4. Train To Heart

2.7K 237 14
                                    

Happy Reading

Aku terkejut dikala temanku, Lee Won Geun datang menjemputku. Ia bilang jika ingin mengajakku pergi menaiki kereta api. Aku pernah naik kereta api tapi jika bersama seorang teman pria ini yang pertama.

Aku tidak tahu kemana tujuan kereta api ini berjalan. Yang pasti kereta api ini akan meninggalkan Seoul. Tiket sudah ada digenggaman tanganku begitu pula dengan Won Geun.

Won Geun itu temanku yang sudah ku anggap sebagai sahabat. Ia selalu ada disaat aku membutuhkan teman curhat. Aku merasa nyaman jika berbagi cerita dengannya dibanding dengan sesama wanita. Walau tidak sering. Dan ini perdana aku pergi berlibur dengannya, hanya berdua.

Aku menghela nafas. Hanya berdua?

"Tunggu sebentar," Won Geun menghentikan jalanku disaat ingin menaiki kereta api itu.

"Kenapa?" tanyaku mengernyit heran.

"Temanku akan ikut,"

"Pria atau wanita?"

"Pria," aku hanya mengangguk. Rasanya ada yang tidak rela.

"Maaf menunggu lama," ku dongakkan kepalaku disaat mendengar suara yang tidak asing itu. Ku lihat Won Geun sudah merangkul pundaknya.

Apa dia yang akan ikut? Hanya untuk bermimpi saja aku tidak berani.

"So Eun, apa kabar?" tanyanya. Dia, Kim Bum. Sahabat Won Geun, teman So Eun, dan pria yang So Eun cintai. Bibirku kelu hanya untuk menjawab pertanyaannya. Hatiku sudah berdesir. Detak jantungku sudah tidak berirama dengan beraturan. Mataku hanya terfokus padanya.

Dia makin tampan. Suaranya yang berat terdengar indah ditelingaku. Uluran tangannya yang kekar dengan tonjolan urat-urat nadinya membuatku meneguk air liur dengan susah payah.

Dulu, tangan itu sama sekali tidak terlihat kekar.

"Baik," kubalas uluran tangan kekarnya. Suaraku terdengar gugup memang. Wajar saja ini sudah 2 tahun aku tidak bertemu dengannya. Aku hanya tahu tentangnya dari Won Geun. Sudah ku bilang jika aku lebih nyaman curhat dengan Won Geun, karena jika aku curhat dengan Won Geun topik yang akan dibicarakan adalah Kim Bum.

"Ayo naik, kereta sudah akan berangkat." seru Kim Bum.

Tapi tunggu! Kenapa Kim Bum harus menarik lenganku? Dia juga menuntunku untuk menaiki kereta. Entahlah ini seperti?

"Duduk disini," Kim Bum menyuruhku duduk dipinggir jendela.

"Aku ditengah," sergahku cepat. Bangku yang akan kita duduki ada tiga, kurasa agar adil aku saja yang duduk ditengah.

"Cepat duduk So Eun," Won Geun memang yang paling pengertian. Ia yang duduk dipinggir jendela. Bukannya aku tidak mau, masalahnya jika aku duduk dipinggir itu artinya aku tidak bisa mendengar obrolan Kim Bum dan Wom Geun. Jika aku ditengah, semua pembicaraan dapat didengar bukan?

Seperti dugaanku, Kim Bum dan Won Geun banyak berbicara aku hanya sesekali menanggapi lalu tertawa disaat salah satu dari temanku membuat lelucon. Dulu, kita sering menghabiskan waktu seperti ini jika di sekolah.

Momen seperti ini yang membuatku jatuh cinta padanya. Dia, selalu menatap lembut kearahku. Tak pernah ada ekspresi kesal diwajahnya walau aku meledekinya habis-habisan.

Otakku sedang memutarkan masa lalu. Kini hanya sayup-sayup ku dengar obrolan mereka. Aku menatap kosong keluar jendela, mengingat jika dulu aku pernah mengungkapkan rasaku padanya, Kim Bum. Dia menolakku dan pada bulan selanjutnya ia berpacaran dengan wanit lain.

Tentu saja aku sakit hati. Untuk menegarkan hatiku selalu ku yakini jika dia bukan jodohku.

Tapi sekarang, ia hadir. Dengan suara khasnya sambil mengulurkan tangannya agar ku jabat. Lalu menggenggam tanganku tanpa ku perintah. Dan baru saja ku rasakan jika dia menyentuh puncak kepalaku.

"Jangan melamun," usapan tangannya dikepalaku begitu terasa. Senyumnya membuatku jatuh cinta lagi.

Dan ternyata aku semakin yakin jika perasaan cinta itu belum punah seutuhnya.

"Minum lah," Dia menyodorkan minuman botol kemasan padaku. Aku tidak haus tapi tetap ku terima karena minuman itu sudah ia buka tutupnya. Aku meneguknya sedikit. Aku terlalu gugup untuk ini.

