Bab 8

3.2K 275 29
                                    

"Bolehkah aku merasakannya juga? Perasaan jatuh cinta yang orang lain rasakan. Pertanyaannya, apa boleh jika aku merasakannya denganmu?"

☔☔☔

"Gue, khawatir,"

Dean terdiam mendengar alasan Ken, lagi-lagi laki-laki dihadapannya ini membuat jantungnya segera ingin pergi ke awan.

"Khawatir?" Tanya Dean, berharap agar Ken menjelaskan lebih rinci apa yang ia maksud dengan Khawatir.

"Drtdrttdrttt" Ponsel Dean bergetar, rupanya ada telepon masuk.

"Hallo, mama?"

"Oke hati-hati"

"Kenapa" Tanya Ken begitu Dean menutup teleponnya.

"Mama udah dibandara surabaya, nanti malem mama sampe. Jadi mama minta lo buat jemput pake mobil mama di garasi,"

"Itu bagus. Lo ikut, ya? Gue takut ngantuk kalau nyetir sendirian,"

Dean hanya mengangguk, lalu menyantap kembali makanannya.

***

"Dean, ayo berangkat" Ujar Ken dari lantai bawah, Dean pun turun dan mengikuti Ken keluar rumah.

Mobil silver sudah melesat, dan saat ini dua insan yang ada didalam mobil tidak mengeluarkan suaranya. Hanya terdengar suara alunan musik dari radio mobil.

Jalanan yang macat membuat Dean tak kuasa menahan kantuk, dan akhirnya tertidur. Ken mengamati Dean yang sedang tertidur pulas seperti bayi, lucu sekali, pikir Ken. Helaian rambut Dean terjatuh menutupi wajahnya, Ken lalu berusaha untuk membenarkannya, namun ketika hendak menyelipkan helaiannya kedaun telinga milik Dean, saat itu juga Dean terbangun. Membuat Ken kaget setengah mati.

"I..itu..gue..gue..cuma.." belum selesai menyelesaikan kalimatnya, sebuah mobil dibelakang Ken membunyikan klaksonnya, membuat Ken tersadar. Dan langsung menjauhkan tubuhnya dari Dean, lalu kembali menyetir. Karena jalanan didepan sudah mulai agak longgar.

Sementara Dean, hanya menatap kaca jendela mobil. Mukanya benar-benar memerah, jantungnya berdetak tak karuan. Apa yang dilakukan Ken barusan?, Dean tak henti-hentinya memikirkan itu.

Dean dan Ken pun telah tiba di Bandara, semenjak kejadian canggung tadi mereka tidak bicara satu sama lain.

Wina pun menghampiri kedua anaknya yang sudah menunggunya.

"Apa perjalanannya menyenangkan?" Tanya Ken lalu mengambil koper yang sedang dienggam oleh Ibunya.

"Kakek kalian udah mulai membaik, itu yang terpenting,"

"Syukurlah," jawab Ken

Sementara Dean hanya terdiam, masih merasa canggung mungkin. Mereka pun bergegas menuju mobil.

"kita mampir ke resto dulu? Mama lapar," Ujar Ibunya

"Oke ma" jawab Ken

"Gimana sekolah kalian?" Tanya Wina

"Cukup bagus," jawab Ken dan Dean secara bersamaan

"Wah, kayaknya kalian udah mulai akur ya. Mama seneng banget,"

"Dean yang nyuci piring selama ini, jadi itu ngebantu banget," Jelas Ken, yang sebenarnya tidak nyambung.

"Beneran Dean?, itu bagus. Kamu membantu pekerjaan rumah, akhirnya. Mama nunggu sampai kamu mau ngelakuinnya sendiri,"

"Yah..itu, karena Kak Ken yang masak untuk makan kita,"

Ken terkekeh geli, saat Dean menambahkan embel-embel kak pada namanya.

"Tentu, mama tau Ken pandai memasak. Bagus, kalian saling melengkapi,"

"Saling melengkapi?" Ujar Dean

"Kenapa? Kayak ungkapan untuk pasangan kekasih ya? Haha," jawab Wina, sementara muka Dean langsung berubah merah lagi, dan Ken terdiam canggung.

Resto

Ketika mereka menikmati makan malam, Dean pun menceritakan tentang beasiswa yang ditawarkan oleh Kepala Sekolahnya.

"Itu bagus Dean. pilihannya ada ditanganmu. Kamu mau atau nggak,"

Dean mengangguk.

"Ken, gimana sama persiapan Ujianmu?"

"Ya, aku lagi nyiapin kok,"

"Setelah lulus, kamu pengen kuliah dimana dan jurusan apa?,"

"Aku masih nggak tau akan kuliah di sini, atau diluar Negri. Dan kalau untuk jurusan, aku akan milih jurusan musik, gapapa?"

Wina tersenyum, "bagus. Kamu udah tahu passion-mu dimana. Mama akan dukung kamu,"

"makasih, ma,"

***

Sabtu.

Hujan turun di hari sabtu dini hari. Membuat Dean semakin bermalas-malasan dikasurnya

"Hujan lagi ya?" Gumam gadis itu.

"Dean" Ken mengetuk pintu kamar Dean, mendegar suara Ken, Dean pun langsung bangun dan merapikan rambutnya yang berantakan tak karuan, lalu membukakan pintu untuk Ken.

"Ayo sarapan, mama udah nunggu dibawah," Ujar Ken

Dean pun mengikuti Ken untuk turun, dan menuju meja makan.

"Tumben, kamu langsung bangun Dean. Biasanya kalau mama yang bangunin kamu malah terus males-malesan" Ucap Wina sambil menaruh beberapa lauk diatas meja.

"Eh...a..aku..itu karena emang aku udah bangun," Dean lalu menggaruk rambutnya yang tidak gatal, sementara Ibunya dan Ken hanya tersenyum.

"Ken, apa makanan kesukaanmu? Agar lain kali mama bisa membuatkannya untukmu"

"Hmmmmm" Ken berpikir sejenak, "sashimi salmon," jawabnya.

"Sebenernya lo tinggal di Australia atau di Jepang sih?" Tanya Dean cuek, sambil memasukan beberapa lauk ke dalam mulutnya.

"emangnya cuma orang jepang yang boleh suka sashimi salmon?" Jawab Ken

Mereka bertiga pun tertawa sambil menikmati sarapan dipagi hari yang hujan, layaknya keluarga bahagia.

***

Ken dan Dean tengah berada di Mall. Ini karena Ibu mereka yang menyuruhnya untuk pergi jalan-jalan, alasannya agar mereka lebih dekat dan Ken tahu kawasan-kawasan disekitar sini.

"Jadi, apa yang harus pertama kali kita lakuin? Makan? Nonton?" Tanya Ken, yang saat ini terlihat begitu tampan menggunakan kemeja bewarna biru, yang lengannya digulung. Serta celana jeans yang senada.

"Kita baru makan tadi," Jawab Dean

"Yaudah, kita nonton aja," 

Mereka memilih film dengan genre romance sad, itu permintaan Deandra. Karena gadis itu bilang dia suka yang sedih-sedih.

Setelah selesai menonton, Deandra masih tetap menangis. Membuat Ken keheranan setengah mati. Gadis itu begitu menghayatinya.

"Dean. Itu cuma film," Ujar Ken

"Benny jahat banget," Ujar Dean menyebut tokoh dalam film tadi

"Sshhh..." Ken akhirnya menghapus air mata Dean menggunakan kedua jarinya

"jangan nangis lagi ya? Nanti cantiknya hilang" Ucap Ken lalu tersenyum, setelah menjauhkan lengannya dari wajah Dean, Ken mengacak pelan rambut Dean. Membuat gadis dihadapannya terdiam bagaikan patung, tak ada lagi suara tangis melainkan suara debaran yang begitu kencang, sampai-sampai Dean memegangi dadanya. Dean tak mengerti, mengapa laki-laki dihadapannya ini terus saja membuat debaran di hatinya?

Atau, ada yang salah dengan dirinya?

Hujan Di Langit NovemberWhere stories live. Discover now