Seongwoo's Story : Thorns (2)

2.2K 343 188
                                    

"Mau jalan lagi kamu Kak?"

"Hehe iya, Ma."

"Gak capek apa? Jam 3 baru balik juga kan." Mama memijat ringan lengan putra pertamanya.

"Ya gimana, Ma, udah janji juga soalnya."

"Buru buru banget emangnya?"

"Kenapa deh, Ma? Mau dianterin? Ayo sekalian aja yok."

"Bukan, mau ngobrol sebentar. Sebentar aja.."

Seongwoo melihat jam di pergelangan tangannya. "Duh, takut gak keburu. Panjang gak nih?"

Mama menghela nafas lelah. "Yaudah kalo gak bisa sekarang, ntar aja deh."

"Iya maaf ya, Ma. Maaf banget." Seongwoo mencium punggung tangan Mamanya. "Aku berangkat ya."

Seongwoo tau banget dirinya belum pernah bertugas dengan baik sebagai anak pertama atau kakak buat kedua adiknya. Kalo mau dibandingin sama Jonghyun atau Minhyun, jelas dia bakalan mundur dengan rapi. Gak bisa. Dia sadar diri gak punya kualifikasi sebaik mereka untuk predikat anak pertama terbaik di keluarga.

Sebenernya untuk lingkup keluarganya sendiri aja, tanggung jawab Seongwoo lebih besar daripada Jonghyun maupun Minhyun. Dia punya orang tua dan dua adik yang nantinya jadi tanggung jawab Seongwoo dan harus dia ayomi sebagai anak tertua di keluarga. Jumlah kepalanya lebih besar dibandingkan Minhyun. Sepupunya itu nantinya cuma menanggung orang tua dan satu adik. Apalagi Jonghyun, malah sepupu tertuanya itu yang paling enak, gak ada tanggungan lain selain orang tua.

Tapi sikapnya gak pernah memperlihatkan kalo dirinya bakal siap menggantikan Papa buat jadi pemimpin di keluarga.

Bantuin adek-adeknya ngerjain pr? Jarang banget. Jadi orang pertama yang dicurhatin adek-adeknya? Gak pernah. Sekedar basa-basi tanya soal kuliah atau kegiatan adek-adeknya? Gak pernah juga.

Kalo sarkasnya Jaehwan keluar sih, anak itu bakalan bilang,

"Gak guna banget lo jadi Kakak. Kerjaan lo cuma jadi tim hore doang, gue sih bisa nyewa suporter bola kalo buat bikin rame."

Soal mengalah, jelas udah sering Seongwoo lakuin dari dulu. Biarpun terkesan jail, Seongwoo gak pernah egois sama adik-adiknya.

"Gak apa, Ma. Daniel aja duluan. Iya buat Jaehwan aja."

Mungkin semisal ekonomi mereka dalam keadaan lagi dibawah, Seongwoo bakal rela gak makan demi adik-adiknya.

Sisi baiknya dia sebagai kakak sih cuma itu aja, buat urusan lainnya, Seongwoo gak pernah berkontribusi banyak di kehidupan pribadi adik-adiknya. Terserah lo berdua mau kemana, main sama siapa, ngapain aja, pacaran sama siapa. Seongwoo gak perduli. Karena balik lagi ke masalah utamanya, Seongwoo gak suka mikir berat-berat dan dalam kepalanya juga udah terkonsep kalau kehidupan keluarganya bakalan baik-baik aja sampe akhir. So, buat apa dia khawatir?, pikirnya.

Yah intinya, Seongwoo gak tau apa-apa soal adik-adiknya. Seongwoo juga gak tau kalau cewek yang sedang menggelitik hatinya itu pernah menetap di hati salah satu adiknya.

☆ ☆ ☆

Berkali-kali cewek tinggi itu mendecak kesal. Baru lima belas menit sih dia berdiri didepan gerbang sekolah dasar tapi rasanya kayak berjam-jam. Langit yang makin gelap ditambah suara petir yang mengganggu telinganya dari tadi bikin suasana hatinya makin buruk.

Kalau aja dia gak membiarkan temannya buat pamit duluan, gak akan juga dia luntang lantung sendirian begini.

Hari rabu udah jadi jadwal rutin Rose buat berkunjung ke setiap sekolah dasar. Dia datang membawa misi untuk membudayakan anak-anak dibawah umur rajin membaca. Sosialisasi buku-buku fiksi khusus anak-anak sekalian unjuk bakatnya dalam mendongeng, selalu Rose lakuin sekali dalam seminggu.

Justice League《Produce 101 Season 2》✔Where stories live. Discover now