Lee Won Geun benar-benar ingin mendapatkan cercaan dariku!

Aku kembali menatap jendela. Melihat hamparan rumput hijau. Dan baru kusadari jika Won Geun tidak ada disampingku.

"Dimana, Won Geun?" tanyaku pada Kim Bum.

"Toilet," jawabnya singkat. Aku hanya mengangguk.

Ku rasakan jika telinga kiriku dimasuki sesuatu. Ku tolehkan kepala kearah Kim Bum dan ia tersenyum menatapku. Ternyata ia memasukkan headseat ke telingaku.

"Dengarkan," suruhnya. Aku pasrah. Lalu mengalun lah lagu kesukaanku, tapi mengapa yang menyayikan lagunya berbeda. Ini seperti suara?

"Ini aku yang nyanyi. Maaf jika suaraku jelek." Tuhan, apalagi ini? Aku memang selalu ingin mendengarnya menyanyi.

Selama lagu itu diputar aku hanya mampu memejamkan mata menikmati suara merdunya. Dia juga hanya diam tak bersuara. Bahkan aku tidak merasakan jika Won Geun ternyata sudah kembali.

Aku tahu mungkin ini sudah terlambat untuk mengakuinya. Tapi memang seperti inilah rasaku sekarang. Aku terlalu bodoh sampai tidak menyadarinya sejak dulu. Aku sangat bodoh disaat menolakmu. Dan aku lebih dari bodoh disaat menyakitimu.

Ku tolehkan kepalaku kearah Kim Bum. Ia kembali tersenyum. Seraya menggenggam erat tanganku. Suara yang terputar itu memang suara Kim Bum. Apa dia sengaja merekam semua ini?

Aku tahu maaf saja tidak cukup. Semua kebaikkan mu ku balas dengan kekecewaan. Aku memang pria bodoh! Kini ku ratapi nasibku yang merasa kehilangan sosokmu. Sudah cukup waktu dua tahun menyiksaku yang tidak dapat melihatmu.

Perasaanku seperti? Kenapa mataku terasa panas?

Maaf untuk keterlambatanku menyadarinya. Maaf untuk segala kekecewaan yang kuberikan. Ku mohon maafkan aku, So Eun.

Kau bahkan tidak pernah salah, Bum-ah. Jerit batinku.

Aku tidak tahu bagaimana rasamu saat ini. Dalam mimpiku, aku ingin sekali memilikimu seutuhnya. Dalam doaku, aku ingin sekali kau menjadi jodohku. Dalam anganku, aku ingin membina rumah tangga bersamamu.

Tetesan air mata itu kini luruh seutuhnya. Benarkah jika Kim Bum menginginkannya? Genggaman tangan Kim Bum semakin erat dia juga menatapku dengan kelembutan. Tatapan lembut yang kali ini bukan lagi membuatku jatuh cinta melainkan jatuh hati sepenuhnya.

Ku dengar lagi suaranya.

Jika kau masih memiliki perasaan untukku, maukah kau menikah denganku, Kim So Eun?

Tuhan, apakah ini nyata? Apa Kim Bum sedang melamarku?

"Jika kau masih memiliki perasaan untukku, maukah kau menikah denganku, Kim So Eun?" ulang Kim Bum. Aku menahan isakan tangis. Tapi air mataku sudah tumpah seutuhnya. Dulu, aku hanya mampu bermimpi tentang ini.

Kim Bum mengeluarkan kotak merah kecil, lalu membukanya. Dan terlihatlah cincin indah dengan permata ditengahnya.

"Aku mau, Bum-ah." jawabku tanpa ragu. Untuk apa aku ragu dikala keraguan tidak ada sama sekali didiri Kim Bum saat ini.

Cincin itu sudah melingkar di jari manisku. Aku mengulum senyum. Kim Bum sudah tersenyum lebar seraya menghapus lelehan air mataku.

"Ekhm.." ah ya aku lupa jika Won Geun disini. Aku dan Kim Bum kompak menoleh padanya.

"Ini bukan Train to Busan, tapi Train to Heart," tukas Won Geun. Aku hanya terkekeh mendengarnya. Sedangkan Kim Bum justru mengucapkan terima kasih padanya.

Baru ku tahu jika kita akan pergi ke Busan, tapi ini jauh dari dugaanku. Kini hatiku kembali lagi padanya. Dan ternyata hatinya sudah menjadi milikku seutuhnya.

The End

Drabble baru spesial untuk ultah Kim So Eun😘😘 Entahlah ini romance atau tidak.. Bikinnya ngebut soalnya wkwk.. Tapi bisalah untuk mengobati rasa kengen wks.. Semoga pada suka yah^^ jangan lupa vomentnya yah guys, biar makin semangat untuk bikin drabble-drabble barunya😂😂

6 September 2017

Kumpulan Drabble BumSsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang