44. Wedding Dress

460 57 15
                                    


Happy Reading

So I'll tell you

A million tiny things that

You have never known

It all get tangled up inside

And I'll tell you

A million little reasons

I'm falling for you eyes

I just want to be you are

Alunan lagu dari penyanyi favorit ku menggema di setiap toko yang ku lewati. Memang sedang menjadi lagu favorit banyak orang begitupun dengan ku yang notabene adalah salah satu fans dari sang penyanyi. Lirik demi lirik yang terdengar membuatku menggumamkan lagu di setiap langkah. Menuju restoran yang mungkin saja disana sudah ada seseorang yang sedang menungguku, dengan kesal.

Ku percepat lagi langkahku, walau sedikit sulit karena saat ini sedang mengenakan heels, bukan sepatu sneakers yang biasa ku pakai. Lalu ku mantapkan hati dengan menghela nafas pelan sebelum membuka pintu kaca di depanku. Meyakinkan bahwa orang di dalam sana tidak akan mengeluarkan banyak umpatan padaku.

"Maaf membuatmu menunggu lama," kataku sedikit tergagap. Mata yang sedari tadi masih menunduk menatap buku menu itu tiba-tiba saja mendongak. Benar dugaanku, tak akan mungkin aku mendapatkan senyuman hangat setelah aku membuatnya menunggu 20 menit.

Ya benar, membuatnya menunggu selama 5 menit saja ia bisa tidak akan memberiku senyuman, apalagi ini yang sudah 20 menit dia menunggu dengan diam. Lalu apa ini? Meja masih kosong, tak ada minuman apapun yang ia pesan. Bukankah ia malu, jika tidak memesan apapun? Setidaknya walaupun partner temu mu belum datang tidak ada salahnya memesan lebih dulu bukan?

"Ku maafkan kau kali ini," jawabnya ketus. Lalu menyerahkan buku menu di hadapanku yang sudah duduk di hadapannya. Aku mendengus kesal sambil mengambil buku menu lalu membukanya. Mencari menu yang sekiranya sangat aku inginkan untuk aku santap dengan rakus.

"Tidak bisa kah kau memesan minum lebih dulu, atau kau saja yang pesan dari tadi. Padahal kau tahu betul aku menyukai apa, Bum-ah." Tanpa menatap ke arahnya aku berbicara dengan kesal. Duduk berdiam diri di restoran selama beberapa menit tanpa memesan apapun bukan sesuatu yang aku suka. Jika Kim Bum, pria yang di hadapanku ini datang lebih dulu bukankah ia dengan penuh perhatian akan memesan lebih dulu walau itu hanya minum. Tapi otakku langsung menyerukan bahwa Kim Bum bukanlah tipe pria seperti itu.

"Cepat pesanlah," Lihat, benar kan. Kim Bum memang berbeda dari pria kebanyakan. Dia sama sekali tidak menggubris umpatan kesalku. Setelah aku menemukan menu apa yang akan kita makan langsung aku memanggil pelayan untuk mencatat pesananku.

Ya, aku yang pesan menu untukku dan untuk pria tampan di hadapanku. Tanpa perlu bertanya, aku tahu ia ingin apa. Termasuk minuman.

"Dari mana?" Tanya Kim Bum sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya. Tubuhnya menyender di sandaran kursi. Aku memijit pelipisku malas. Kim Bum terlalu To the Point memang. "Kim So Eun, bisa kah kau menjawabku?" Tanya nya lagi.

"Melihat gaun." Jawabku singkat.

"Kenapa lagi dengan gaunmu?" Kim Bum mengernyit heran.

"Terlalu panjang untuk ku, Bum-ah." Balasku dengan sedikit merengek. Ku lihat Kim Bum menghela nafas pelan. Lalu tangannya menyentuh telapak tanganku dengan lembut. Mengelusnya penuh sayang.

"Apa banyak yang perlu kau rombak, heum?" Kim Bum bertanya lagi dengan lembut. Aku membalas usapannya di atas tanganku. Lalu sedikit merengut sebal.

"Tidak banyak tapi memang aku tidak menyukainya." Jawabku.

"Kalau tidak suka kenapa tidak buat yang baru saja. Jangan memperlambat persiapan kita, sayang."

"Buat baru akan lebih memakan waktu banyak, Bum-ah. Aku yakin, So Min bisa menangani keluhanku."

"Bagaimana jika tidak?" Kim Bum mengurut keningnya. Menunggu aku menjawab prediksi nya barusan. "So Eun, pernikahan kita tinggal satu bulan lagi, jangan coba-coba untuk mengacaukannya hanya karena sebuah gaun." Ucap Kim Bum yang terdengar frustasi.

