal.

"Gue nggak akan ninggalin lo lagi,"

"Janji?"

"Janji"

Dua sejoli itupun membuat janji dengan menautkan jari kelingking mereka sambil tertawa.

"Dean, ada yang mau gue ceritain sama lo. Gue seneng banget, sampe nggak sabar pengen ceritainnya." Ucap Cheesy

"Apa?"

"Kayaknya gue masih suka Ken" Dean kaget, tidak menyangka kalau Cheesy akan membahas tentang Ken.

"Lo pasti kaget kan? Gue juga baru sadar"

Ya. Sangat kaget, sampai-sampai dadaku terasa sakit.

"Kemarin pas lo keluar dari UKS, Ken balik ke uks. Dia bawain gue soto mie. Lo tau sendiri kan gue suka banget soto mie, dan ternyata ken masih inget. Pas itu gue bener-bener seneg, bibir gue ngebentuk senyum. Gue kira bahagia karena ketemu sama soto mie kesukaan gue. Ternyata bahagia ketemu sama orang yang masih stay di hati gue,"

"Gue juga ngerasa Ken masih peduli sama gue, bukannya geer sih tapi bahkan kemarin dia keliatan khawatir banget. Apakah lo juga mikir gitu?"

"Iya, dia emang khawatir sama lo. Tadi dia nanyain apa yang lo makan pas istirahat, dia takut lo bakalan masuk rumah sakit kayak dulu" Jawab Deandra dengan wajah datarnya. Ekspresi yang benar-benar sulit diartikan.

"Wah, beneran? Gue nggak menyangka. Kayaknya dia juga masih suka sama gue, ya? Semalem dia ngeline gue"

"Ngeline gimana?" Tanya Deandra penasaran.

"Gnight Cheesy. Jangan lupa sarapan besok,"

Deandra tersenyum. Tersenyum getir.

"Kali ini, gue nggak bakalan nyia-nyiain dia lagi kayak dulu. Lo mau bantu gue kan Dean?"

"emangnya apa yang bisa gue bantu?"

"Lo ngedukung gue aja udah bantuan bagi gue. Gimana? Lo mau kan dukung gue? Gue bertanya sebagai sahabat dan calon kakak ipar lo"

"Najis. Iya iya gue dukung kok" Dean tersenyum lagi. Ia harus bisa tersenyum, mendukung sahabatnya dengan tulus. Walaupun hatinya saat ini benar-benar retak, Dean tidak mau mengahalangi jalan sahabatnya. Ia harus kuat. Ia tidak boleh menangis saat ini juga, tidak boleh.

"Gue pulang dulu, sampe ketemu besok" Cheesy akhirnya pulang dari rumah Dean setelah jam menunjukan pukul sembilan malam. Dean merasa lelah, Ia ingin kembali kekamarnya.

"Dean, makan dulu. Lo belum makan dari pulang sekolah," Ucap Ken

"Gue mau tidur, tolong jangan ganggu gue" Jawab Dean tanpa menatap kearah Ken

"Seenggaknya lo harus makan dulu"

"Lo ini, berisik banget sih.e mangnya lo siapa ngatur gue seolah-olah lo itu mama gue?" Emosi Dean tidak terkendali, Ia langsung buru-buru memasuki kamarnya setelah sadar dengan apa yang baru saja Ia katakan. Ken tahu, pasti ada yang tidak beres dengan adiknya itu.

Kali ini hujan tidak sehati dengan Dean. Ia menangis sangat keras dikamar, sampai-sampai terdengar oleh Ken. Ken sangat bingung, sebenarnya apa yang terjadi dengan adiknya itu. Tapi saat ini, Ken hanya membiarkan Dean sendiri. Mungkin Dean butuh waktu untuk sendiri.

Dean merutuki dirinya sendiri, mengeluarkan kalimat bodoh untuk dirinya sendiri. Ya sangat bodoh. Untuk apa dirinya kesal pada Ken? Untuk apa Dean marah pada Ken? Bahkan Ken tidak salah apapun pada Dean. Ini hanya salahnya. Salah perasaannya lebih tepatnya.

Maka, malam itu juga, Dean bertekad. Ia akan melupakan Ken, mengusir jauh-jauh Ken dari hatinya. Ia melangkah untuk move on.

Hujan Di Langit NovemberWhere stories live. Discover now