Bab 9

3.3K 300 20
                                    

"Kau tahu kenapa Dunia tiba-tiba bisa terasa sempit? Itu karena ada dua insan yang saling merindukan dan ingin dipertemukan"

☔☔☔

"Jadi, apa keputusanmu Deandra?" Tanya kepala Sekolah yang saat ini sudah duduk dihadapannya.

"Saya akan mencobanya, Pak" Jawab Deandra

"Terimakasih Deandra. Sqya sudah cemas kamu akan menolak kesempatan emas ini, jadi mulai hari ini kamu resmi berada di kelas tiga. Nanti, saya akan menyuruh wali kelas barumu untuk mengantarmu kekelas,"

"Maaf pak, kalau boleh tahu saya ditempatkan dikelas berapa ya?"

"Dua belas, ipa satu,"

Deandra terdiam, seingatnya itu adalah kelas Ken, dan berarti terdapat Amel dan Alex juga.

"Hmmm, nggak bisa diganti ya, pak?"

"Tentu nggak. Kelas itulah yang prestasinya paling unggul dibandingkan dengan kelas lain,"
Deandra melangkahkan kakinya menuju ruang kelas barunya, ditemani wali kelas barunya.

"Anak-anak, kita kedatangan murid baru lagi. Ya, baru untuk kelas kita. Deandra masuklah," Deandra pun masuk keruang kelas dan mendapat tatapan heran dari teman sekelas Ken. Terutama Alex dan Amel.

"Deandra mulai hari ini akan bergabung dengan kelas ini, kepala sekolah secara pribadi memintanya untuk langsung naik tingkat ke kelas tiga. Bapak harap kalian dapat membantunya,"

"Nah, Deandra kamu bisa duduk dibangku kosong dibelakang, disebelah Carla,"

"Pak, saya nggak mau. Saya udah pw duduk sendiri," Ucap Carla, teman dekat Amel dan Sisi.

"Carla. Memangnya bangku itu punya kamu?"

"Bapak sedang melucu ya," Celetuk Amel

"Jaga bicaramu, Amel. Deandra duduklah," Dean pun akhirnya duduk disebelah Carla, dan mendapat tatapan sinis dari gadis itu.

"Bapak ada urusan sebentar, kalian jangan ribut,"

"Wah wah wah, sekarang ada siapa dikelas kita? Deandra Calista!" Ujar seorang siswa bernama Aji

"Bacot lo." Ujar siswa lainnya lalu menepuk kepala Aji agar cowok usil itu berhenti bicara

"Cari tempat duduk lain bisa kan? Gue nggak bisa duduk sama lo" Ujar Carla secara terang-terangan

"Punya telinga kan, Dean?" Kini Sisi angkat bicara.

Ken menghampiri bangku Dean dan Carla.

"Duduk sama Alex, gue yang akan duduk sama dia kalau lo nggak mau," Ucap Ken pada Carla

Sementara Carla hanya terdiam,

"Tunggu apalagi?" Ucap Ken

Dengan kesal, Carla pun pergi dari bangkunya, dan berjalan menuju tempat Alex. Lalu, Ken segera duduk disebelah Dean tanpa mengatakan sepatah katapun.

Dean berdiri, keluar dari kelas. Membuat semuanya heran lagi, termasuk Ken.

Dean melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, Ia tak tahan. Rasanya sangat memalukan. Ia malu diperlakukan seperti itu dihadapan Ken. Ia merasa sangat menyedihkan.

"Dean?" Sapa Cheesy, kebetulan Cheesy baru saja keluar dari toilet.

"Lo nangis? Kenapa Dean? Siapa yang bikin lo kayak gini?"

Tanpa menjawab pertanyaan Cheesy, Dean langsung memeluk sahabatnya itu. Menyalurkan segala kesedihannya.

---

Saat ini Dean dan Cheesy tengah berada di atap sekolah. Dean menceritakan semuanya.

"Padahal gue udah biasa diperlakuin kayak gitu. Tapi kenapa gue jadi selemah ini? Kenapa gue harus malu sama kakak gue?"

"Dean, lo nggak suka sama kakak lo kan?" Pertanyaan Cheesy membuat Dean tersentak.

"A-apa?"

"Hahaha, nggak usah kaget gitu. Gue cuma bercanda. Karena kalau itu orang yang lo sukain, wajar aja kalau lo ngerasa malu," Jawab Cheesy

"Dean, lo disini rupanya? Gue nyari lo kema--" Ucapan Ken terputus,

"Ken?" Ujar Cheesy

"Cheesy?"

"Ka..kalian kenal?"

"Dia temen gue dulu di Aussie, Dean" jelas Cheesy

"Beneran? Kebetulan banget. Gue jadi nggak perlu repot untuk ngenalin kalian berdua,"

"Cheesy, ini kakak gue Ken, Ken ini Cheesy sahabat gue," lanjut Dean

"Haha" Ken hanya tertawa canggung

"Gimana kabar lo, Ken?" Tanya Cheesy

"Baik. Lo sendiri?"

"Selalu baik" Cheesy tersenyum

"Bagusdeh kalau gituu. Dean, gue turun duluan ya," Ken pun meninggalkan Dean dan Cheesy yang masih menatap punggung Ken berlalu.

"Sebenernya..dia mantan gue" Ucap Cheesy, yang membuat Dean hampir mengeluarkan bola matanya.

"Ceritain semuanya, Cheesy,"

"Kita dulu satu sekolah. dia kakak kelas gue. Pas itu gue masuk ekskul musik, dan itu awal gimama gue bisa kenal sama dia. Kita jadi deket, dan pas itu Ken nembak gue. Dia nembak gue pas pentas sekolah, pas dia lagi diatas panggung dan nyanyiin lagu buat gue,"

"Akhirnya, kita jadian. Pacaran selama empat bulan, abis itu gue mutusin dia. Itu karena dia bilang beberapa bulan lagi dia bakal pindah ke Indonesia. Lo tau, gue bukan orang yang bisa ldr-an. Karena itu gue mutusin dia. Tapi kita putus secara baik-baik kok,"

"Gue nggak nyangka juga kalau ternyata ayah gue harus ngurus perusahaan di Indonesia, jadi akhirnya gue pindah ke sini juga. Rasanya kayak takdir, ya?"

"Lo masih suka dia?" Dean bertanya.

"Nggak tau" Jawab Cheesy.

"Tapi gue beneran kaget pas tau kalau dia itu kakak kesayangan lo,"

"Gue nggak sayang," elak Dean.

"Heh, emangnya kenapa kalau lo sayang? Dia kan kakak lo, Dean. Lagian, Ken itu orangnya baik, dia pasti bakalan ngejaga dan ngelindungin lo. Percaya sama gue," Jawab Cheesy.

Dean hanya tersenyum. Lalu mereka berdua menatap langit yang begitu biru.

***

Jam menunjukan pukul delapan malam. Ken mengetuk pintu kamar Dean, Dean pun membukanya.

"Ada yang pengen gue omongin sama lo," Ujar Ken

"Masuk," ujar Dean, Ken pun masuk ke dalam kamar Dean

"Ini tentang Cheesy, gue pikir gue harus cerita sama lo"

"Tentang dia mantan lo?"

"Lo udah tahu?"

"Ya. Cheesy ngejelasin semuanya"

"Bagus deh. kalau gitu gue nggak perlu ngejelasin lagi," Jawab Ken

"Lo masih suka?" Tanya Dean

"Hm? Nggak. Bagi gue nggak ada yang perlu diharapin dari masa lalu," Jawab Ken tersenyum, lalu meninggalkan kamar Dean.

Bodoh. Kenapa juga aku menanyakan itu?

Hujan Di Langit NovemberOnde as histórias ganham vida. Descobre agora