Tepat setelah ucapannya, menu makanan tersaji. Tanpa menjawab aku langsung meminum pesananku. Lalu memakan steak di depanku. Tidak memedulikan Kim Bum yang masih saja menatapku menunggu jawaban. Lelah menunggu, akhirnya Kim bum juga ikut menyantap makanannya dalam diam.

Benar, aku dan Kim bum adalah sepasang kekasih yang sebulan lagi akan melangsungkan sebuah pernikahan. Persiapan sudah matang sebenarnya, hampir mencapai 97% untuk jangka waktu sebulan lagi. Tapi tiba-tiba seminggu lalu aku berubah pikiran akan gaun yang akan aku pakai. Sebelumnya aku juga pernah mempermasalahkan dekorasi yang akan di pakai di acara resepsi nanti. Padahal aku dan Kim Bum sudah menyetujuinya.

"Aku juga tidak menyukai gaun yang akan dipakai teman-temanku." Selepas makanan sudah lenyap masuk dalam perut masing-masing aku kembali bersuara. Hal itu membuat Kim Bum mendesah makin berat. Dia menatapku dengan tajam, penuh tanya dan kekesalan.

"Temanmu protes?" Tanya nya berusaha santai. Walau aku tahu dirinya pasti menahan kesal. Perihal gaun bukan masalah mudah memang, tidak gampang merombak sebuah gaun yang sudah jadi hampir 98%, namun aku mengacaukannya dengan meminta diubah beberapa detail dan panjangnya gaun. Aku menggeleng menjawab pertanyaan Kim Bum barusan.

"Jika mereka tidak protes, tolong kau juga jangan ikut protes, oke. Kau bisa mendengarku, Kim So Eun?" Suaranya berat menyiratkan bahwa tidak boleh ada bantahan keluar dari mulutku. Aku mengerut kesal. Bridesmaid yang akan menemaniku ada sekitar 8 orang, semuanya memang teman baikku. Dan impianku sejak dulu memberi mereka gaun yang memang sudah di jaitkan dengan beberapa model kekinian. Aku mempercayakan semua gaun pernikahan ku dan para bridesmaid ku pada Jung So Min, salah satu teman kampus ku yang kini cukup terkenal karena beberapa desaignnya yang sangat memukau. Tapi entah mengapa ketika semuanya hampir rampung aku baru mengeluhkan ketidak sukaanku.

"Jangan membuatnya sulit disaat waktu kita tinggal sebentar lagi menuju hari itu." Ucapan Kim Bum kembali menggema. Aku hanya mengangguk pasrah. Bingung akan kondisi ku juga. Bagaimana mungkin aku mengacaukan acaraku sendiri hanya karena sebuah gaun.

"Tapi So Min janji bisa mengerjakannya dalam waktu seminggu." Jawabku. Ku lihat Kim Bum menganga tak percaya. "Desainnya terlalu sederhana untuk teman-temanku, Bum-ah. Aku hanya menyuruhnya untuk menambahkan sedikit hiasan itu saja." Ku lanjutkan ucapanku.

"Ku tunggu minggu depan bagaimana hasilnya dan aku tidak mau dengar lagi kau ingin mengubah semua gaun mu dan para bridesmaid mu itu." Telak, ya Kim Bum sudah mengatakannya dengan tegas tanpa bantahan. Aku hanya mengangguk lemah. Meyakinkan diri sendiri juga bahwa So Min mampu mengerjakan apa yang aku inginkan.

"Ayo pulang," Kursi di depanku bergerak seirama dengan Kim Bum yang mengangkat tubuhnya dari kursi itu. Dengan cepat aku menyambar tas ku di samping kursi lalu mengalungkan lengan pada lengan kirinya. Sangat nyaman. Lengan yang selalu merangkulku dikala semua masalah menumpuk padaku. Yang dengan sigap menjadi sasaran air mata ku ketika aku harus menumpahkannya. Ya, aku lebih sering menangis dan membasahi lengannya dibanding dada bidang seksinya itu.

"Ini impianku dari dulu So Eun, menikahimu. Jadi jangan mempersulitnya hanya karena sebuah gaun para bridesmaidmu yang banyak itu." Aku mendengar Kim Bum mengucapkan itu dengan penuh kelembutan serta kekesalan diakhir kalimat. Aku terkekeh mendengarnya lalu mengangguk dengan cepat. Ku raih telapak tangannya lalu mengecupnya berulang kali dengan gemas. Sambil sesekali melirik ke arahnya yang sudah menampilkan kembali senyum menawannya disertai lesung pipi yang keluar.

"Jangan langsung pulang yaa, aku ingin jalan-jalan denganmu." Rengek ku, lalu ku rasakan tangan kekarnya mengelus puncak rambutku dengan penuh sayang. Seraya mengangguk mengiyakan rengekanku barusan.

THE END

Jangan lupa vote + comment nya yaaa

07 Januari 2022


Kumpulan Drabble BumSsoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang