Daniel's story : Strawberry or Chocolate (3)

2.2K 390 106
                                    

Dugghh

"Wanjir!!" Daniel melompat-lompat kecil ketika kakinya gak sengaja nabrak meja tempat guci kesayangan Mama diletakkan. "arrh anjir! Siapa yang taroh meja di sini sih elah!"

Dugghh

"Adohh doh!" Cowok itu meringis kesakitan setelah menendang lagi kaki meja gak berdosa yang tadi dia tabrak.

Bego banget. saking emosinya dia malah membalas si meja, lupa kalo tulang-tulangnya udah ngilu sejak awal. Bukannya emosi dia reda, tapi ngilu di sekujur tubuhnya makin bertambah.

Daniel melanjutkan jalannya menuju kamar sambil terpincang-pincang. Sesekali mendesis menahan perih di sudut bibir dan tulang pipinya.

"Tumben banget hari senin baru pulang jam segini."

Langkah Daniel terhenti saat denger suara Mama dari arah dapur.

Waduh. Mampus. Jaketnya ketinggalan di mobil lagi ini mau nutupin kepala dia pake apaan...?

"Hehehe biasa, Ma." Daniel menyauti Mamanya tanpa menatap wanita itu.

"Heh diajak ngomong sama orang tua tuh liat-- Yaampun Daniel muka kamu kenapa??!" Boa memekik kaget setelah membalik badan putranya, ia mendapati wajah ganteng Daniel penuh luka lebam dan berdarah di pelipis juga sudut bibirnya.

"Kamu ngapain aja sih? Berantem pasti ini ya? Atau habis ikut demo? Duh memar semua gini..."

"Gak kok ini-- aduh duh! Ma, jangan dipegang dong sakit nih!"

"Sini, sini Mama obatin dulu sini. Duduk dulu kamunya." Mama menyeret Daniel masuk ke ruang keluarga, meminta putranya duduk di sofa.

Iya iya aja Daniel pokoknya kalo udah sama Mama, gak akan bisa ngebantah. Dia duduk di sofa sambil matanya bergerak kesana kemari mengikuti pergerakan Mama yang sibuk bolak-balik buat ambil air es dan kotak obat.

"Bisa besok aja diobatinnya, Ma. Udah malem gini mending Mama istirahat aja." Daniel meraih baskom berisi air es yang dibawa Mamanya kemudian dia letakkan di meja.

"Mana bisa! Keburu infeksi kalo nanti-nanti diobatinnya."

"Mama lagian ngapain aja coba jam segini belum tidur?"

"Emangnya mana pernah Mama bisa tidur sih kalau anak-anak Mama belum ada di rumah semuanya..?"

Daniel cuma bisa mendesah pelan dan sesekali nyengir-nyengir menahan sakit akibat sentuhan kapas beralkohol ke kulit wajahnya yang terluka. Dari dekat cowok itu bisa liat wajah khawatir Mama, bahkan hampir bisa merasakan detak jantung Mama yang gak beraturan.

Mungkin banyak kekhawatiran di dalam kepala Mama, tapi beliau gak mau mencecar Daniel dengan pertanyaan-pertanyaan kekhawatiran itu sekarang. Mama mau putra-putranya cerita semua masalah mereka dengan sendirinya, bukan memaksa mereka saat itu juga. Karena kalau dipaksa cerita pasti ujungnya adu mulut dan berantem berkepanjangan.

Semacam Hyunbin sama Mama Yumi begitu lah contohnya. Sering adu mulut.

Kalo menurut Daniel, kepercayaan Mama sama Papa yang terlalu besar sama anak-anaknya malah bikin dia dan kedua saudaranya hilang arah sendiri. Gak tau kalau keluarga itu pegangan yang paling kuat disegala guncangan. Jadinya ada apa-apa gak pernah berbagi ke keluarga, gak pernah konsul ke Mama.

Termasuk soal percintaan. Di masa-masa sekarang biarpun anak laki-laki, seharusnya lagi sering-seringnya curhat sama Mama mereka soal cewek. Cerita ke Mama mereka gimana cewek yang mereka taksir, dan harus bagaimana mereka menyikapi perempuan. Tapi sejak masa puber, Daniel gak mengalami masa-masa itu. Dia melewatinya begitu aja.

Justice League《Produce 101 Season 2》✔Where stories live. Discover now