Chapter 18.2

328 34 2
                                    

Matahari sudah berganti menjadi bulan, rencana mentah kami sudah cukup siap untuk dieksekusi.

Tepat pukul tujuh malam, sudah mulai banyak orang yang datang. Makanan disiapkan begitu banyak, jadi kukira peserta pesta ini akan datang banyak sekali. Atau bahkan aku akan bisa bertemu dengan Gabrielle, atau lebih parah lagi; Violet.

Jam setengah delapan, aula utama sudah cukup dipenuhi dengan para pemain dengan pakaian ala bangsawan Inggris, mungkin menyesuaikan dengan lokasinya; Irlandia. Dan seperti dugaanku, Gabrielle memang datang, begitu juga dengan Violet, namun aku cukup yakin bahwa mereka berdua tidak melihatku.

Rion mendatangiku setelah pergi entah ke mana.

"Jika hitunganku benar, ada sekitar enam belas orang dari Seventh Heaven—termasuk Ardel, Scythe, Athena, dan Landar," ucap Rion tepat ia berdiri di sampingku.

"Berarti sudah lengkap?"

Rion mengangguk.

"Jika seramai ini, apa kau mengira Sibal akan menyadari bahwa kita tidak ada di sini?"

"Aku juga cukup yakin dia tidak akan menyadarinya, tetapi perasaanku tidak enak."

"Aku juga."

Kami berdua sama-sama cemas terhadap rencana ini. Ini kesempatan besar, dan mungkin hanya akan datang sekali, terlalu besar untuk melewatkan kesempatan ini. Lagi pula, apa pun rahasia yang ada di balik ruang itu mungkin akan bisa menguak apa saja yang mereka rencanakan, dan jika aku bisa keluar dengan selamat, aku mungkin akan bisa mengubah keadaan ini.

"Blue? Kau terlihat bingung."

Rion mengingatkanku kembali terhadap apa yang harus kulakukan saat ini, lagi-lagi aku harus memutuskan sesuatu yang penting.

"Kali ini keputusan akan kuserahkan padamu, Rion. Kalau kau yakin, aku juga akan yakin."

Dengan spontan Rion memancarkan kebingungannya dengan jelas, sama sepertiku, ia mungkin juga ragu. Ragu bahwa akan keberadaan ruang rahasia itu—bisa saja, kan, Bianca menjebak kita, siapa tahu? Atau kalau pun tempat itu memang benar-benar ada, apa kita akan menemukan apa yang kita cari?

"Kesempatan ini terlalu besar untuk kita lewatkan, Blue. Kita lakukan atau tidak sama sekali," ucapnya dengan cukup yakin. Kami berdua tahu bahwa nyawa kamilah yang dipertaruhkan di sini. Apakah nyawa kami setara dengan harga informasi tersebut?

"Kalau begitu ayo." Aku kemudian mengiyakan dengan hati tidak tenang.

Tanpa basa-basi lagi, kami langsung berangkat berjalan ke luar kastel dan menuju pusat kota. Rupanya Rion sudah mempersiapkannya semua tadi setelah berdiskusi dengan Bianca. Ia membawakan sebuah pakaian untuk menyamar, cukup tertutup dan tidak mencolok.

Jam delapan kami sudah sampai di kastel. Sepi seperti dugaan kami. Hanya ada beberapa anggota guild yang standby di kastel.

Dengan langkah kaki yang kami usahakan untuk tetap santai, kami tiba di depan ruangan milik Sibal sembari memastikan bahwa tidak ada seseorang di sekitar kami.

Aku mencoba mendorongnya, dan tidak aku sangka, pintu itu tidak dikunci dengan password maupun kunci manual. Apakah ini merupakan keberuntungan kami?

Lampu tunggal yang ada di dalam ruangan menyala ketika kami genap masuk dan menutup pintu itu.

"Aku akan mencari di ruangan ini, kau cari ruangan rahasia sebelah."

"Oke." Rion kemudian membuka ruangan sebelah, itu ruangan yang kami gunakan untuk pertemuan rahasia, dan kurasa ruangan yang kami cari jauh lebih rahasia dibandingkan ruangan tersebut.

Project Legacy: ReascendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang