Chapter 22.3

327 27 0
                                    

11 November 2038

Kami berdua berada di danau itu hingga tengah malam dan hampir saja putus asa dia tidak mendapatkan pesan itu.

"Blue, Blue!" Violet menggoyang tubuhku yang hampir tertidur dengan tiba-tiba karena sudah menunggu hingga bosan.

"Apa?"

"Itu!" ia menunjuk ke seberang danau, bayangan yang memantul di air dari bulan membuatku langsung menegakkan tubuhku yang sedang tersandar. Aku langsung memicingkan mataku untuk dapat melihatnya dengan lebih jelas namun tidak berhasil, jadi aku mengeluarkan teropongku sekali lagi dan menggunakannya.

Athena.

Aku langsung bergegas dan menahan Violet yang ikut berdiri juga.

"Biar aku saja," kataku.

"Kamu yakin?"

Aku mengangguk dan mengedarkan pandanganku ke segala arah. "Berjaga-jaga kalau ada sesuatu," kataku lagi.

Ia menyetujuinya dengan cepat. Aku memberikan teropongku padanya agar dia bisa memperhatikan sekitar. Aku berjalan memutari danau itu dengan hati-hati agar ia tidak menyadarinya.

Tiba dari balik pepohonan yang ada di belakang Athena, aku memandangnya dari siluet cahaya bulan yang menembus tubuhnya hingga ke air yang tenang.

"Kukira kau tidak akan datang." Ucapanku langsung membuatnya menoleh dengan santai, menyisakan daun yang jatuh ke danau.

"Bukan tidak akan datang, tapi tidak tahu tempatnya." Ia terkekeh dan aku mendekatinya untuk dapat melihatnya secara jelas. "Aku selalu tahu bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi padamu malam itu."

"Ya?"

"Sebelum itu, aku tidak bisa berlama-lama. Ini waktu istirahatku."

"Jadi kau tahu yang terjadi padaku dan Rion?"

"Yah, dan sekarang aku jadi membenci Landar."

"Aku yakin itu, selama ini kukira Rion-lah yang merupakan double-agent, tetapi ternyata Landar." ia kemudian duduk di pinggiran danau dan menatap air itu cukup dalam, ia menoleh dan mengajakku untuk duduk di sebelahnya. Aku mengikutinya duduk dengan santai, tanganku hampir saja membuka penutup kepala ini sebelum ditahan oleh Athena.

"Tidak usah membukanya—untuk keselamatanmu sendiri." Ia duduk bersila dan meletakkan kedua tangannya di paha.

"Jadi kau ada di pihak siapa?" tanyaku tiba-tiba, tanpa menoleh dan tanpa memandangnya.

"Aku tidak tahu." ia mengangkat bahunya dan mencelupkan jari telunjuknya di air hingga membuat getaran bulat yang meluas kemudian menghilang, beberapa kali hingga akhirnya dia melanjutkan perkataannya. "Otakku berkata ini adalah hal yang benar karena instingku ingin bebas dari game terkutuk ini—namun hatiku berkata aku berada di tempat dan waktu yang salah." Mendengar itu, aku sendiri juga tak tahu bagaimana harus menanggapinya. Tubuhku kusandarkan pada tanah dengan rerumputan yang tidak lebih tinggi dari mata kaki, begitu pendek hingga aku bisa merasakan tiap butir tanahnya bergulingan dibalik kain pakaianku. "Blue?"

"Hmm?" aku meliriknya sebentar dan ia menoleh menatapku.

"Apa aku ada di pihak yang salah?" pertanyaannya membuatku kembali terdiam dengan alasan yang sama. "Kau ada di pihak mana?"

"Entahlah. Kurasa ada di pihak di antara Sacred Circle dan Resistance." Ia melirikku karena jawaban yang kuberikan padanya, tanpa balasan yang berarti ia ikut bersandar di tanah.

Project Legacy: ReascendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang