43. Story of My Life (3/3)

520 49 19
                                    

Happy Reading

Waktu berjalan begitu cepat. Sudah sejak dua bulan lalu Il Woo meninggalkan sosok So Eun. Gadis itu sudah terlihat seperti menerima kenyataan pahit yang tengah ia hadapi. Namun masih dapat ku lihat dari kilatan matanya yang sesekali meredup. Ucapannya yang penuh dengan lirihan. Kepergiaan Il Woo memang menjadi tamparan terbesar dalam hidup wanita itu. Terlebih aku sudah mengetahui rencana pernikahan mereka yang akan di adakan awal tahun nanti.

Dalam waktu dua bulan ini aku tidak sepenuhnya berada di samping So Eun. Aku cukup tahu diri jika aku bukan siapa-siapa, teman pun ku rasa tidak. Aku hanyalah mantan calon adik iparnya. Mungkin, jika pertunanganku dengan Ji Won tetap berjalan aku akan sering melihatnya. Tapi tidak, aku tidak menginginkan menjadi adik iparnya. Biarlah Tuhan merencakan apa yang akan terjadi ke depannya. Jika memang bukan aku yang akan melindungi So Eun, Tuhan pasti telah menyiapkan lelaki sempurna lainnya untuk bisa melindungi wanita itu.

Drrrttt

Ku rasakan ponsel di dalam saku jas ku bergetar. Tidak terjadi hal-hal dalam pekerjaan walaupun pikiranku selalu melayang akan keadaaan So Eun disana.

"Kim So Eun." ku baca ulang nama kontak yang tertera di ponselku.

"Kim Bum-sii." ku dengar nada di seberang sana memanggil namaku dengan lembut. Oh tidak So Eun, mendengar suaramu saja benar-benar membuat hatiku membuncah. Aku benar-benar merasakan sebuah definisi dari yang namanya jatuh hati dan jatuh cinta sekaligus.

"Ya, ada apa So Eun? Kau baik-baik saja?" Perkataan itu memang mewakili semua pertanyaan dalam benakku selama kurang lebih 2 bulan ini.

"Apa kau ada waktu?" So Eun bertanya tanpa menjawab pertanyaanku barusan.

"Tentu saja, ada yang bisa aku bantu?"

"Bisakah kau temani aku, Bum-ssi." Pintanya dengan nada lirih. Aku yakin pandangannya disana sedang kosong. Dalam waktu 2 bulan itu bukan waktu yang singkat untuk melupakan seseorang yang telah lama berada dalam hidup kita.

"Aku akan menjemputmu," Usai mengucapkan itu langsung saja ku ambil kunci mobil yang tadi ku simpan di atas meja. Lalu berjalan ke arah pintu keluar, sambil mengabari pada sekretarisku bahwa untuk beberapa jam kedepan aku tidak bisa menghadiri meeting.

*

Aku sama sekali tidak mengerti dengan keadaan So Eun sekarang. Ia masih diam tanpa bersuara ketika aku menjemputnya. Sekarangpun ia hanya menatap nanar kearah jendela mobil. Memandangi setiap jalan dengan pandangan kosong. Terkadang aku kesal dengan diriku sendiri yang tidak bisa tegas akan keadaan So Eun, tidak mampu mengutarakan kekhawatiranku. Hanya bisa menunggu sampai kapan So Eun bisa selesai dengan kesedihannya itu. Saat ditanya tadi ingin di antar dimana, So Eun menyebutkan tujuannya.

Disinilah sekarang kita berada. Di depan sebuah pusara Jung Il Woo, yang rupanya masih menjadi sosok spesial dalam hati So Eun.

Tak ada sapaan apapun yang keluar dalam mulut So Eun, tak ada pula bunga yang dibawa. Tadi aku sudah menawarkan diri untuk membeli sebuket bunga, tapi So Eun menggeleng pelan. Aku hanya bisa melihat dari balik punggung So Eun yang masih berdiri tegak di depan pusara itu. Ya, aku tidak mendekat. Membiarkan hanya So Eun yang menikmati waktunya. Walau ia tidak berbicara, batinnya pasti telah banyak menyeruakan perasaannya.

Ku rasa hampir setengah jam So Eun hanya berdiri memandangi dan aku masih tidak menghilangkan fokus akan tubuhnya yang ringkih itu. Pikiranku melayang pada beberapa bulan lalu, rasa penasarannya akan sosok So Eun, lalu pertemuannya dengan So Eun, perjodohannya dengan Ji Won, sampai akhirnya berada pada titik yang tidak pernah terlintas dalam benakku.

Ibu sesekali pernah bercerita tentang Kim So Eun, perannya sebagai putri pertama telah menguatkannya sebagai seorang perempuan. Ia tegas, peduli dan sangat menyayangi keluarganya. Selalu bisa diandalkan. Itu kenapa ibu terlihat sedih juga melihat keterpurukan yang sedang dialami oleh So Eun. Seandainya aku mengenal sejak dulu sebagaimana orang tua ku yang ternyata telah mengenal So Eun, mungkin situasinya tidak akan secanggung ini.

Kumpulan Drabble BumSsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang